About Ourself, Just The Way You Are
Bahkan sampai sekarang
saya selalu dibuat pusing dengan pertanyaan yang tidak henti-hentinya
menghujani alam pikir dan alam khayal saya. Tentang retorika Tuhan menciptakan
sesosok makhluk nista penuh dosa seperti saya… Nista bung! Nista! Kotor! Haha…
Tapi keberadaan kita
di dunia yang fana ini benar-benar tanpa perlu pretensi. Meski begitu tetap
semua harus memiliki definisi karena sesuatu semahal apapun jika tak memiliki
definisi ianya tak akan berarti. Kecuali cinta. *Hehe apaan sih?
Tak perlu juga sampai
menggunakan semantik untuk memperoleh definisi, cukup saja dengan mengamati,
merasakan, dan menjadi. Karena definisi tak selalu sempurna jika harus diwujudkan
dalam kata-kata.
Kadang-kadang
pertanyaan ini seperti menampol saya bolak-balik ketika lagi-lagi saya teringat
tentang eksistensi saya di dunia. Who are you? Ketika diri nista ini
benar-benar butuh definisinya sendiri.
Dalam sebuah
kesempatan diskusi sore ini di Bundaran Widya Puraya, definisi ini perlahan muncul
dan menyeruak ke permukaan dunia nyata setelah sekian lama mengendap
dalam-dalam di alam bawah sadar.
Semua orang pasti
sepakat bahwa kita adalah manusia. *nah lho yg gak ngerasa manusia ayo cung..
Manusia yang terlahir, bukan tanpa sengaja. Tapi memang setelah melalui proses
panjang penciptaan. Terlahir selain bukan tanpa sengaja terlahir bukan untuk
sia-sia. Inilah kita. Nah, faktanya sekarang adalah terlalu banyak waktu atau
bagian-bagian kecil hidup kita yang disia-siakan. Harusnya sih tiap
detiknya itu menghasilkan karya-karya yang tak sederhana. Sebut saja ada
manfaat yang dituai.
Tapi jangan lupa kalau
kita adalah orang yang beruntung. Untung terlahir sebagai manusia. Bukan
binatang, bukan tumbuhan. Gak kebayang kalau kita terlahir sebagai nyamuk. Baru
lahir, tiba-tiba udah digaplok dan innalillahi. Kita lahir sempurna,
meski sekarang kadang-kadang juga labil. Tapi physically kita sempurna. Lahir
dengan pendengaran, penglihatan, akal, dan hati yang sudah aktif. Ga perlu lagi
kirim sms aktivasi untuk mengaktifkan semuanya. Alhamdulillah kita terlahir di
tengah-tengah orang yang tepat, kita ditaqdirkan bertemu dengan kedua orang tua
kita dan sanak-saudara kita yang semuanya memang sudah direncanakan Yang Di
Atas, tanpa ketidaksengajaan. Terlalu banyak kalau coba dihitung satu per satu.
Karena kalau coba dirunut dari lahir sampai sekarang segede ini, tiap scene
dalam hidup kita seperti alur keberuntungan. Alhamdulillah.
Dan nikmat yang paling
indah adalah Allah adalah tuhan kita.
*weeee jangan
bawa-bawa Tuhan bero!
*emang kenape? Gue
anak Rohis and I’m not terrorist! Haha
Hidup ini terasa
sangat nikmat. Betapa tidak, sebab kita dilahirkan dan dihidupkan di dunia ini
sudah lengkap dengan fasilitas-fasilitas social. Kita tidak terlahir sendiri.
Kita terlahir sebagai makhluk sosial. Yang hidup berdamping-dampingan dan
cenderung memenuhi kebutuhannya. Sehingga saling berinteraksi. Maka coba
definisikan diri kita sebagai pribadi yang supel. Yang mudah bergaul dan
berinteraksi. Yang tak perlu banyak sarat untuk memperoleh teman. *because
you are not alone bro
Tak ada yang terlahir
sia-sia. Harusnya begitu. Orang tua kita sudah membantu kita memberikan
definisi untuk diri kita sendiri. Ya, nama. Hal paling istimewa adalah ketika
kita lahir dengan nama yang berbeda. Unik dank has, namu sarat makna dan do’a.
Dalam tiap nama ada harapan, impian, dan do’a. Sudah tau arti nama diri
sendiri? Konyol kalau sudah hidup puluhan tahun tapi tak tahu arti nama
sendiri. Segera cari tahu! Dan jadilah lebih hebat, sebab kau sudah memiliki
satu definisi tentang dirimu! Dari namamu.
Waktu tak pernah hirau
yang mati dan yang hidup. Tidak perlu persetujuan kita. Terus datang tanpa
diundang. Akan berlalu tanpa dihalang. Tak ada tawar menawar untuk satu detik
berlalu. Bahkan Allah sampai bersumpah pada waktu. Diri ini adalah kumpulan
dari waktu-waktu. Berlalu sehari, berkuranglah diri kita sebagian. Maka
saksikanlah bahwa diri ini adalah sang pembelajar dan pejuang. Yang melintasi
waktu yang kadang menjadi sahabat saat nikmat datang bertubi-tubi. Tapi kadang
waktu juga menjadi sosok yang paling mengerikan karena kekakuannya saat
kematian menjelang, dan kau tak mampu mengintervensinya, meskipun hartamu
berlimpah, meskipun ayahmu orang terpandang.
Pernahkah kita
berpikir bahwa kita adalah orang-orang yang istimewa? Yang jelas semua sepakat
bahwa kita terlahir berbeda. Nama, fisik, suara, bakat, kesukaan, semuanya
berbeda. Dan itulah potensi. Maka katakana bahwa kita adalah orang-orang unik.
Satu paket raga dari atas hingga bawah yang ruh Anda tempati adalah limited
edition. Satu-satunya di dunia. Tak ada yang lain selain dirimu! Lalu, kenapa
tidak kita keluar rumah, berjalan dengan penuh percaya diri untuk kemudian
berjuang dalam belajar dan berjuang mengarungi kehidupan untuk meraih prestasi
tertinggi?
Terlalu banyak
definisi. Sederhananya katakanlah kita hidup, bukan orang mati. Jelas berbeda
antara yang hidup dengan yang mati. Tapi tak jarang, banyak orang fisiknya
hidup tapi seperti orang mati. Maka disini perlu kita sadar tentang apa hakikat
hidup dan kehidupan. Singkatnya apa sih hidup buat kamu?
Jadi inget Mapel
Biologi yang dulu gurunya Bu Afifah. Beliau bilang bahwa makhluk hidup itu
cirinya bergerak. Dan tulisan ini sangat sepakat untuk hal itu. Bahwa tiap yang
hidup dan bernyawa secara alami ia akan terus bergerak. Berubah. Ibarat air
tempat tinggalnya para ikan, ia akan segar manakala terus mengalir, tapi akan
kotor dan busuk saat diam selalu. Konsekuensi logis dari bergerak adalah
perubahan. Berubah jadi semakin baik atau semakin buruk. Pilihannya ada tiga,
jika taka da perubahan, maka merugi. Jika lebih buruk, maka celaka. Jika lebih
baik, maka beruntung. Silahkan pilih yang mana.
Hidup tak sesederhana
junk food, sekali pesan langsung jadi. Atau tak seinstan mie instan, sekali
rebus, tinggal lahap dan sudah. Tapi hidup adalah proses panjang. Bukan sekedar
rutinitas biasa yang tanpa sengaja terulang dengan hal yang sama tiap harinya.
Baiknya hidup itu tiap harinya berbeda. Sebut saja itu kejutan dari Tuhan.
Intinya hidup adalah proses yang tak pernah berhenti. Proses yang lebih rumit
dari siklus instruksi dan pemrosesan data dalam CPU. Ada input, juga ada
output. Input baik yang baik maka outputnya pasti baik. Tantangannya adalah:
live your life! Dengan proses-proses yang menghidupkan kehidupan.
Hidup bisa
diterjemahkan sebagai pencarian sebab hidup adalah misteri. Meskipun tak
semuanya adalah misteri, tapi esok adalah misteri yang dapat dijawab jika dan
hanya jika kita berani bergerak bersama bergulirnya waktu. Nanti juga misteri.
Segala apa yang belum terjadi adalah misteri ilahi yang bisa jadi itu adalah
kejutan dari Sang Pencipta. Kita tak tahu, tapi kita mengerti bagaimana
merancangnya agar misteri itu menjadi sesuatu yang dicari dan dinanti.
Boleh juga jika hidup
diterjemahkan sebagai pengabdian dengan sepenuh loyalitas dan totalitas. Setia dengan
apa yang menjadi prinsip. Total dengan apa yang disebut ‘kerja’ dan ‘pengorbanan’.
Salah jika dikatakan
hidup untuk mati. Logika orang tak beriman meyakini setelah hidup kemudian
mati, dan tak ada lagi kehidupan. Inilah yang menyebabkan kekeringan melanda
rohani. Pola pikir pesimistis yang tak lagi memiliki harapan, sehingga hidupnya
hanya sebatas yang ia rasakan sekarang, tak peka dengan kehidupan lain di depan
yang mulut gerbangnya sudah menganga.
Padahal pesan dari
langit sudah sampai sejak awal manusia hadir di bumi. Yang paling dekat adalah
sekitar 1400 tahun silam ketika nabi terakhir membawa risalah paripurna bahwa
kepada Allah-lah satu-satunya penghambaan dan pengabdian yang hakiki. Dan setelah
kematian akan ada lagi kehidupan di alam kubur untuk kemudian dibangkitkan dan
mempertanggungjawabkan kahidupan sekarang serta memperoleh reward and
punishment. Sederhanya begitu, seperti siklus program kerja yang biasa kita
eksekusi di organisasi.
Maka sesungguhnya hakikat
hidup yang sekarang adalah menuju hidup yang berikutnya. Hidup adalah proses menuju
Allah yang kekal abadi. Setelah itu kita akan mendapat tempat kembali surga atau
neraka. Pengabdian dan loyalitas yang paling utama dan pertama adalah kepada
Allah yang menciptakan, menghidupkan, mematikan, dan menghidupkan yang mati;
yang menjadi muara dalam kehidupan berikutnya.
#Sumber Inspirasi:
Diskusi Rabuan U-Win Indonesia @ Bundaran Widya Puraya
Atas nama hidup dan kehidupan
Semarang, 21 September
2012
0 komentar: