TERHANGAT

Selamat datang, Sobat! Jangan malu-malu untuk baca, komentar, dan share ya. Semoga coret-coretan ini bisa bermanfaat ya. Salam kenal. :)

“(Allah bersumpah dengan ciptaannya) dan demi jiwa serta penyempurnaan ciptaannya. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan kedurhakaan dan jalan ketaqwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”. (QS.91:7-10)

Kamis, 05 Desember 2013

Curahan Hati, Momen Akhir Tahun dan Tahunan

                Politik kampus, kok kesannya serem ya? Selalu saja saat Pemira menjelang isu yang diangkat adalah kepentingan yang dibawa organisasi ekstra yang juga turut serta. Hingga muncullah rekan-rekan yang mengaku independen. Dan bertebaranlah opini tentang kepentingan organisasi ekstra kampus yang begini dan begitu.
                Organisasi ekstra kampus adalah realitas dan entitas yang tidak bisa dielakkan dari kampus itu sendiri. Yang aneh adalah muncul bahasan bahwa organisasi ekstra kampus harus dihapuskan atau dilarang. Kemudian pertanyaan yang muncul adalah siapa yang berhak melarang? Sebab dalam UUD ’45 jelas diatur kemerdekaan berserikat, berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan, yang menjadi hak semua warga Negara.
                Kemudian yang menjadi realita adalah bahwa organisasi ekstra kampus juga turut serta berpartisipasi dalam pemilihan raya atau dalam pemilihan pemimpin sebuah lembaga. Perlu digaris bawahi, bukan organisasi ekstra yang turut serta secara kelembagaannya, tapi kader-kadernya yang juga sebagai kader lembaga internal yang turut serta. Adakah yang tau bahwa ada organisasi ekstra yang memiliki visi untuk melahirkan kader-kader pemimpin? Maka wajar jika rekan-rekan kader organisasi ekstra memiliki motivasi dan wawasan lebih dalam hal kepemimpinan. Apakah salah? Tentu tidak.
                Politik nilai atau politik kekuasaan? Tentu ini kembali kepada masing-masing. Yang saya alami dan amati adalah lebih banyak diskusi tentang nilai-nilai yang dibawa dan dijunjung tinggi daripada diskusi untuk memenangkan sebuah pemira. Bahkan dalam rapat tim sukses pun, dibuka dengan tilawah dan taushiyah (nasehat) yang menjadi pengingat dan pelurus niat.
                Saya sempat mengelus dada ketika melihat sebagian orang bicara tentang politik dinasti di kampus. Istilah politik dinasti sepertinya memang sedang digandrungi. Tapi mahasiswa harusnya cerdas dalam beropini. Kalau yang disebut politik dinasti itu ketika pemimpin lembaga internal kampus yang terpilih seringnya atau bahkan hampir selalu merupakan kader organisasi ekstra, maka saya katakan pernyataan ini tidak rasional. Sebab semua pasti paham bahwa biasanya yang disebut politik dinasti itu karena hubungan darah atau kerabat. Kalau estafet kepemimpinan masih bergilir pada mahasiswa yang merupakan kader internal sekaligus eksternal, maka jangan salahkan organisasi ekstra kampus mana pun. Semua harus paham bahwa di kampus kita masih menjunjung tinggi aturan dan mekanisme yang sah. Semua memiliki kesempatan yang sama. Selagi memiliki kapasitas dan gagasan, dan sesuai aturan/mekanisme yang berlaku, maka tak ada masalah. Dan pertanyaan yang harusnya muncul adalah apakah hanya kader organisasi ekstra kampus saja yang memiliki motivasi, wawasan, dan kapabilitas di atas rata-rata?
                Ketika aturan dipertanyakan objektivitas dan keadilannya, maka silahkan lihat siapa yang berwenang membuat aturan itu. Jangan serta-merta dikatakan ada kepentingan organisasi ekstra kampus di dalamnya, karena belum tentu yang berwenang di lembaga legislatif juga merupakan kader organisasi ekstra dan melakukan rekayasa. Kemudian juga silahkan lihat langsung ke dalam konten aturan, jika ada yang janggal, maka silahkan komunikasikan dengan yang berwenang membuat aturan. Sederhana sebenarnya.
                Terakhir, saya benar-benar miris ketika isu organisasi ekstra kampus dan kepentingan selalu diangkat pada momen-momen pemira. Yang kasihan adalah rekan-rekan yang dikenai tuduhan ini-itu, namun tak ada bukti, hanya berdasar asumsi dan prasangka. Kesan yang muncul adalah isu organisasi ekstra sengaja diangkat untuk menyudutkan salah satu pihak dan mendiskreditkan mereka. Seakan-akan kalau dia adalah kader organisasi ekstra, maka segala hal tentangnya seperti selalu ada kepentingan dan konspirasi. Zhalim ini namanya.
                Sekadar sharing saja, sempat terjadi diskusi tentang sambutan yang saya sampaikan untuk membuka acara yang notabene itu adalah program dari organisasi yang saya pimpin. Dikatakan di dalamnya ada pencitraan. Sehingga ada panitia atau partisipan (bukan pengurus) yang menolak jika saya memberi kata sambutan. Saya hanya miris, sangat tidak cerdas, apalagi predikatnya mahasiswa. Saya sarankan, sebagai pemuda yang terpelajar kita harus belajar lebih banyak lagi tentang apa yang kita sebut dengan respect.
                Maka, yuk, mari bersikap dewasa! Organisasi ekstra itu di luar kampus. Tidak ada hubungannya dengan lembaga internal kampus sehingga perlu dibawa-bawa ke dalam, apalagi dengan tujuan menyudutkan. Saya kira kita sepakat, semua mahasiswa memiliki hak dan kewajiban yang sama. Tak ada masalah jika sama-sama menjunjung tinggi dan mengakkan aturan yang berlaku.
                Bicara kontribusi, semua punya hak yang sama. Maka jangan dibedakan. Diskusi dan perdebatan yang muncul sepantasnya bukan lagi bicara masalah organisasi ekstra atau golongan/kelompok, tapi tentang seberapa besar dan luar biasa ide dan gagasan yang dibawa, seberapa baik kapabilitas dan kapasitas yang dimiliki, dan seberapa yakin impian dan harapan itu akan terwujud.
                Sederhana sebenarnya jika semua mampu berpikir dan bertindak dewasa. Kalau kampus tidak mencetak kita sebagai orang yang rasional dan dewasa, maka dua kemungkinannya: kampusnya gagal atau kita yang stagnan.


Salam hangat untuk setiap niat baik dan hati yang bersih.
Tetap tersenyum, meski malam masih panjang. Yakin siang ‘kan datang.
Tembalang, 5 Desember 2013

1 komentar:

Sabtu, 23 November 2013

CAHAYA tetaplah CAHAYA *repost tulisan seorang adik yang hebat


Ini tulisan dari adik saya bernama Abdur Rozak Kodarif, Bandung. Saya baru sadar, ternyata kami yang sama-sama anak dari kampung ini, juga sama-sama terobsesi dengan cahaya. Sila kunjungi blognya disini.
      Para bintang sedang berkumpul dalam persidangan dan saling berselisih faham dalam persidangan tentang siapa yang akan menerangi bumi. Setiap bintang ber-argumentasi mengungkapkan kelebihannya dan kemampuannya. Namun, hanya satu bintang yang tetap tenang dan diam dalam perselisisihan, ia adalah matahari. Sang matahari tetap kokoh dalam posisinya dan tidak ikut dalam perselisihan itu, ia hanya memperhatikan teman - temannya sembari tersenyum.      Lalu salah satu bintang yang bernama bintang biru bertanya pada matahari “ Hai matahari kenapa kau hanya diam saja ? Disini sedang bersidang untuk menentukan siapa yang akan mendapatkan kedudukan agung untuk menerangi bumi tapi kau hanya diam saja dari tadi sembari tersenyum – senyum tidak jelas.”      Lalu sang matahari menjawab sembari tersenyum “ Aku tidak merasa harus berselisih tentang ini sahabatku.”     Merasa geram bintang birupun menanggapi dengan ketus “ Jika kau tidak peduli silahkan keluar dan dengan itu berarti kau tidak memiliki kesempatan untuk memperoleh tempat yang agung itu.”      Lalu sang matahari tersenyum dan memegang tangan sang bintang biru. Dalam senyuman itu ia menatap erat si biru lalu berkata “ Jika kau dan mereka ingin mendapatkan kedudukan itu maka perjuangkanlah kawan, aku tidak menginginkan kedudukan itu tapi yang harus kalian pahami, menjadi cahaya bukan tentang kita berkedudukan dimana, tapi menjadi cahaya adalah seberapa guna kita menerangi dan menentramkan sesuatu dalam keadaan gelap gulita dan menghangatkan dalam keadaan dingin.”      Semua bintangpun sontak terdiam mendengar perkataan matahari kepada bintang biru. Lalu mereka sadar tentang tugasnya sebagai bintang yaitu sebagai sumber cahaya yang mempunyai tugas mulia menjadi penerang kehidupan tak peduli ia dimana ditempatkannya, cahaya tetaplah cahaya. Akhirnya persidangan diakhiri dengan penobatan matahari sebagai penerang bumi. Namun, matahari mengajukan permintaan kepada para bintang yang lain untuk mengajak sahabatnya bulan untuk menemaninya.      Para bintangpun terheran – heran dengan permintaan matahari lalu bertanya “ Mengapa kau harus mengajak bulan ? dia bukanlah bintang seperti kita ia hanyalah pemantul cahaya, jika kau takut tidak bisa menerangi semua sisi maka ajaklah salah satu dari kami agar kami dapat membantu dalam menerangi bumi.”     Mataharipun menjawab “ Apa yang kalian katakan adalah benar sahabatku, tapi aku tidak ingin penduduk bumi justru merasa silau dan akhirnya tidak bisa melihat karena terkena cahayaku terus menerus. Dan aku tidak ingin rasa hangat yang aku berikan menjadi rasa panas yang membakar karena terus – menerus mereka rasakan . Biarkanlah mereka merasakan keteduhan dalam hari – hari mereka agar mereka tidak terlena dengan adanya cahayaku yang menyinarinya terus lalu membuat mereka menjadi buta dan tak tahu arah. Bukankah tugas kita sebagai cahaya ialah menjadi penunjuk arah bagi mereka sahabatku ?”     Para bintangpun semakin takjub dengan kebijaksanaan sang matahari. Akhirnya sidangpun diakhiri dan pergilah matahari dan bulan untuk bersama menerangi bumi. Matahari sebagai sumber cahaya utama dan bulan sebagai pemantul cahaya sang matahari agar para penduduk merasakan kedamaian dalam gelapnya.       Lalu dari cerita diatas apa yang bisa kita ambil sahabatku ? Penulis ingin mengatakan bahwa pemimpin itu adalah cahaya diantara rakyatnya dan seorang pemimpin tidak akan memaksakan kehendaknya untuk menjadi pemimpin. Tapi, ia akan membiarkan sesuatu menjadi pemantul cahanyanya agar rakyatnya dapat merasakan ketentraman.

1 komentar:

Jumat, 22 November 2013

Maka Saksikanlah! *hanya meluapkan rasa


         Dan benar menggenggam bara api itu tetaplah panas. Sebaik apapun kita memegangnya, tetaplah panas. Apalagi ketika memutuskan untuk turun tangan dan ikut berperan. Semakin banyak caci dan prasangka menyasar. Kadang sering dalam hati mengeluh, “Aku lelah, Yaa Allah.” Tapi kembali keluh itu hapus oleh kalam-Mu yang menjadi inspirasi mottoku “Bergerak atau tergantikan”.
         Pernah juga terpikir, kata caci apa yang pernah lisan ini keluarkan, keputusan apa yang pernah dibuat dengan landasan tendensi yang menyimpang dari keadilan dan kebenaran. Sampai diri ini berani bersaksi untuk mempertanggungjawabkan semuanya. Hingga mengapa masih ada maki yang suka menyapa.
         Tapi barangkali karena mereka semua peduli dan memerhati, tapi dengan cara yang berbeda. Dan pada akhirnya aku mengerti mengapa Kau menjadikannya pada peringkat pertama dari orang-orang yang Engkau berikan naungan pada hari tidak ada naungan selain naungan-Mu. Pemimpin yang adil. Ternyata begitu berat. Tak pantas dicari. Hanya bisa jadi obsesi. Bukan ambisi. Sambil terus isi kapasitas dan kualitas diri. Karena visinya buka predikat sebagai pemimpin, tapi sebagai manusia yang Kau pilih jadi peringkat pertama beroleh naungan-Mu pada hari dimana tak ada naungan selain naungan-Mu.
         Do’a kami,
Yaa Muqallibalqulub tsabbit qalbi ‘aladdinik.
Jadikanlah pada niat kami  keikhlasan, bukan karena perhiasan, atau karena kemilau ciptaan-Mu.
Jadikanlah pada perilaku kami kesahajaan dan keteladanan.
Jadikanlah pada tekad kami kesabaran untuk menetapi jalan-Mu.
Jadikanlah pada awal, tengah, dan akhir usia kami keridhaan-Mu.
Jadikanlah pada hati, wajah, perkataan, dan perbuatan kami, cahaya-Mu.
Jadikanlah benar, bahwa akhirat di hati kami, dan dunia dalam genggaman tangan kami.
Lindungi kami dari segala nifaq.
Sesungguhnya kami terlampau zhalim dan Engkau Maha Pengampun. Kami terlampau bodoh untuk banyak prasangka dan Engkau Maha Mengetahui apa-apa yang nyata dan tersembunyi.
Aamiin.
         Tulisan ini bukan untai kata gombal. Jika kau yang membaca merasa begitu, maka tak usah dibaca. Jika tidak, maka bantu kami untuk mengamini.

Abu Hurairah ra telah meriwayatkan bahawa Rasulullah SAW telah bersabda: 
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِى اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِى ظِلِّهِ يَوْمَ لاَظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ: إِمَامٌ عَادِلٌ، وَشَابٌ نَشَأ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ، وَرَجَلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِى الْمسَاجِدِ، وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِى اللهِ، اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ: إِنَّى أخَافُ اللهَ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأخفَاهَا حتَّى لاَ تَعْلَمُ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَلِيْلً فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ. 
Terdapat 7 golongan yang akan mendapat lindungan arasyNya pada hari yang tiada lindungan melainkan lindungan daripadaNya. Pemimpin yand adil; pemuda yang masanya dihabiskan untuk beribadah kepada Allah SWT; seseorang yang hatinya terpaut pada masjid; 2 lelaki yang berkasih sayang dan bertemu dan berpisah kerana Allah SWT; lelaki yang digoda oleh perempuan cantik dan berpengaruh untuk melakukan maksiat tetapi dia menolak dengan mengatakan Aku Takutkan Allah; seseorang yang bersedekah dan menyembunyikannya sehinggakan tangan kanannya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kirinya; dan seseorang yang mengingati Allah ketika bersendirian sehinggakan mengalir air matanya kerana Allah SWT.” (HR. Muslim)

Tembalang, 22 November 2013.
#Senyum ini masih ingin tersimpul hingga mati. Agar tak tergantikan kecuali ajal menjemput.

1 komentar:

Minggu, 03 November 2013

Segenggam semangat untuk Mas Dwi

Jenak-jenak waktu yang kita tuliskan cerita di atasnya
Biarkan ia bercerita, tentang masa yang tak terlupa
Bahwa hati ini menyatu, lewat ide, karya, dan inspirasi
Bahwa berani bermimpi, berani berkarya, dan berani menginspirasi
Itu yang utama.

Kawan, tunggu kami di depan sana. Di gerbang kesuksesan.
Lalu kita berjibaku lagi dalam karya dan inspirasi yang lebih besar.
Untuk Indonesia.
Insyaallah.

               Wah baru dapet kesempatan sekarang buat nulis ini. Terharu dan bersyukur banget kemaren sudah ada dari fungsio BEM FT KM Undip yang wisuda. Beliau namanya M. Dwi Khoirun Adhim, Diploma III Teknik Kimia angkatan 2010. Mas Dwi juga jadi litbang BEM FT KM Undip, untuk Departemen Kebijakan Publik.
                Tulisan ini ingin menyampaikan rasa bahagia yang sama, dan ucapan selamat teriring do’a semoga di fase hidup yang baru ini dimudahkan segala langkahnya dan diberkahi. Masih inget dulu awal tahun saya sama Bang Heri meminang Mas Dwi untuk berkarya bersama di BEM FT KM Undip. Alhamdulillah dapat respon yang positif banget dari Mas Dwi.

                Kita kumpul-kumpul, ngobrol bareng, ketawa bareng, sedih bareng, evaluasi bareng, banyaklah yang udah kila lakuin. Semoga menjadi amal jariyah. Ga kerasa ya waktu cepat sekali berputar. Mas Dwi sudah wisuda. (Saya menyusul segera insyaallah J hehe).

                Lewat tulisan ini saya juga ingin meyampaikan terimakasih yang banyaknya tak hingga atas setiap ide, karya, dan inspirasi, yang sudah Mas Dwi berikan satu tahun terakhir ini. Mas Dwi sudah jadi bagian penting dalam hidup saya dan keluarga di BEM FT Undip tahun ini. Berat rasanya melepas. Bukan karena periode kepengurusan yang tersisa dua bulan ini. Bukan. Tapi karena kekeluargaan yang sudah kita bangun. Tapi karena cerita tentang karya dan inspirasi yang kita tuliskan.
                Mas Dwi, meski sudah wisuda, jarak mungkin memisah, tapi tetap Mas Dwi adalah bagian dari keluarga BEM FT KM Undip 2013. Sampai kapan pun. Kekeluargaan ini abadi. Aamiin. J

                Barakallahu fik, Mas Dwi.
Senyumnya bahagia sekali. Jadi ikutan bahagia. :)

2 komentar:

Minggu, 27 Oktober 2013

Mau Jadi Bintang, Kunang-kunang, Apa Black Hole? *tulisan di dinding kamar

Ceritanya saya lagi ga bisa tidur. Kangen rumah, banyak masalah, banyak amanah, kepala pengen pecah, uneg-uneg pengen tumpah. Malam ini saya kepikiran sesuatu. Tentang bagaimana kita memandang hidup dan diri kita. Tentang bagaimana kita punya tujuan akan masa depan kita. Intinya kita mau bagaimana dan jadi apa.
Judul tulisan saya ini “Mau jadi black hole, kunang-kunang, apa bintang?” maksudnya apa, sih? Ini cuma renungan saya saja. Kalau ada baiknya bisa kita ambil dan simpan dalam kepala, lalu terapkan lewat raga.

Mertuanya Ali bin Abi Thalib ra pernah berwasiat. Eh, tau ga siapa mertua Ali? *hehe. Beliaulah Rasullullah, Muhammad SAW. Wasiatnya begini *catet*, Khairukun Afa’ahum Linnas, Sebaik-baik kalian adalah yang paling bermanfaat kepada sesama. Kira-kira begitu. Maaf kalau transliterasi Arab-Latin sama terjemahannya kurang pas, maklum, Cuma setahun belajar bahasa Arab di SMA. Baru kenal ‘huwa’, ‘huma’, ‘hunna’, ‘hum’, doing, sih.
Ini kaitannya dengan visi yang kita bawa dalam hidup kita. Bukan berarti pas kita lahir dari Rahim ibu kita *jebret* terus kita sampein visi-misi kayak orang kampanye, bukan. Tapi selayaknya, untuk bisa dibilang kita hidup sebener-bener hidup, kita harus punya sesuatu yang diyakini, dipegang dalam hidup, jadi prinsip, yang otomatis itu semua juga perlu tujuan.

Bicara manfaat, jelas kita sepakat, bahwa orang paling baik itu ya yang paling bermanfaat. Nah, pertanyaannya sekarang tujuan hidup kita sama manfaat diri kita sudah sinkron belum, sih? Sudah bener-bener punya dan jadi tujuan belum, sih? Sejauh dan sekuat apa tujuan kita? Jawabnya ada pada hati dan karya-karya kita. Monggo dijawab.

Lihat bintang. Matahari salah satunya. Anak SD juga tau. Dengan solar cell, energi matahari bisa jadi listrik. Matahari jadi sumber energi di bumi. Fotosintesis *duh, hampir lupa sama kata ini, 3 tahun lebih ga ngejamah Biologi tercinta* ambil energi dari matahari. Singkat cerita matahari dan bintang ini punya manfaat besar sekali. Menggerakkan kehidupan, menginspirasi gerak-gerak kehidupan. Nah, mau jadi bintang? Manfaatnya besar banget. Dia juga tampak tepat di atas kepala manusia seluruh dunia. Bahkan berbagi keindahan lewat lidah apinya di kutub utara dan selatan berupa aurora yang memesona. Tapi dia ga kufur, ga sombong, ga songong. Dia tetap melaksanakan titah Tuhannya. Berputar, reaksi fusi, gerak semu, dan lain-lain.

Lihat juga kunang-kunang. Ilmu kunang-kunang ini saya ambil dari keluarga Forum Indonesia Muda. Bangga bisa jadi bagian dari FIM *J*. Untuk bermanfaat, ga harus jadi bintang atau matahari yang selalu tampak, bahkan sangat besar di mata manusia. Jadi ada namanya pahlawan di jalan sunyi. Itulah kunang-kunang. Bercahaya, menerangi, tapi tak banyak orang tau. Justru keikhlasannya di sini lebih terjaga. Pengen deh jadi kunang-kunang. Mau?

Tapi jangan seneng dulu. Perkenalkan, ada yang namanya Black Hole atau lubang hitam di langit sana. Katanya sih bintang mati, terus jadi hitam dan menyedot segala yang ada di sekitarnya. Ngeri kali. Artinya kalau kita analogikan, bukannya memberi, tapi malah meminta, bahkan memaksa *menyedot*. Bukan cahaya, eh malah gelap. Kamu mau jadi seperti black hole? Na’udzubillahi min dzalik.
Ya, bisa jadi bahan renungan untuk kita semua. Kita mau seberapa manfaat diri kita. Mau jadi seperti bintang, kunang-kunang, apa black hole?
*tulisan ini dibuat bukan untuk mengingkari manfaat yang pasti ada dari black hole, karena Allah menciptakan sesuatu itu pasti ada tujuan dan manfaatnya. Maaf ya, black hole.

Tembalang, 27 Oktober 2013.

0 komentar:

Rabu, 23 Oktober 2013

Ada yang menarik dari tweetnya @udayusuf (*


@udayusuf? Saya cukup kenal dengan beliau. Di tahun pertama saya jadi mahasiswa beliau pernah datang ke Undip. Saya pernah berbincang dengan beliau. Bahkan waktu itu saya juga dikasih buku tulisan beliau. Hehe
Beliau beberapa waktu yang silam adalah Presiden Mahasiswa KM ITB. Setahun kemarin beliau adalah sekjen PPI Belanda. Yang penasaran, bisa lihat video beliau disini http://www.youtube.com/watch?v=Pl7zUd1iZPg.

Ada hal yang menarik nih temen-temen, terkhusus untuk anak-anak BEM. Perlu dan patut jadi renungan. Bahkan bukan sekadar renungan, tapi juga cambuk untuk berubah dan terus bergerak. Beliau dalam tweetnya mengkritik BEM ITB. Tapi secara umum hampir sama sepertinya dimana-mana. Ada nilai yang berubah dan hilang.

Sebelum saya kutipkan tweet beliau, ada hikmah yang bisa kita ambil dari sini. Bahwa BEM harusnya bukan lagi sekadar fokus pada pelayanan. Tapi juga gerakan. Kalau hanya pelayanan kan sudah ada HM. Kalau bicara pelayanan, jelas ga ada habisnya. Malah saya sekarang bertanya-tanya, pelayanan kongkrit apa sih seharusnya? Bukankah yang sudah kita lakukan selama ini sudah pelayanan? Dan memang seperti itulah. Jangan ciut dan melemah hanya karena kerja-kerja kita kurang diapresiasi dan lebih banyak kritik. Karena memang sudah lumrahnya begitu. Justru dengan kritik itu kita bisa lebih cepat berbenah. Kita jawab kritik itu dengan kerja.

Ga akan ada habisnya kalau bicara pelayanan. Sebab semua orang jelas ingin dilayani dengan sempurna, tanpa cela. Jelas, langkah kita masih dan terus mengarah kesana. Tapi ada satu titik kritis yang harus segera kita benahi. Tentang gerakan kita sebagai BEM. Salah satu yang saya amati adalah, pisau kita begitu tumpul dengan yang namanya kebijakan, baik kampus, daerah, dan nasional. Ga melulu ngomongin politik. Ngomongin sosial juga. Ngomongin pesan-pesan dan nilai-nilai yang kita bawa untuk disebarluaskan dan membangun opini khalayak juga.

So, ke depan, buat pengurus tahun depan, buat anak-anak BEM tahun ini, buat semua yang peduli dengan BEM, ga harus anak BEM. Ini bisa jadi renungan dan cambuk untuk bergerak.

  • saya dengar mereka cuma duduk duduk aja refleksi gitu di kampus. itu mah bisa tiap malam dilakukan. alasannya sih 'pencerdasan' dan UTS. ah!

  • dulu saya ada kali 30an kali aksi selama setahun di keluarga mahasiswa itb. anan-anak sekarang males ya turun ke jalan.

  • generasi berubah. zaman berubah. pola aktivitas pun juga berubah.

  • pait ya kalau BEM udah cem EO aja. mau gimana masa depan Indonesia hehe

  • kalau BEM cuma jadi EO, ganti aja namanya jadi Organisasi Mahasiswa Intra Kampus (OMIK). nah itu lebih cocok lah.

  • karena pemimpinnya mungkin terlalu banyak bergaul sama generasi tua. jadi deh sok sokan berhati-hati dan gak mau main di jalan

  • emang sih almamater jadi wangi kalau di pakai untuk hadiri acara, makan malam, atau sekedar acara menanam pohon di pinggir jalan

  • nah tapi kan mahasiswa perlu mikir juga apa sih pola pergerakan yang hanya cocok dan bisa dilakukan oleh mahasiswa. ya lakukan itu aja

  • jadi gerakan mahasiswa itu setidaknya meliputi dua hal :sosial dan politik. lainnya? itu cuma pelengkap. strategi untuk menghimpun massa aja

  • lalu gimana dengan urusan IPK dan penelitian?itu mah emang kewajiban jd mahasiswa.gak perlu pakai BEM hehe.udah sewajarnya mahasiswa belajar

  • emang kalau ngurus sosial politik , IPK mahasiswa jd jeblok. tengok tuh bang @FaldoMaldini si tukang nutup stasiun aja bisa ke UK S2

  • liat juga tuh si akang @rihandaulah yg kerjaan bikin release demo, orasi dengan toa.. eh sekarang terdampar di TU Delft. pinter kan doi

  • jadi , gak ada korelasinya antara mahasiswa peduli bangsa dengan IPK. tidak terbukti mitos itu hehe

  • udah #bubarinBEM aja lah . . kalau cuma bisa jadi EO. sewa aja EO profesional , dan mahasiswa cukup jd peserta. gak perlu buang2 waktu

  • kita lihat lah perkembangan beberapa pekan kedepan, kalau masih lembam. kita buat gerakan #BubarinBEM ajalah.

  • udah di bubarin aja semua BEM. udah lembam. ganti jadi OMIK (organisasi mahasiswa intra kampus) #BubarinBEM

  • mahasiswa jangan cuma duduk duduk aja di kelas dan nongkrong di lab. perbanyak tuh duduk diskusi bangsa, nulis yang banyak ttg Indonesia

  • mahasiswa tuh kurang apa sih, kampus nyaman, fasilitas lengkap. tinggal mikirin bangsa aja ribet bener. pake berkilah belum cerdas lah

  • udah #BubarinBEM aja lah. ngapain tiap tahun gontok2an karena calon presiden nya kalah. cuma buat jadi bos EO kampus doank hehe

  • coba deh , satu kampus, #BubarinBEM setahun aja. pasti gak ada dampaknya. sama aja buat kehidupan mahasiswa. kenapa? krn BEM emang lembam

  • karena kelas menengah ngehe makin banyak, BEMngehe juga makin banyak jadi nya deh hehe udah #BubarinBEM ajalah ya. semua kampus

  • tahun ini gw ngomong #BubarinBEM , jangan sampai 3 tahun lagi gw ngomong #BubarinPPI wkwkwk

  • sekarang gw mau tanya, apa manfaat BEM buat kamu ? ada gak? #BubarinBEM

  • itu mahasiswa sekarang kok gak keras yee. lembut bener sama pemerintah. jadilah pemerintahnya suka suka jidad kelola negeri.

  • world class university harusnya juga ada kriteria mahasiswa nya peduli akan isu sosial politik bangsa :-) hehe

  • Pengurus BEM cuma jadi budak proker aja #BubarinBEM

  • Pengurus BEM pengecut sama MPM/Kongres, takut di kasih memorandum dan dan diturunin. #BubarinBEM

  • gerakan BEM cuma ecek-ecek, basa-basi, gak berisi, jago bikin acara kayak anak SMA hobi buat Pensi. ckck #BubarinBEM

  • dulu aja kite-kite galak smaa pemerintah, pemerintahnya masih kacau. apalagi kaalu sekarang mahasiswa nya duduk manis hehe kasus lah yee

  • Pengurus BEM cuma demen bikin rancangan garis besar, rencana - rencana abstrak. tapi gak membumi dalam gerakan #BubarinBEM

  • kok pada kesel sama gw sih? kalau mau protes ya ke BEM masing-masing donk. elo pengurus BEM? coba refleksi deh. jgn esmosi getho

  • Gw ekstrim? kalau gw aja ekstrim berarti eloh belum kenal apa itu pergerakan. gw masih dikenal lembut padahal dalam bergerak hehe


Berbenah internal harus. Tapi jangan lupa eksternal. @udayusuf bilang jangan takut sama DPM/kongres mahasiswa. Jelas. Ga ada alasan untuk takut. Ga usah gusar hanya karena nilai LPJ. Ga usah gusar hanya karena LPJ diterima atau ditolak. Ga usah gusar bakal dibekuin atau enggak. Bukan itu point nya dari aktivitas kita di ormawa. Kita tau sendiri seperti apa lembaga legislatif di kampus kita. Pengawasan, terus LPJ. Sudah. Budgeting, terus ACC, pencairan. Sudah. Advokasi, begitu. Aspirasi, gitu juga. Nah, selain berbenah ke dalam BEM. Yuk kita bantu rekan kita juga. Minimal ada kritik dan saran yang juga kita berikan. Karena kita #BerkaryaMenginspirasi. #Berkarya apa saja, dimana saja, kapan saja. #Menginspirasi semua.

*buru-buru nulisnya, menjelang UTS melanda. haha

1 komentar:

Kamis, 17 Oktober 2013

Naive

Kalimat "politik itu kotor" terlalu naif. Sangat tipis perbedaannya antara peduli dan tak ingin peduli. Politik itu bisa kotor, bisa juga bersih. Sebagaimana sepakbola di negeri ini yang penuh kemelut. Saya pun begitu, enggan dekat-dekat dengan yang kotor. Yang bersih, itu yang kita inginkan. Tak akan terwujud tanpa usaha. Bergerak atau mati?

0 komentar:

Selasa, 17 September 2013

Damn! IPK damn!


     IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) mahasiswa merupakan parameter keerhasilan mahasiswa dalam dunia akademik di kampus. Parameter ini dapat memberikan gambaran bagaimana dia sudah menjalani mata kuliah yang sudah ditempuh. Sekarang ini, IPK demikian penting. Apalagi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya, atau untuk mencari pekerjaan.
     Fenomena menarik yang saya ingin cuatkan dalam tulisan ini adalah bahwa IPK bukan segalanya, tapi IPK bisa jadi gerbang segalanya. Mengapa?
Contoh yang paling dekat dengan kita adalah saat melamar pekerjaan. Sebagian besar lowongan karyawan mencantumkan IPK minimal sebagai syarat administratif. Yaitu sebagai parameter awal untuk diterima atau tidaknya. Biasanya IPK>2.75 untuk karyawan biasa. Sedangkan di posisi yang lebih tinggi dan penting seperti Management Trainee (MT) IPK>3.00 karena mereka disiapkan untuk menduduki level management dan pimpinan. Contoh lain seperti beasiswa pendidikan juga sangat tergantung kepada IPK sebagai gerbang awal.
     Bukan berarti IPK kecil berarti bodoh dan tidak memiliki potensi apa-apa. Hanya saja sudah menjadi kesepakatan dan rahasia umum bahwa IPK menjadi parameter utama dan pertama dalam banyak hal. Status sebagai mahasiswa atau fresh graduates pastinya akan selalu dikaitkan dengan IPK-nya. Setidaknya itu menggambarkan kemampuan intelektual dan kesungguhannya.

IPK, penting atau ga penting?
    Jawabannya ada dua: penting dan tidak penting. Penting, karena IPK menjadi gerbang awal yang memberikan gambaran tentang kapasitas seseorang. Bicara IPK artinya juga bicara kapasitas. Jika IPK bagus, maka kapasitasnya diharapkan lebih bagus. Apalagi jika semasa kuliah adalah seorang aktivis sebuah organisasi. Maka sangat terlihat kapasitasnya yang besar. Jika seorang aktivis, tapi IPK di bawah standar, maka kapasitasnya masih diragukan. Jika bukan aktivis, dan IPK di bawah standar, maka kapasitasnya lebih diragukan lagi.
      Tidak penting, karena IPK hanya menjadi syarat administrative di awal segalanya. Setelah lewat tahap itu, maka IPK sudah tidak penting lagi. Setelah itu biasanya akan melihat banyak aspek untuk menilai. Pengalaman, track record, kepribadian, pemikiran, emosional, kreativitas, komunikasi, kepemimpinan, dan sebagainya.
        Penting dan tidak penting. These are the rules. 
        Sebenarnya banyak faktor yang mempengaruhi besarnya IPK. Tapi di kantor-kantor dan lembaga yang profesional, tidak banyak toleransi. Semakin banyak toleransi, integritas yang dipertanyakan. Bahkan lebih cenderung perfeksionis, baik aturan dan kualifikasi, proses, dan hasil. Dan hari ini adalah hari dimana persaingan amat terbuka dan sengit, semua berlomba-lomba menjadi yang terbaik. Akan terus begitu. Dan ini adalah tantangan yang harus ditaklukkan.
       Akhirnya, kepada para mahasiswa, jagalah IPK-mu! Jangan sampai suatu hari berteriak, “Damn! IPK damn!” Pepatah lama mengatakan:
“Semakin tinggi fase yang dilalui, syarat yang dipenuhi pun semakin banyak dan tinggi.”

1 komentar:

Jumat, 13 September 2013

Junior yang kini dewasa

Senior, senior.
Kau begitu angkuh, hanya karena tahun kita berbeda.
Dan kau lebih tua.
Kau tak menyapa kalau tak disapa.
Kau mengamati, tapi kau diam. Menunggu ditanya baru menjawab.
Kau datang dengan vonis dan serapahmu. Justifikasimu buatku gamang.
Hanya kali ini, ya baru kali ini kau datang, tanpa basa-basi keluar semua isi perutmu.
Kau senior, bukan kakakku.
Karena kakak
akan datang tanpa dipanggil.
akan menasehati tanpa diminta.
Bukan tetiba datang, lalu muntah-muntah.

Untuk senior 5 pekan yang lalu.

0 komentar:

Senin, 02 September 2013

Terpaksa kami sebut birokrasi.

Bahkan pergeseran nilai tanpa ampun memaksa birokrasi untuk menutup mata dari kebaikan-kebaikan kaderisasi. Memaksa birokrasi menutup mata dari perbaikan-perbaikan yang terus dilakukan oleh pengurus lembaga kemahasiswaan. Memaksa birokrasi menutup mata dari realitas pembelajaran yang kuat dalam interaksi dan proses yang terjadi dalam organisasi. Pengalaman dan softskill didengung-dengungkan, tapi mahasiswa baru tak lebih dari sekadar diajak bermain seperti anak TK.

0 komentar:

Minggu, 18 Agustus 2013

World Must See and Do Something #R4BIA | Simbol Perlawanan

Berikut ini adalah gambar yang menjadi simbol perjuangan melawan tirani yang membantai ribuan orang di Mesir. Dan saya kembali dibuat kagum. Bahwa simbol ini mendunia. Ini menjadi simbol perjuangan dan perlawanan seluruh dunia.

Perdana Menteri, Erdogan, 'melaunching' simbol 4 jari sebagai simbol untuk mengenang markas demonstran Pro Mursi di Rabi'ah yang telah dibumi hanguskan oleh junta militer. Secara sederhana simbol 4 jari untuk menunjuk icon Rabi'ah (dalam bahasa Arab, Rabi'ah/arba'ah = Empat). Rab'ah (angka 4) dijadikan sebagai Simbol Keteguhan dann Perlawanan untuk seluruh dunia yang mencintai kebebasan. 

Simbol 4 jari dan hashtag #R4BIA ini sudah ramai dipakai oleh pengguna social media (twitter, fb) mulai Sabtu kemarin. #R4BIA menjadi simbol keteguhan, kekuatan, perlawanan dan persatuan. Rab'ah berarti 4, maka simbolnya jari angka 4.

Silahkan gambar ini diunduh, lalu digunakan sebagai display picture dari akun-akun sosial media.
World must see and do something. #R4BIA

Gambar di bawah menunjukkan simbol 4 jari #R4BIA yang dipakai untuk melawan kesewenang-wenangan tirani.

0 komentar:

Pagi, nikmat yang disegerakan.

Adzan sayup-sayup terdengar dari kejauhan. Bersama teman kontrakan lekas keluar rumah setelah sebelumnya antree berwudhu. Pagi ini indah. Udaranya segar. Tembalang masih sepi. Maklum, hari ini belum genap dua minggu setelah lebaran. Bintang masih terlihat sedikit di langit. Lebih jelas daripada malam tadi ketika langit masih tertutup polusi. Pagi ini sedikitnya lebih bersih. Maka bintang lebih jernih untuk dipandangi.

Pagi. Menjadi nikmat yang disegerakan Allah untuk hamba-Nya setiap hari. Betapa tidak, pagi menjadi tolok ukur kebaikan pada suatu hari. Jika paginya baik, maka setelahnya akan ikut. Karena kita memahami bahwa kebaikan akan berbuah kebaikan. Ketika kita menanam banyak hal-hal baik di pagi hari, maka siang dan malam di hari itu insyaallah akan memanen kebaikan.

Di masjid, memandangi wajah orang satu per satu. Bersih. Bersinar. Wajah-wajah di pagi hari bebas tekanan. Bisa jadi karena belum ada dosa yang diperbuat. Wajah-wajah itu berbinar, dengan balutan kesucian.

Shalat subuh usai. Di jalan dari masjid menuju kontrakan, sengaja memperlambat langkah. Di jalanan yang masih lengang, dengan berani mengambil bagian tengah jalan untuk dilalui. Jarang-jarang bisa sebebas ini menikmati bagian tengah jalan di siang dan malam hari. Sekali lagi udara semakin sejuk. Bintang-bintang masih ada. Sedikit. Tersamar oleh semburat cahaya dari Timur.

Suara begitu hening. Jernih untuk dinikmati dengan seksama karena belum ada polusi suara. Mesin kendaraan bermotor saja belum dipanasi.

Sampai di kontrakan, seorang teman menyetel mp3 murattal Syaikh Misyari Rashid Al-Afasy. Semakin sempurna saja kesan pagi ini. Al-Qur’an sudah memanggil-manggil. Tepatnya hati ini yang rindu untuk membacanya. Seperti sejuknya pagi ini, bacaan Al-Qur’an menjadi embun bagi hati-hati yang kering, menjadi penyejik jiwa yang meronta-ronta oleh kerasnya dunia.

Pagi adalah nikmat yang disegerakan. Pagi adalah pusaran energi setiap hari. Bersama fajar dan tegasnya mentari saat mendaki ke langit, pagi datang dengan kesahajaan dan sapanya yang ramah. Teringat, di kampung sana, pedagang sayuran di pasar tradisional sudah ramai kala pagi menjelang. Semangat ulet dan gigihnya membersamai pastinya mentari yang mendaki. Cerah harapannya secerah langit yang mulai merekah. Semoga sejahtera dan dilimpahi barakah.

Pagi adalah keajaiban, saat langit benar-benar terhubung dengan bumi. Seperti senja, saat amal-amal di angkat ke langit. Aku kagumi pagi dengan segala cerita di dalamnya.

 اَللَّهُمَّ بِكَ أَصْبَحْنَا، وَبِكَ أَمْسَيْنَا، وَبِكَ نَحْيَا، وَبِكَ نَمُوْتُ وَإِلَيْكَ النُّشُوْرُ
“Ya Allah, dengan rahmat dan pertolongan-Mu kami memasuki waktu pagi, dan dengan rahmat dan pertolongan-Mu kami memasuki waktu sore. Dengan rahmat dan pertolongan-Mu kami hidup dan dengan kehendak-Mu kami mati. Dan kepada-Mu kebangkitan (bagi semua makhluk).”

0 komentar:

Selasa, 13 Agustus 2013

POLO TEKNIK, Inspirasi Soliditas Keluarga Mahasiswa Universitas Diponegoro


Berikut ini adalah kultweet saya @taufikarahmat tentang produk dari BEM FT Universitas Diponegoro yang digawangi anak-anak Departemen Ekonomi dan Bisnis==>POLO TEKNIK
Silahkan membaca, silahkan order :)


  1. Siapa yang udah pernah make #PoloTeknik tweeps???
  2. Sesuatu banget ya kalau kita make #PoloTeknik, harga terjangkau, keren, cetar membahana lagi...
  3. Berita paling panas hari ini adalah kalau kita sudah pernah make yang namanya #PoloTeknik. Serius.
  4. Siapa bangga jadi anak teknik? You are the engineer, guys! Bung Karno dan Pak Habibi juga engineer kayak kamu :D #PoloTeknik
  5. Pak SBY juga anak teknik, teknik militer hehe #PoloTeknik
  6. Good! Pasti taulah kalau Fakultas Teknik adalah fakultas terbesar yang ada di Undip. Ada 19 Jurusan lho...  #PoloTeknik
  7. Pastinya, mahasiswanya juga paling banyak. Bejibuun bro... Hampir separuh dr jumlah mahasiswa Undip yg kurang lebih 30rebu jiwa  #PoloTeknik
  8. Ga cuma itu. Fakultas Teknik juga ga sembarangan. Mahasiswa dan ormawanya selalu jadi sorotan :)  #PoloTeknik
  9. Semoga ke depan, Fakultas Teknik selalu terus berkarya dan menginspirasi ya! Ga cuma buat Undip, tapi juga Indonesia :) #PoloTeknik
  10. Anak Teknik, ya riset, ya seni, ya olah raga. Segala macam karya kita suka :)  #PoloTeknik
  11. Anak Teknik itu yang paling kompak. Ga kompak, bukan anak teknik. Makanya ada "Salam Kompak dari Teknik!"  #PoloTeknik
  12. Teknik itu biru :) Makanya Undip juga biru :)  #PoloTeknik juga biru. Kamu biru juga ga?
  13. Orang itu kagum sama anak Teknik, yang tugas/laporannya bejibun, kurang tidur, tapi prestasi oke. :)  #PoloTeknik
  14. Anak Teknik itu solid. Solid. Makanya ada "Satu Tekad Teknik Jaya."  #PoloTeknik
  15. Kita punya suguhan istimewa buat kamu para anak teknik Undip==>#PoloTeknik
  16. Orang bilang seragam itu yang menyeragamkan warna. Pelangi ada. Tapi tetap harmoni. :) #PoloTeknik
  17. Siapa punya jaket almamater? Ini jaket kebanggaan kita yang jadi saksi perjuangan kita bro. #PoloTeknik
  18. Tp sbrpa sring & utk acra apa aja sih kta pke jket almmater? G mgkn dong kta pke jket almmater utk jlan ato olah raga, ga sopan. #PoloTeknik
  19. Hehe... Atas dasar cinta untuk harmoni para teknika, kami mempersembahkan Kaos #PoloTeknik yang bisa kamu pakai untuk santai :)
  20. #PoloTeknik hadir untuk mengharmonikan warna dan cita para teknika
  21. #PoloTeknik dicetuskan beberapa tahun silam. Tapi kali ini beda. Diinisiasi oleh @BEMFT_Undip dan disepakati oleh HMJ/HMPS.
  22. Terimakasih buat Mas @MFatih_A @Primapoom mba @Puspateja dkk yang sudah kembali menginisiasi lagi tahun kemarin. Pada beli ya yang baruu..he
  23. Nah, ini yang menjadi istimewa di Fakultas Teknik. Cuma #PoloTeknik yang disepakati HMJ/HMPS. Bukan kaos yang lain. hehe
  24. Prosesnya juga ga sembarang proses ya tweeps. Melalui proses sayembara desain dan seleksi, maka diambillah satu desain terbaik #PoloTeknik
  25. Kita punya yang namanya Forum Ekonomi Teknik, nah disini #PoloTeknik disepakati seluruh HMJ/HMPS :) Istimewa
  26. Nah, ini dia #PoloTeknik yg mengharmonikan pr teknika. Mau? Jdlah yg prtma! #BerkaryaMenginspirasi pic.twitter.com/SyAmbc1blU cc: @Ekobis_BEMFT
  27. Pesen ya tweeps di Pre Order Batch II ini! Buruan! Stock terbatas. Tapi kalau mau pesen lagi, ya bisa. #Lho hehe... Yg pertama, laku keras.
  28. Dan saya bisa prediksi tweeps. #PoloTeknik akan menginspirasi sehingga nanti bakal ada yang namanya #PoloUndip :D
  29. Kita satukan Teknik dengan #PoloTeknik. Lha wong sarung aja bisa menyatukan Indonesia tweeps. (Dampak iklan sarung..haha)
  30. Untuk pemesanan, kamu bisa hub nomor yg ada di pamflet atau follow dan mention @POLOTEKNIK
  31. Tunggu apa lagi tweeps???

0 komentar:

Amazing Egypt


Saat ini disini (Bogor) baru saja pagi. Entah di Mesir. Saya belum menanyakan hal itu ke Google. Tapi melihat dinamika Mesir, saya jadi ingin menyampaikan opini dan asumsi saya. Saya sangat terkesan dengan apa yang terjadi di Mesir saat ini. Bahkan saya sampai dibuat amat takjub dengan keteguhan rakyat Mesir melawan tirani dan pengkhianatan. Bukan hanya itu yang mereka lawan, tapi konspirasi besar yang sedang menjalankan skenarionya di negeri mereka.

Mengapa saya sebut konspirasi? Karena saya sudah jengah merasakan konspirasi itu di negeri saya sendiri. Negeri saya sepertinya aman-aman saja, sepertinya. Tapi terlalu banyak argumentasi yang menguatkan pernyataan bahwa negeri saya ini negara autopilot. Simpelnya, negeri saya kaya,tapi ‘saya’ miskin. Emas dan isi perutnya dipergunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan asing. Mati-matian itu dipertahankan oleh pemegang amanah rakyat dan aturan-aturan yang mereka buat. Di Papua sana, di tempat alam benar-benar menampakkan kekayaannya lewat gunung-gunung emas dan pesona alamnya, fakta yang saya dapat adalah disana menjadi tempat paling susah di negeri saya. Kasihan penduduknya. Kalau mau pintar, harus kuliah ke luar pulau (Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang, dll). Ada yang bilang, memang sengaja saudara-saudara saya disana dibuat ‘bodoh’ dengan kurangnya akses pendidikan dan lainnya, supaya sedikit orang-orang dari dalam yang cerdas dan membela hak-hak warga dan tanah asli punya mereka. Supaya tak ada yang bolak-balik Papua-Jakarta untuk advokasi, atau sekadar mengisi jalanan untuk berteriak “Usir Freeport!” Hukum dan keadilan seperti disandera di satu tempat yang saya tidak tahu dimana. Koruptor meraja lela. Aparat jadi preman. Wakil rakyat hanya bisa mewakili rakyat dalam memakan uang negara. Katanya. Tapi memang iya. Medianya juga membuat saya jengah. Sekarang sudah banyak iklan-iklan partai dan lelaki ambisius yang sedang berlomba-lomba menjadi tuan penguasa di negeri ini. Saya tidak menghitung berapa banyak versi dari iklan partainya Bapak Presiden RI yang sekaligus ketua dan ketua dan ketua dan ketua dan ketua di partainya yang hanya sekadar untuk mengucapkan selamat berbuka puasa dan selamat hari raya. Banyak tokoh berprestasi dan rendah hati yang luput media. Jawa Barat yang semakin melesat, kalah dengan berita Jakarta yang katanya baru. Ya, Jakarta hanya baru istilahnya. Banjir disebut sebagai genangan. Lucu ya. Jawa Tengah yang lamban perkembangannya seperti luput. Ya, sang tuan dan ‘ibue’ enggan diliput media, kemudian kehilangan simpati rakyat. Cukuplah membicarakan resah saya tentang negeri saya. Tendensinya kepentingan yang semena-mena.

Mesir. Mengapa Mesir? Saya akan coba paparkan.

Saya terkesan dengan keteguhan rakyatnya yang jutaan itu untuk membela dan menegakkan keadilan di negerinya. Melawan militer tanpa senjata! Sampai hari ini sudah sebulan rakyatnya turun ke jalan. Menunjukkan integritas, kearifan, keteguhan, dan kreatifitas di jalanan. Bukan hanya teriak, orasi, dan teatrikal seperti kita disini, tapi shalat, mengaji, lomba hafalan Al-Qur’an, menikah, dan lain sebagainya. Saya berpikir apa-apaan ini? Masyarakat macam apa mereka? Melawan tirani dengan keteguhan hati dan persatuan, bukan senjata.

Saya terkesan dengan skenario yang sangat terbaca. Sangat terlihat siapa yang mendalangi kudeta. Sangat terlihat siapa-siapa yang senang dan siapa-siapa yang menentang. Dan siapa-siapa yang takut pada sang tuan internasional. Tak perlu saya sebutkan (youknow who, he who must not be named), Anda cukup objektif saja dalam membaca-baca berita dan mengamati dinamika yang terjadi di Mesir. Saya rasa kalau sudah gambar dan video yang bicara, maka siapa berani menentang.

Saya semakin terkesan dengan pemberitaan di media. Ada dua kubu, pro kudeta dan kontra kudeta. Sekali lagi semakin jelas kemana dan seperti apa idealisme dari sang media dan empunya. Dan pastinya logika dan nurani Anda akan sangat dengan mudah memilah mana yang benar. Mana media yang menyajikan berita sebenarnya dan mana media yang mengada-ada dalam beritanya. Ada media yang mengatakan korban pembantaian hanya puluhan, padahal ratusan. Ada media yang mengatakan Mursi begini dan begini, tapi saya puas ketika mendapat klarifikasi dari seorang imam masjid Gaza yang berkunjung ke Masjid Kampus Undip, dan saya berdo’a untuk keselamatan Mursi dan pendukung keadilan. Semakin lega membaca tweet-tweet dari mahasiswa Indonesia yang kuliah di Mesir.

Saya semakin terkesan melihat tanggapan tokoh-tokoh bangsa ini tentang apa yang sedang terjadi di Mesir. Setidaknya itu membuka mata kita tentang siapa dan apa di balik mereka. Presiden kita masih saja prihatin dan mengimbau. Saya hanya menunggu kecaman dari beliau. Tapi belum ada ya? (Correct me if I wrong). Orang-orang Islam liberal yang pikirannya sembrono, mudah sekali dan tanpa malu berbohong via twitternya. Sebut saja Ulil Abshar Abdala dan Zuhairi Misrawi (tak pantas mereka disebut tokoh bangsa ini, kalau sampah ya sepakat!). Jelas-jelas foto menunjukkan itu foto masa pendukung Mursi yang membawa dan menjaga spanduk bergambar wajah Mursi, malah dikatakan itu masa prokudeta. Yang lebih bodoh lagi, pernyataan Zuhairi Misrawi yang kebablasan, tentang tabiat orang-orang liberal yang kalau mereka nanti menjadi mayoritas, orang-orang yang minoritas akan ‘dibunuhi’, dan bersyukurlah orang-orang Islam Indonesia karena orang-orang liberal di Indonesia masih belum mayoritas sehingga mereka tak berani ‘membantai’. Itu penafsiran saya dari pernyataan bodohnya. Silahkan cek saja di media online dan cerna baik-baik. Jadi setidaknya masyarakat kita mengetahui orang-orang seperti apa mereka, dan menjadi pelajaran untuk tidak pernah lagi berkompromi dengan mereka. Apakah iya orang seperti itu kita relakan untuk duduk di kursi pemerintahan? Terserah Anda yang budiman, Pemirsa.

Saya semakin terkesan dengan heroisme disana. Perjalanan bangsa ini jaman Presiden Soekarno dan Soeharto kalah heroik. Bangsa ini dulu pernah juga turun ke jalan. Sampai yang paling terakhir ketika reformasi kemarin. Masih kalah heroik. Bayangkan di Mesir yang turun ke jalan itu jumlahnya jutaan. Mereka tak hanya teriak dan orasi seperti yang saya bahas diatas. Bukan hanya mahasiswa, tapi juga rakyat jelata, bahkan preman-preman dan orang Kristen Koptik yang kemarin mendukung kudeta, perlahan pindah haluan menentang kudeta, sebab mereka tau mereka menjadi alat murah dalam skenario konspirasi para tuan.

Saya terkesan dengan militer Mesir. Melawan dan mengalahkan rakyatnya sendiri. Sampai hari ini masih begitu. Andaikan benar kata demokrasi bahwa suara rakyat itu suara Tuhan, maka pasti saat ini militer Mesir sudah kena kutukan atau malah binasa. Alangkah ‘wibawa’ sekali!

Saya terkesan dengan Mesir. Revolusinya tidak tanggung-tanggung. Baru setahun, ada kudeta. Tapi rakyat tak tinggal diam. Berani sekali rakyatnya. Sangat berani. Jutaan orang dengan gagah menyuarakan keadilan, melawan tirani. Ratusan yang mati, ribuan luka. Apa namanya kalau bukan berani? Sementara itu negeri saya adem-ayem. Bukan tidak ada apa-apa, tapi adem-ayem. Kalau ibu saya bilang, berani itu karena benar, takut karena salah. Yeah!

Saya semakin terkesan dengan orang, institusi, dan negara, yang katanya amat demokratis. Tapi malah mendalangi kudeta. CC: @barrackobama (Eh, ga bisa dimention)

Saya terkesan dengan orang yang mengatakan ini konflik agama. Ya, bener. Jelas orang-orang Islam terpanggil ketika saudara-saudara mereka dibantai. Saya juga terkesan dengan yang mengatakan ini masalah keadilan dan hak asasi manusia. Keduanya tak salah. Dua-duanya adalah kebenaran yang harus diperjuangkan. Biarkanlah orang-orang Islam peduli untuk saudara-saudaranya. Dan kita, apapun agamanya, jelas memiliki kemanusiaan dan keadilan yang sama.

Ah, saya terlalu banyak terkesan pagi ini.

Dan saya terkesan dengan Anda yang bisa jadi tidak langsung sepakat dengan cerita saya ini, kemudian menakar, meneliti, dan menganalisa sendiri lewat informasi yang banyak sekali untuk sekadar mengambil kesimpulan apakah sepakat dengan saya atau tidak. Kemudian kita pun sepakat. Lalu kitaberdo’a untuk pertolongan dan kemenangan di Mesir dan negeri-negeri lain(Suriah juga sedang konflik, bahkan lebih parah, pejuang berdatangan dari banyak penjuru untuk melawan rezim tiran Bashar Al-Assad).

Bogor, 07,30, setelah mengeluarkan dagangan di warung.

0 komentar:

Minggu, 11 Agustus 2013

Kau pilih yang mana?

Aku benci. Dan aku cinta. Kukawinkan keduanya, hingga tipis bedanya. Kau pilih yang mana?
Sekalipun aku pilih benci, maka itu karena cinta.

#NoGalau

0 komentar:

Syahrini syalala...

Dan saya ga tau kenapa malem-malem gini malah kepingin nulis tentang Syahrini. Karena kebetulan di di TV ada liputan yang lumayan lebay yang ngeliput perjalanan seorang Syahrini.
Saya bisa meramalkan bahwa suatu hari nanti, niscaya Syahrini akan go internasional dan membawa warna baru untuk blantika music dan artis dunia. Bukan warna musiknya, tapi orang-orangnya. (haha :D) Genit, ganjen, lenjeh, menel, dan alay. Maap maap.
Eh padahal ini masih suasana lebaran. Baru H+4 ini. Tapi kenapa Syahrini? Lupakan!
Saya jadi inget, kemarin sebelum pulang saya sempat ngelondri pakaian. Ga sengaja di outlet londrinya si mas masnya nyetel TV yang ada Syahrini lagi nyanyi. Tapi ini gak wajar banget inovasinya. Di atas panggung nyanyi sambil mandi. Ga tau dah tuh mic nya pada rusak apa gak. Ga tau juga penonton sama kameramennya kecipratan air apa ga. Ya, kesimpulannya adalah tukang londri suka nonton Syahrini. (?)
Saya punya pandangan masa depan kalau Syahrini nanti nyalon jadi anggota DPR atau ngikutin jejaknya Rieke Dyah Pitaloka nyalon jadi Gubernur pasti kocak. Menang telak. Haha
Liat aja sekarang, pengaruh seorang Syahrini lumayan gede. Mulai dari Alhamdulillah yah sesuatu banget, jambul khatulistiwa, sama cetar mebahana badainya. Dan entah apalagi. Eh kok saya tau banyak ya? Please jangan vonis saya adalah fan nya Syahrini. Bukan bukan. Hahahae. Balik lagi, nanti kalau dia nyalon jadi gubernur, pasti dah banyak brand baru. Dan ‘sedikit’ alay. Siap-siap ya.
Ditambah lagi tabiat media dan orang-orang kita yang suka latah (termasuk tulisan ini) kalau ada ‘sesuatu’ semacam ini. Bahkan kemaren berita seorang Agnez Monica yang dimention sama artis luar negeri sampai dimuat di salah satu media online nasional. Makin jadi aja dah Syahrini dan Syahrini-syahrini lainnya.

Buat kamu yang baca tulisan ini jangan mikir yang macem-macem ya. Beginilah tulisan seorang yang ga bisa tidur dan nulis apa yang diinget. Padahal ketua bem. (Ga ada hubungannya!) Justru tulisan ini karena kita peduli dengan nasib Indonesia di masa depan.  With Syahrini or no? hoho

2 komentar:

Sabtu, 22 Juni 2013

KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO MENGGELAR AKSI SOLIDARITAS UNTUK MAHASISWA BARU


Jum’at (21/6) Keluarga Mahasiswa Universitas Diponegoro menggelar aksi solidaritas untuk mahasiswa baru dengan tagline #SaveUndip. Pukul 07.00 WIB masa aksi mulai berkumpul di PKM Joglo. Selang setengah jam kemudian ratusan masa aksi bergerak long march menuju Bundaran Widya Puraya. Riuh rendah dan sorak-sorai masa aksi memenuhi langit di atas Universitas Diponegoro.

Aksi ini digelar sebagai bentuk ekspresi suara mahasiswa menanggapi kemelut Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang akan diterapkan kepada mahasiswa baru angkatan 2013. Sudah sejak tahun 2012 Uang Kuliah Tunggal menjadi kontroversi. Akan tetapi tahun ini kekhawatiran mahasiswa semakin menjadi-jadi. Pasalnya banyak sekali didapati mahasiswa baru kebingungan tentang aturan dan mekanisme penerapan Uang Kuliah Tunggal. Bahkan tak jarang mahasiswa baru banyak yang salah melakukan entri kemampuan golongan UKT, dengan persepsi bahwa nominal tersebut hanyalah uang pangkal seperti tahun-tahun sebelumnya.

Tidak hanya itu, pengurus kesma BEM KM dan BEM Fakultas sampai kelimpungan membantu dan menanggapi keluhan mahasiswa baru bahwa hasil verifikasi sangat jauh dari harapan. Tidak sedikit mahasiswa yang mengajukan banding lantaran hasil verifikasi sangat jauh dari kemampuan ekonomi keluarga.

Aksi ini menjadi penyempurna kepedulian mahasiswa yang dalam beberapa waktu ini sangat fokus membantu pelayanan informasi dan advokasi mahasiswa baru terkait UKT. Bukan sekadar retorika atas nama kepedulian, tapi sebelumnya telah mengerahkan segenap waktu dan tenaga untuk melayani dan mengadvokasi mahasiswa baru. Dan aksi ini menjadi ekspresi sederhana dari advokasi selama ini yang masih butuh perhatian dan perjuangan lebih.

Dalam aksi ini mahasiswa menyampaikan beragam aspirasi. Termasuk meminta rektor mengeluarkan pernyataan menjamin tidak ada mahasiswa baru yang mengundurkan diri lantaran tidak mampu membayar uang kuliah.

Aksi mendapat tanggapan yang sangat positif dari jajaran pengelola universitas dan fakultas yang pada saat itu baru saja selesai agenda Jum’at pagi bersama. Dalam tanggapannya, rektor, menyatakan bahwa Undip masih kampus rakyat dan rumah kita. Semua mahasiswa memiliki hak yang sama untuk dapat berkuliah, termasuk yang tidak mampu. Adanya UKT adalah untuk mengakomodir mahasiswa yang tidak mampu. Diakui pula bahwa system baru ini masih ada kekurangan sehingga perlu peran aktif mahasiswa dalam mengawal kebijakan dan mekanismenya.

Terakhir, Rektor menjamin bahwa tidak aka nada mahasiswa baru yang mengundurkan diri lantaran tidak mampu membayar uang kuliah. Dan Pembantu Rektor III dengan tegas menyatakan jika ada mahasiswa yang benar-benar terbukti tidak mampu tapi kesulitan membayar biaya kuliah, maka beliau akan turun tangan untuk memperjuangkan kelanjutan studi mahasiswa tersebut.

Menutup aksi tersebut, masa aksi melanjutkan long march hingga seluruh jalan di Universitas Diponegoro.

Demikian gambaran singkat tentang aksi solidaritas untuk mahasiswa baru yang digelar Jum’at pagi. Semoga Universitas Diponegoro tetap konsisten dengan prinsip pendidikan yang berkeadilan dan merakyat. Semoga mahasiswa selalu peduli dan membantu dengan usaha apapun yang bisa dikerahkan untuk menjaga jaminan akan kesejahteraan mahasiswa. Hidup mahasiswa baru!

Taufik Aulia Rahmat
Ketua BEM FT KM Universitas Dipoengoro

0 komentar:

Kamis, 06 Juni 2013

Kajian Reflektif: Alay dan Masa Depannya

Harimau mati meninggalkan belang
Manusia mati meninggalkan nama
Begitulah peribahasa tua mengatakan tentang peninggalan kita di dunia setelah ajal menjemput. Kemudian saya tergelitik melihat realita sekarang. Majunya teknologi pun kini bisa merubah peribahasa yang melegenda dari jaman orang tua saya belajar SD dulu.
Harimau mati meninggalkan belang
Manusia mati meninggalkan segenap akun sosmed dan postingannya
*haha
Bahkan kemarin saat kami baru memulai mentoring yang sempat lama tersendat (karena satu hal dan hal lainnya) hal ini jadi bahan obrolan yang sangat menarik. Awalnya saya melihat mata para mentee sudah mulai berat tertimpa kantuk, sejenak ketika saya lontarkan tema ini segera tanggapannya antusias.
Menurut hemat saya, saya menyebutnya ‘mengerikan’. Kenapa?
Tak masalah kalau jika yang kita tinggalkan itu adalah akun dan postingan yang positif. Akan jadi ‘mengerikan’ jika yang kita tinggalkan itu adalah akun-akun dengan nama dan postingan alay.
Thya Agy Marahan Ama Facebook
Anyie Yaa Anie
Budhiee Asliewonkjowo
Kikina kakak
“Q udd blank lok Q agy mlezz ponan ma cmzan, jdna aQ OL ma tmen2 Fesbukers @_@”
Sudah kebayang betapa mengerikannya hal ini? Bayangkan saja jika kematian kita hanya meninggalkan akun-akun alay dengan postingan yang susah dibaca. Akan jadi tertawaan bagi orang-orang yang hidup. Nyesek ga tuh? Sudah begitu, anak dan cucu pun jadi malu menanggung aib kealayan.
Tidak cukup sampai disitu. Bayangkan di dalam kubur dan hari akhir nanti kita akan diminta pertanggungjawaban untuk semua amal dan perbuatan kita di dunia. Salah satunya adalah akun-akun tersebut.
“Hai Fulan, kau gunakan untuk apa akun-akunmu? Sekarang saatnya pembalasan atas dosa-dosamu membuat tulisan yang susah dibaca manusia.”
‘Mengerikan’ sekali, bukan?
Coba pikirkan lagi, di alam kubur tak akan mungkin kita bisa mengelak. Tak mungkin ada percakapan seperti ini:
M: kamu tau kamu sekarang di mana?
A: di hatimoooeeeee
M: siapa Tuhanmu?
A: kasih tau ga ya?
M: siapa Nabi mu?
A: mau tau aja atau mau tau banget?
M: kamu tau gak kerikil di neraka jahanam 70x lebih panas dari api di dunia?
A: trus gw harus bilang woooooooooow gitu?
M: aku pastikan kamu masuk neraka!!!
A: ciyusss??? miapah???
(diambil dari sebuah komentar di Kompasiana)

Mari kita bandingkan dengan generasi terbaik ummat ini. Mereka di lahirkan di tengah keterbatasan zaman. Listrik belum ada. Apalagi social media. Sebut saja Imam Syafi’I, Imam Malik, Imam Ahmad, Imam Hanafi, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Al-Khawarizmi, dan kawan-kawan(Semoga Allah merahmati mereka). Peninggalan mereka adalah karya-karya yang sangat monumental dan berkelas. Sudah ratusan tahun, tapi tetap saja menuai manfaat. Selalu dibaca dan disampaikan segenap manusia. Bisa dibayangkan apa jadinya jika Kitab Al-Muwatha’ tulisan Imam Malik ditulis dengan tulisan alay? Na’udzubillah. @_@
Nah, itulah perbandingan generasi ratusan tahun silam dengan generasi hari ini. Atau saya yang tidak tahu bahwa alay itu sudah ada sejak ribuan tahun silam dan menjadi klan rahasia yang terus berkembang sampai sekarang? Haha sudahlah…

Tulisan ini tidak bermaksud menyinggung para alay, apalagi menyakiti. Semua orang memiliki hak dan kewajiban yang sama di dalam hukum dan pemerintahan  #eh. Jadi, menjadi alay itu juga hak. Tapi bisalah kita ambil pelajaran untuk bisa menggunakan kemudahan-kemudahan teknologi informasi seperti social media secara cerdas dan bertanggung jawab. Bukan hanya tanggung jawab di dunia, tapi juga akhirat.

Semarang, 5 Juni 2013
@taufikarahmat

0 komentar:

Minggu, 26 Mei 2013

Tolong

Compail failed. Full error. Suspended!
Kira-kira begitu yang muncul saat otak saya mengirimkan instruksi kepada tangan untuk menulis. Terlalu banyak interrupt yang muncul. Perkaranya adalah bahwa saya sudah lama sekali tidak menulis, atau bahkan sedikit corat-coret blog tersayang. Ketika akan menulis, mengumpulkan mood itu susah sekali. Padahal saya tahu bahwa menulis itu tinggal tulis saja, tanpa perlu banyak pretensi.

Banyak yang ingin dibagi dan dicerita. Tapi apadaya, tangan ini masih terpedaya oleh otak yang terlalu banyak interrupt. Ooooohhh… Bring me to Computer System Engineer!

0 komentar:

Rabu, 17 April 2013

Buat Mahasiswa Yang CUMA Bangga Sama IP 3.5


Pas buka facebook pas ada temen y ngeshare tulisan seseorang di tumblr. Ane copast aja nih. Boleh kali lah dibaca.

Disadari atau nggak, mahasiswa di era pasca soeharto lengser cenderung lebih berbeda dibanding dengan mahasiswa sebelum soeharto lengser. Setidaknya, dari intensitas ngomong, mahasiswa jaman sebelum soeharto lengser lebih vokal ngomong di luar urusannya sama akademik.

Terlepas dari ada atau nggak penyokong dana di balik aksi mahasiswa sebelum soeharto, senggaknya mahasiswa di jaman orde baru lebih punya prinsip buat ngadain gerakan-gerakan. Nggak cuma gerakan demo, tapi juga lobi-lobi ke pemerintahan.

Sekarang?

Disadari atau nggak, mahasiswa jaman sekarang cenderung lebih milih nggedein IPK, lulus nggak nyampe 4 tahun, terus kerja di perusahaan bonafit. Sukur-sukur sih kerja di perusahaan asing yang ada di Indonesia. Kalo bahasa kasarannya versi ane, menJongoskan diri di negeri sendiri. yaaa…beda tipis lah sama orang pribumi jaman hindia belanda yang justru jadi kacungnya orang belanda.

Oke. Kembali ke topik. Dari berbagai obrolan warung kopi, emang faktanya mahasiswa jaman sekarang (nggak tau sengaja atau nggak) dibuat biar lebih fokus ke bidang akademiknya. Itu bahasa halusnya. Kalo bahasa yang agak blak-blakan, yaa…mahasiswa dibikin cupu. Dibikin gimana caranya jadi kutu buku, tiap hari cuma berangkat kuliah, masuk kelas, dengerin dosen, tidur di kelas, ngerjain tugas, lobi dosen biar dapet nilai bagus, atau biar lebih dramatis, kalo menjelang ujian safari ke rumah dosen ngasih parcel atau bingkisan. Yaa..siapa tau si dosen akan iba dan tersentuh hatinya kalo udah dikasih bingkisan, terus mau ngasih nilai bagus.
Kurang lebih gitu kan?

Kalo diitung di kampus, jumlah mahasiswa yang mau mikir kondisi kampusnya, lingkungannya, atau malah negaranya, dibanding jumlah mahasiswa yang boro-boro mikir orang lain, buat mikir dirinya sendiri bahkan doi bersedia nyikut kawannya. Banyakan mana coba? Mahasiswa yang lebih ngejar target IPK dan lulus cepet, ketimbang mahasiswa yang menikmati kuliahnya dengan berbagai kegiatan non akademik.

Yaa…nggak bisa dipungkiri, mahasiswa jaman sekarang ngejar lulus dibawah 4 tahun. Bukan mahasiswanya yang salah sih kalo menurut ane.

SEKALI LAGI!
BUKAN MAHASISWA JAMAN SEKARANG YANG SALAH.

Tapi dari berbagai hasil analisis ane, emang mahasiswa jaman sekarang sengaja dibikin nggak vokal, baik merespon lingkungannya, terhadap sikap pemerintah pusat dan daerah, atau juga terhadap orang-orang di sekitarnya. Kenapa?
Berikut analisis ane…. 

Yang pertama, secara nggak sadar, Rezim jaman SBY beda-beda tipis sama rezimnya Soeharto. Nggak percaya? Yaa…walau kedoknya negara demokrasi, bebas korupsi, kebebasan berpendapat, tapi faktanya kroni-kroninya SBY di partai sama di keluarganya pada mainin proyek negara. Korupsi kurang lebih bahasa jaman sekarangnya. Nah, kalo mahasiswa jaman dulu, mereka langsung sadar kalo Kroninya Soeharto korup. Makannya tahun 1998 sempet meledak kan?
Sekarang? Jaman SBY? Orang birokrat udah belajar dari jaman kesalahan Soeharto. Kalo mahasiswa dibiarin liar di kampusnya, dikasih ruang bebas buat berorganisasi atau respek ke lingkungannya, yang ada mereka sadar kalo sekarang jaman udah lagi nggak bener. Maka dari itu dibikin kurikulum kampus yang lebih ketat. Target IPK 3 lah, lulus di bawah 4 tahun lah. bla bla bla….
Itu yang pertama.

Yang kedua, mau nggak mau ane harus ngomong lagi soal konspirasi asing. Kok nyambung ke asing? Pikir aja! 5-10 tahun ke depan, yang bakalan ngurus negara Indonesia tercinta mau nggak mau ya mahasiswa yang kuliah kan? Nah, kalo mahasiswa yang kuliah dibiarin liar di kampusnya, belajar organisasi, terus tiba-tiba sadar mereka masih dibodohi asing jaman modern, pasti mereka bakal berontak.
Nah, strategi asing, ya dibikin gimana caranya biar mahasiswa yang lulus dari kampusnya buat puas dengan gaji sedikit di atas perusahaan pribumi, terus menikmati hasil ngacung mereka di perusahaan asing.
Kalo mahasiswa sadar, 5-10 tahun lagi asing pasti bakal terancam. Kenapa? Bayangin aja sekarang. Berapa perjanjian ekspor impor yang merugikan Indonesia? Contoh gampang yang baru kejadian, Indonesia punya banyak garam, tapi menteri perdagangannya malah impor garam. Nah lo? Nyambungnya? Ya Intervensi asing.

Nggak cuma itu. Sekarang, coba pikir lagi, 5-10 tahun, minyak sama hutan bakal jadi barang langka dan penting. Asing di Indonesia udah mulai ancang-ancang noh! Pake perusahaan, csr, greenpeace, bla bla bla. Nah? Kalo mahasiswa nyadar orang indonesia cuma jadi kacung di negaranya, ya asing merasa terancam. Maka dibuatlah gimana caranya mahasiswa lulus dengan kemampuan akademik aja, biar nggak punya jiwa kepemimpinan, terus puas dengan kedudukan STAF PERUSAHAAN ASING di negaranya sendiri.

Itu baru dua. Sebenarnya masih banyak opini di otak ane, kenapa mahasiswa sekarang dibikin diem. Oiya, perlu ditekankan lagi. Ane nggak mendiskreditkan mahasiswa jaman sekarang. Karena status ane sekarang juga masih mahasiswa. Tapi yang terjadi sekarang, sistemnya emang dibikin gitu. mahasiswa diberi ruang sempit buat melakukan aktivitas diluar doktrin akademik. Intinya 24 jam dalam 7 hari, mahasiswa disuruh baca buku doang!
Terus juga, ane nggak anti asing! Tapi faktanya sekarang, asing yang udah ngobok-obok negara kita. Emang mau besok anak-anak kita tetep dijajah kayak kita? dijadiin kacung dari perusahaan-perusahaan mereka yang udah nyedot emas, minyak, batubara, dan kekayaan negara kita buat perut mereka? Ane rasa cuma orang bego yang mau diporotin hartanya sampe mereka jatuh miskin.

Sebenernya sih mahasiswa yang nyadar juga ada. Ada juga mahasiswa sekarang yang mulai bikin gerakan sosial. Misalnya di twitter, facebook, forum. Yaa..termasuk kaskus juga. Di dunia nyata, banyak juga mahasiswa yang bikin gerakan sosial yang intinya ngembangin potensinya. Tapi itu baru sebagian kecil.
Ini bukan jaman penjajahan klasik kayak jaman jepang, belanda, inggris jajah indonesia sebelum 1945. Ini jaman penjajahan model baru. Nggak cuma orang asing, bangsa sendiri yang cuma mikir mbuncitin perut mereka juga penjajah model baru.

4 komentar: