CAHAYA tetaplah CAHAYA *repost tulisan seorang adik yang hebat
Ini tulisan dari adik saya bernama Abdur Rozak Kodarif, Bandung. Saya baru sadar, ternyata kami yang sama-sama anak dari kampung ini, juga sama-sama terobsesi dengan cahaya. Sila kunjungi blognya
disini.
Para bintang sedang berkumpul dalam persidangan dan saling berselisih faham dalam persidangan tentang siapa yang akan menerangi bumi. Setiap bintang ber-argumentasi mengungkapkan kelebihannya dan kemampuannya. Namun, hanya satu bintang yang tetap tenang dan diam dalam perselisisihan, ia adalah matahari. Sang matahari tetap kokoh dalam posisinya dan tidak ikut dalam perselisihan itu, ia hanya memperhatikan teman - temannya sembari tersenyum. Lalu salah satu bintang yang bernama bintang biru bertanya pada matahari “ Hai matahari kenapa kau hanya diam saja ? Disini sedang bersidang untuk menentukan siapa yang akan mendapatkan kedudukan agung untuk menerangi bumi tapi kau hanya diam saja dari tadi sembari tersenyum – senyum tidak jelas.” Lalu sang matahari menjawab sembari tersenyum “ Aku tidak merasa harus berselisih tentang ini sahabatku.” Merasa geram bintang birupun menanggapi dengan ketus “ Jika kau tidak peduli silahkan keluar dan dengan itu berarti kau tidak memiliki kesempatan untuk memperoleh tempat yang agung itu.” Lalu sang matahari tersenyum dan memegang tangan sang bintang biru. Dalam senyuman itu ia menatap erat si biru lalu berkata “ Jika kau dan mereka ingin mendapatkan kedudukan itu maka perjuangkanlah kawan, aku tidak menginginkan kedudukan itu tapi yang harus kalian pahami, menjadi cahaya bukan tentang kita berkedudukan dimana, tapi menjadi cahaya adalah seberapa guna kita menerangi dan menentramkan sesuatu dalam keadaan gelap gulita dan menghangatkan dalam keadaan dingin.” Semua bintangpun sontak terdiam mendengar perkataan matahari kepada bintang biru. Lalu mereka sadar tentang tugasnya sebagai bintang yaitu sebagai sumber cahaya yang mempunyai tugas mulia menjadi penerang kehidupan tak peduli ia dimana ditempatkannya, cahaya tetaplah cahaya. Akhirnya persidangan diakhiri dengan penobatan matahari sebagai penerang bumi. Namun, matahari mengajukan permintaan kepada para bintang yang lain untuk mengajak sahabatnya bulan untuk menemaninya. Para bintangpun terheran – heran dengan permintaan matahari lalu bertanya “ Mengapa kau harus mengajak bulan ? dia bukanlah bintang seperti kita ia hanyalah pemantul cahaya, jika kau takut tidak bisa menerangi semua sisi maka ajaklah salah satu dari kami agar kami dapat membantu dalam menerangi bumi.” Mataharipun menjawab “ Apa yang kalian katakan adalah benar sahabatku, tapi aku tidak ingin penduduk bumi justru merasa silau dan akhirnya tidak bisa melihat karena terkena cahayaku terus menerus. Dan aku tidak ingin rasa hangat yang aku berikan menjadi rasa panas yang membakar karena terus – menerus mereka rasakan . Biarkanlah mereka merasakan keteduhan dalam hari – hari mereka agar mereka tidak terlena dengan adanya cahayaku yang menyinarinya terus lalu membuat mereka menjadi buta dan tak tahu arah. Bukankah tugas kita sebagai cahaya ialah menjadi penunjuk arah bagi mereka sahabatku ?” Para bintangpun semakin takjub dengan kebijaksanaan sang matahari. Akhirnya sidangpun diakhiri dan pergilah matahari dan bulan untuk bersama menerangi bumi. Matahari sebagai sumber cahaya utama dan bulan sebagai pemantul cahaya sang matahari agar para penduduk merasakan kedamaian dalam gelapnya. Lalu dari cerita diatas apa yang bisa kita ambil sahabatku ? Penulis ingin mengatakan bahwa pemimpin itu adalah cahaya diantara rakyatnya dan seorang pemimpin tidak akan memaksakan kehendaknya untuk menjadi pemimpin. Tapi, ia akan membiarkan sesuatu menjadi pemantul cahanyanya agar rakyatnya dapat merasakan ketentraman.
Maka Saksikanlah! *hanya meluapkan rasa
Dan
benar menggenggam bara api itu tetaplah panas. Sebaik apapun kita memegangnya,
tetaplah panas. Apalagi ketika memutuskan untuk turun tangan dan ikut berperan.
Semakin banyak caci dan prasangka menyasar. Kadang sering dalam hati mengeluh, “Aku
lelah, Yaa Allah.” Tapi kembali keluh itu hapus oleh kalam-Mu yang menjadi
inspirasi mottoku “Bergerak atau tergantikan”.
Pernah
juga terpikir, kata caci apa yang pernah lisan ini keluarkan, keputusan apa
yang pernah dibuat dengan landasan tendensi yang menyimpang dari keadilan dan
kebenaran. Sampai diri ini berani bersaksi untuk mempertanggungjawabkan
semuanya. Hingga mengapa masih ada maki yang suka menyapa.
Tapi
barangkali karena mereka semua peduli dan memerhati, tapi dengan cara yang
berbeda. Dan pada akhirnya aku mengerti mengapa Kau menjadikannya pada
peringkat pertama dari orang-orang yang Engkau berikan naungan pada hari tidak
ada naungan selain naungan-Mu. Pemimpin yang adil. Ternyata begitu berat. Tak pantas
dicari. Hanya bisa jadi obsesi. Bukan ambisi. Sambil terus isi kapasitas dan
kualitas diri. Karena visinya buka predikat sebagai pemimpin, tapi sebagai
manusia yang Kau pilih jadi peringkat pertama beroleh naungan-Mu pada hari
dimana tak ada naungan selain naungan-Mu.
Do’a
kami,
Yaa Muqallibalqulub tsabbit qalbi ‘aladdinik.
Jadikanlah pada niat kami keikhlasan,
bukan karena perhiasan, atau karena kemilau ciptaan-Mu.
Jadikanlah pada perilaku kami kesahajaan dan keteladanan.
Jadikanlah pada tekad kami kesabaran untuk menetapi jalan-Mu.
Jadikanlah pada awal, tengah, dan akhir usia kami keridhaan-Mu.
Jadikanlah pada hati, wajah, perkataan, dan perbuatan kami, cahaya-Mu.
Jadikanlah benar, bahwa akhirat di hati kami, dan dunia dalam genggaman tangan
kami.
Lindungi kami dari segala nifaq.
Sesungguhnya kami terlampau zhalim dan Engkau Maha Pengampun. Kami terlampau
bodoh untuk banyak prasangka dan Engkau Maha Mengetahui apa-apa yang nyata dan
tersembunyi.
Aamiin.
Tulisan
ini bukan untai kata gombal. Jika kau yang membaca merasa begitu, maka tak usah
dibaca. Jika tidak, maka bantu kami untuk mengamini.
Abu Hurairah ra telah meriwayatkan bahawa
Rasulullah SAW telah bersabda:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِى اللهُ عَنْهُ
أَنَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِى ظِلِّهِ يَوْمَ لاَظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ:
إِمَامٌ عَادِلٌ، وَشَابٌ نَشَأ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ، وَرَجَلٌ قَلْبُهُ
مُعَلَّقٌ فِى الْمسَاجِدِ،
وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِى اللهِ، اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ،
وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ: إِنَّى أخَافُ
اللهَ،
وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأخفَاهَا حتَّى لاَ تَعْلَمُ شِمَالُهُ مَا
تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ،
وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَلِيْلً فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ.
”Terdapat 7 golongan yang akan mendapat
lindungan arasyNya pada hari yang tiada lindungan melainkan lindungan
daripadaNya. Pemimpin yand adil; pemuda yang masanya dihabiskan untuk beribadah
kepada Allah SWT; seseorang yang hatinya terpaut pada masjid; 2 lelaki yang
berkasih sayang dan bertemu dan berpisah kerana Allah SWT; lelaki yang digoda
oleh perempuan cantik dan berpengaruh untuk melakukan maksiat tetapi dia
menolak dengan mengatakan Aku Takutkan Allah; seseorang yang bersedekah dan
menyembunyikannya sehinggakan tangan kanannya tidak mengetahui apa yang
diberikan oleh tangan kirinya; dan seseorang yang mengingati Allah ketika
bersendirian sehinggakan mengalir air matanya kerana Allah SWT.” (HR. Muslim)
Tembalang, 22 November 2013.
#Senyum ini masih ingin tersimpul hingga mati. Agar tak tergantikan kecuali
ajal menjemput.
Segenggam semangat untuk Mas Dwi
Jenak-jenak waktu yang kita tuliskan cerita di atasnya
Biarkan ia bercerita, tentang masa yang tak terlupa
Bahwa hati ini menyatu, lewat ide, karya, dan inspirasi
Bahwa berani bermimpi, berani berkarya, dan berani
menginspirasi
Itu yang utama.
Kawan, tunggu kami di depan sana. Di gerbang kesuksesan.
Lalu kita berjibaku lagi dalam karya dan inspirasi yang lebih besar.
Untuk Indonesia.
Insyaallah.
Wah
baru dapet kesempatan sekarang buat nulis ini. Terharu dan bersyukur banget
kemaren sudah ada dari fungsio BEM FT KM Undip yang wisuda. Beliau namanya M. Dwi
Khoirun Adhim, Diploma III Teknik Kimia angkatan 2010. Mas Dwi juga jadi
litbang BEM FT KM Undip, untuk Departemen Kebijakan Publik.
Tulisan
ini ingin menyampaikan rasa bahagia yang sama, dan ucapan selamat teriring do’a
semoga di fase hidup yang baru ini dimudahkan segala langkahnya dan diberkahi.
Masih inget dulu awal tahun saya sama Bang Heri meminang Mas Dwi untuk berkarya
bersama di BEM FT KM Undip. Alhamdulillah dapat respon yang positif banget dari
Mas Dwi.
Kita
kumpul-kumpul, ngobrol bareng, ketawa bareng, sedih bareng, evaluasi bareng,
banyaklah yang udah kila lakuin. Semoga menjadi amal jariyah. Ga kerasa ya
waktu cepat sekali berputar. Mas Dwi sudah wisuda. (Saya menyusul segera
insyaallah J
hehe).
Lewat
tulisan ini saya juga ingin meyampaikan terimakasih yang banyaknya tak hingga
atas setiap ide, karya, dan inspirasi, yang sudah Mas Dwi berikan satu tahun
terakhir ini. Mas Dwi sudah jadi bagian penting dalam hidup saya dan keluarga
di BEM FT Undip tahun ini. Berat rasanya melepas. Bukan karena periode
kepengurusan yang tersisa dua bulan ini. Bukan. Tapi karena kekeluargaan yang
sudah kita bangun. Tapi karena cerita tentang karya dan inspirasi yang kita
tuliskan.
Mas
Dwi, meski sudah wisuda, jarak mungkin memisah, tapi tetap Mas Dwi adalah
bagian dari keluarga BEM FT KM Undip 2013. Sampai kapan pun. Kekeluargaan ini
abadi. Aamiin. J
Barakallahu
fik, Mas Dwi.
Senyumnya bahagia sekali. Jadi ikutan bahagia. :)
1 komentar: