TERHANGAT

Selamat datang, Sobat! Jangan malu-malu untuk baca, komentar, dan share ya. Semoga coret-coretan ini bisa bermanfaat ya. Salam kenal. :)

“(Allah bersumpah dengan ciptaannya) dan demi jiwa serta penyempurnaan ciptaannya. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan kedurhakaan dan jalan ketaqwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”. (QS.91:7-10)

Rabu, 19 Desember 2012

Teknik 10000 Suara


Saatnya mengklarifikasi dan menyampaikan yang sebenarnya. Kemarin malam yang membuat statement "Teknik Pemira Ulang dengan 10000 surat suara" adalah saya. Jumlah mahasiswa aktif yang menjadi pemilih di atas 10000. Tapi sangat sadar bahwa angka 10000 itu tidak realistis. Berdasarkan pengalaman, kurang lebih yang berpartisipasi kurang lebih seperempatnya, antara 3000 sampai 4000 mahasiswa (Ini yang terjadi di fakultas terbesar di Undip). Saya bukan siapa-siapa memang, dilantik saja belum. Tapi saya mahasiswa yang juga berhak bicara saat semua bicara tentang kepentingan dan egonya. Statement tersebut sengaja saya lontarkan agar menjadi opini publik, saya tak peduli apakah pro atau kontra. Tapi yang saya rasakan malam ini hal tersebut sudah menjadi bahasan publik, terutama di media sosial.Puncak dari statement tersebut adalah klarifikasi ini. Yang ingin saya sampaikan bukanlah Pemira Ulang Teknik dengan 10000 surat suara. Jelas ini statement lemah dari beberapa segi. Pertama, pemira di FT berjalan lancar tanpa kendala berarti. Kedua, realitas pemilih yang berpartisipasi relatif sama dari tahun-tahun sebelumnya. Ketiga, berdasarkan regulasi yang ada, tidak ada alasan untuk diadakan pemira ulang.Semalam saya keluarkan statement tersebut saat Pembantu Rektor III dan Pembantu Dekan III FISIP masih ada dalam ruangan. Saya masuk ke dalam sekretariat KPR dan menyampaikan beberapa hal.Jadi apa sebenarnya yang menjadi maksud dari statement saya itu?Ketika orang-orang sudah ramai dengan pro dan kontranya dengan statement "Teknik Pemira Ulang dengan 10000 Surat Suara", maka saya ingin semua mendengar klarifikasi inti ini dan menjadi agenda kita bersama.
Pertama, KPR bebas intervensi dan tekanan, yang saya dengar Ketua KPR disembunyikan dan dikejar-kejar. Saya tidak tahu bagaimana sebenarnya.
Kedua, peraturan yang ada benar-benar ditegakkan secara menyeluruh kepada pihak-pihak yang terkait.
Ketiga, semua pihak dan fakultas diperlakukan sama, tidak boleh ada yang diistimewakan atau didiskriminasi.
Keempat, Pemira FISIP harus dilaksanakan secara langsung, terbuka, jujur, dan adil. Jangan sampai ada pelanggaran yang terjadi semisal penggelembungan suara. Sebab itu hal ini harus menjadi pengawalan kita bersama.
Kelima, kemarin saya melihat sendiri surat suara dari TPS FEB dibakar. Dan disini saya menuntut supaya hak pilih mahasiswa FEB tetap tersampaikan. Alternatif yang saya tahu adalah adakan Pemira lagi di FEB seperti yang dilakukan di FISIP. Ini untuk menjamin semua hak mahasiswa dapat terakomodir. Tak banyak, hanya empat poin. Semoga bermanfaat. Dan harapan kita, Satu Tekad Undip Jaya!


Taufik Aulia Rahmat

0 komentar:

Bung Adillah


Bung, jalan-jalanlah dulu… Jangan kau langsung pulang ke rumah Coba kau lihat dunia
Sebab kalau tidak, kau tak akan dapat apa-apa
Kau akan terlalu bangga dengan kebesaranmu, berikut istana dan makanannya
Lalu kau lupa tentang hakikat, dan matamu terbutakan
Kau menganggap abadi ambisi, lalu kau tak menganggap penting nurani
Akal sehat terlalu banyak kau gunakan untuk berprasangka
Lidah mungilmu terlalu banyak kau pakai untuk mencibir di halaman belakang rumah tetanggamu
Cobalah sini kau tengok sedikit,
Tak perlu kau melebih atau terlalu bangga dengan istana berikut mahkotamu

Tak melulu semuanya adalah timur, atau barat
Matamu memanglah dua, tapi kau bisa melihat banyak hal
Lidahmu memanglah satu, tapi kau bisa mengatakan banyak hal
Telingamu memang dua, tapi kau bisa mendengar banyak hal
Otakmu masih terlau bersih, sehingga kau amat bagus sebenarnya untuk mencerna

Jangan kau palingkan mukamu ke arah arang yang makin legam
Tapi tengoklah kesini
Duduk barang sesaat di sampingku
Biar kuajari kau bagaimana cara berdiri tegak yang tak terlalu busung dadanya
Biar kuajari kau bagaimana cara menatap mantap yang tak terlalu mendangak dagunya
Biar kuajari kau bagaimana cara tidak mubazir dalam ceritamu

Bung, kendalikan perahu layarmu… Jangan sesumbar membentang layar, kerana layar kadang tak baik jika terlalu lebar dibentang
Adillah, Bung!

0 komentar:

Surat dari Ayah untuk Pemenang


Penentu kemenangan bukan disini (sambil nunjuk otot) Atau pun disini (sambil nunjuk otak) Tapi disana (sambil nunjuk langit)
Disana di atas langit
Oleh Dia yang bersemayam agung di atas arsy-Nya
Tiap lomba lari mustahil taka da pelari yang ingin tertinggal
Mustahil ada pelari yang ingin kalah, mustahil
Tak mungkin ada yang membenci kemenangan
Kemenangan, ini yang dicari
Lebih dari itu, muaranya adalah kemuliaan
Di hadapan Yang Maha Mulia
Pesan ayah di rumah:
Ingat Nak, kau kudidik untuk jadi seorang pemenang! Bukan pecundang
Menangnya seorang pemenang, ia tak akan meninggi, justru semakin merunduk
Kau lihat kakinya, masih menyentuh tanah, tapi namanya sudah sampai langit
Menang dengan kesahajaan
Kau boleh kalah
Kalau pun kalah, kalahlah dengan cara pemenang
Kalah yang bermartabat
Lebih dari itu, ayah percaya kau adalah pemenang…
Yang akan melesat, melewati roket-roket yang ditembakkan di sana
Kau adalah pemenang sejati di hati ayah, saat semua orang berlomba menjadi pemenang dengan cara pecundang
Kau pemenang, saat kau mampu” mengambil hati” yang membolak-balikkan hati
Kau bisa berlari sampai berdarah-darah, dan biarkan pasir menjadi saksi bisu
Kau adalah pemenang, dengan kesantunan, kesahajaan, dan keikhlasan
Banggakan ayahmu, Nak!

0 komentar:

NonSense


Hujan yang merintik kecil kemudian deras
Hanyalah tanda bahwa hidup itu terus
Dari air, semua hidup, semua mengalir
Hanyalah tanda bahwa rahmat selalu berlimpah
Kecil-kecil, tapi banyak

Hujan makin menderas
Diselingi kumandang adzan yang sayup-sayup terdengar
Hujan sedikit mengalah perlahan
Dan kecil
Ini interaksi alam yang saling sinergi

Aku hanya lelaki kumuh yang mencoba menggenggam hujan
Bersahabat dengan rintik-rintik yang permai
Kompromi dengan kilat yang menyambar


Selasa siang ketika hujan mengadu

0 komentar:

Senin, 03 Desember 2012

Menyapa Aurora



Memandangi aurora yang anggun berkata pada malam
Di malam sejuta bintang tersenyum pada semesta
Di malam ketika cahaya rembulan datang temui pungguk
Aurora menampakkan kibaran anggunnya
Buatku tertegun tanpa gumaman, dalam.

Aku tegak sendiri di tengah rerumputan yang ramah bergoyang
Mencari tempat paling tinggi ‘tuk menggapai auroraku, meski hanya ujungnya

Aku hanya bisa tersipu oleh parasnya
Aku hanya terbata menjawab sapanya
Aku hanya bisa menunduk dari tatapannya yang dalam
Aku hanya bisa diam memandangi sikapnya
Aku hanya bisa menggores tinta di atas kertas dan tengadah tangan untuk menjaganya

Aurora membuatku tak kuasa
tak mampu bergerak, tak berkutik aku
Seperti aku tersihir pesonanya
Dan berlutut

Kan kucari temali yang menggantung ke pangkal langit
Kan ku tapaki ribuan anak tangga
Kan kudaki puncak gunung tertinggi
Kan ku bersamai kepakan sayap burung
Hingga jelas hadirnya auroraku

Dengan halus kubuka lembaran buku harianku
Di dalam aurora menghiasi
Aurora yang selalu tinggi, elegan dalam anggunnya, santai dalam lakunya
Disini tinggal aku di daratan, yang memandangi, dan mendaki


1 komentar:

Selasa, 27 November 2012

Karena Kita Laskar #Kunang2


Malem ini sy pengin tweet ttg kunang-kunang #kunang2
Selamat datang di negeri kunang-kunang :) #kunang2
Pernah liat matahari? Cahayanya besar bgt. Jadi sumber energi. Dia menerangi sebagian bumi yang siang #kunang2
Siapa bs jd kayak matahari? Punya power yg besar. Punya cahaya yg ga ada satupun barang di bumi bisa nyaingin #kunang2
Oke deh. Jadi matahari itu ibarat orang-orang yg besar! Besar dg gagasannya. Besar dg karyanya. Hingga ia menginspirasi #kunang2
Sebut aja Muhammad saw, Abu Bakr, Umar, Usman, Ali #kunang2
Beberapa masa setelahnya ada Shalahuddin Al-Ayyubi, Muhammad Fatih, de el el #kunang2
#kunang2 di belahan dunia lain ada Mahatma Gandi, Bung Karno, Bung Hatta, dkk
Mau jadi kayak mereka gak? Syaratnya kamu harus cari and punya cahaya sendiri, ga perlu sama, tp intensitas cahayanya #kunang2
Siap jadi matahari? Atau mau jadi bintang yang lain? Lampu? Petromax? Lampu neon? Atau lilin #kunang2
Apapun itu, mereka tetap cahaya. Sekecil apapun, pasti manfaat. #kunang2
Itu kesamaannya. Dan itu juga sama seperti kita, manusia. Ga semua bisa jadi matahari, ga semua bisa jadi rembulan #kunang2
Tapi semua pasti bisa punya cahaya yang berpendar, sekecil apapun, tetep manfaat #kunang2
Semua punya kapasitas dan peran masing-masing. Kalau jadi lilin, jadilah lilin yg bisa nerangin ruangan yg kegelapan #kunang2
Kalau jadi lampu jalan, jadilah lampu jalan paling terang yang menerangi hingga ujung jalan #kunang2
Kalau jadi LED, jadilah LED terbaik dg daya kcil tp intensitas cahaya paling terang dan berkilau, menyemarakkan dunia yang berwarna #kunang2
Nah, sekarang yuk kita beralih dari cahaya-cahaya dari alat buatan, ke cahaya alami #kunang2
Ternyata ada Light Troops lho --> laskar cahaya di dunia ini #kunang2
Mereka makhluk yang jarang terjamah, semakin kesini semakin sulit ditemukan #kunang
Mereka tubuhnya kecil, tapi bercahaya #kunang2
Mereka ga peduli, ga minder, dengan cahaya sebesar apapun, karena mereka punya cahaya sendiri #kunang2
Sadar gak tweeps? Untuk bisa jadi orang bermanfaat, org brguna, ga prlu jdi matahari, lampu neon, LED, atau yang lain. Jadilah dulu #kunang2
#kunang2 itu, terbang bebas, jadi dirinya sendiri dengan cahayanya sendiri
#kunang2 itu paling gampang ditemuin di tempat gelap, malam-malam hari, merekalah yang paling terang disana?
Udah jadi #kunang2 belum? Ga perlu dulu untuk berada di podium2 atau di singgasana2 besar utk berkarya dan bermanfaat
Tapi uji dan coba dulu diri kita punya cahaya atau ga. Beda ada cahaya dg tanpa cahaya (gelap) itu jelas lho tweeps #kunang2
Datangilah tempat terburuk buatmu, masuklah ke posisi tersulit, berdirilah di tempat yang dimana ada masalah yg amat pelik, gelap #kunang2
Mampukah kita menjadi cahaya disitu? #kunang2
Bukan berarti menjadi solusi utama atau cahaya yang paling besar, tapi jadilah dulu #kunang2 yang punya cahaya sendiri
jadilah dulu #kunang2 yang ga menyerap cahaya lain, yang ga nimbulin kegelapan, yang ga malah kasih masalah baru
yang kerlap-kerlip timbulkan kesan indah #kunang2
yang membuat orang senang melihatnya, sejuk #kunang2
yang menenangkan melihat cahaya2 kecil yang kejar2an dan saling kejar2an #kunang2
Yang lebih memilih di tempat gelap, mereka bisa bermanfaat, di tempat yang paling membutuhkan mereka, disana mereka berada #kunang2
Yang Cerah, Bersinar Menginspirasi... Yang Berani, yang menginspirasi... #kunang2
Kitalah #kunang2 itu hari ini kawan
Mereka memiliki apa yang dimiliki matahari, neon, atau LED, yaitu cahaya #kunang2
Mereka bersahabat, menyatu, dan membumi dg daun, tangkai, rumput, semut, dan semua penduduk2 yang kita jarang dekati #kunang2
Nah, bisa ga? Sebelum kita jadi cahaya yang lebih besar, jadilah dulu #kunang2
Kita semua sama kok, karena kita adlah #kunang2, yang insyaallah suatu hari nanti akan berevolusi jadi cahaya yang lebih besar
Tapi tetep, asal kita adalah #kunang2
Maka kita adalah Laskar Cahaya, keluarga #kunang2
Yuk, segera arrange cahaya sederhanamu bersama keluarga #kunang2 :-)

0 komentar:

Jumat, 09 November 2012

Al-Qur'an, Manual Book Kehidupan

Untuk mengabadikan mentoring-mentoring kita, terobosan baru nih. Untuk dituliskan dan dibagi. Simak ya!
  • Tweeps, mau crita sdikit nih. Smlem adlh mentoring ke2 sy brsma adik-adik 2012. #BeraniMenginspirasi
  • Serunya lingkaranny tmbh bsr krn adik2 binaan @bangimad1 gbung jadi satu sm adik2 yg sy bina #BeraniMenginspirasi
  • Di pojokan Maskam dlma kesejukan malam yg baru selesai hujan kita bahas sedikit tentang kitab suci kita, Al-Qur'an. #BeraniMenginspirasi
  • Apa sih Al-Qur'an itu? #BeraniMenginspirasi
  • Al-Qur'an adlh kitab suci kita, yg diwahyukan scra berangsur ke Rasulullah saw via malaikat Jibril #BeraniMenginspirasi
  • Seberapa sering kita bolak-balik lembarannya? #BeraniMenginspirasi
  • Ah, biarlah jawabnya kita simpan untuk kita dan Allah saja. Yuk, rajin-rajin baca Al-Qur'an #BeraniMenginspirasi
  • Oh iya, ada satu definisi yang kurang, jadi Al-Qur'an itu diturunkan sebagai petunjuk bagi Ummat Manusia #BeraniMenginspirasi
  • Klau kta bcara ttg agama kita, Islam, mk kita ga bisa lepas dari tiga hal: Al-Qur'an, As-Sunnah, dan Ijma' #BeraniMenginspirasi
  • Sprti tweet di atas, kali ini kita fokus diskusi ttg Al-Qur'an sprti yg smalem sy dg adik2 diskusiin di maskam #BeraniMenginspirasi
  • Siapa pernah beli laptop atau peralatan elektronik lainnya? #BeraniMenginspirasi
  • Nah, Al-Qur'an itu ibarat manual book. Tapi manual book ttg kehidupan. Petunjuk dn pedoman hidup manusia. #BeraniMenginspirasi
  • Kita mengimani 4 kitab suci yg diturunkan kpd nabi2. Taurat, Zabur, Injil, dan Al-Qur'an. #BeraniMenginspirasi
  • Taurat diturunkn kpd Nabi Musa As, Zabur kpd Nabi Daud As, Injil kpd Nabi Isa As, dan Al-Qur'an kpd Nabi Muhammad saw #BeraniMenginspirasi
  • Nah, tiap kitab itu menjadi pedoman pada masing-masing zamannya, dg kondisi berbeda, dan aturan2 yg berbeda #BeraniMenginspirasi
  • Trs, 'manualbook' Al-Qur'an ini adl vrsi trbaru & pling trakhir dr Allah utk kta. Mrvisi slruh kitab-kitab sebelumnya #BeraniMenginspirasi
  • So, musti pegang banget Al-Qur'an seerat2nya #BeraniMenginspirasi
  • Klau Nabi2 sbelum punya mukjizat berupa tongkat yg bs jd ular dn belah lautan, suara yg merdu, bisa bicara dg binatang, #BeraniMenginspirasi
  • Mukjizat terbesarnya Nabi Muhammad saw ya Al-Quran ini #BeraniMenginspirasi
  • Kok bisa? #BeraniMenginspirasi
  • Dulu Rasulullah diturunkan di tengah2 masy Jahiliyah di Jazirah Arab. Di tengah2 masy yg rusak moral dan akhlaknya #BeraniMenginspirasi
  • Org2 Arab dulu tak suka menulis, maka tak banyak awalnya yg bisa baca tulis. Bukan krena mreka bodoh #BeraniMenginspirasi
  • Tp justru org yg membaca atw menulislah yg mreka anggap bodoh #BeraniMenginspirasi
  • Why??? #BeraniMenginspirasi
  • Mereka adlh org2 yg suka menghafal. Budaya yg brkembang atau sesuatu yg mereka gemari adlh Sya'ir.#BeraniMenginspirasi
  • Mreka hfal bnyak sya'ir. #BeraniMenginspirasi
  • Ada yg sampai ribuan #BeraniMenginspirasi
  • Maka diturunkanlah Al-Qur'an. Dan ini mukjizatnya. Al-Qur'an keindahan bahasanya tak terperi. Sangat teramat indah. #BeraniMenginspirasi
  • Tak seperti sya'ir. Keindahan bahasa Al-Qur'an langsung menyentuh dalam kepada hati tiap jiwa manusia #BeraniMenginspirasi
  • Kok kita enggak ngerasa ya? #BeraniMenginspirasi
  • Hmmm... Ya iyalah, kita ga paham bahasa Arab secara keseluruhan. #BeraniMenginspirasi
  • Yuk, belajar bahasa Arab #BeraniMenginspirasi
  • Buat masy Arab, Al-Qur'an bahasanya adlh keajaiban yg tak mungkin diucapkan manusia #BeraniMenginspirasi
  • Udah nonton film Omar? Disitu kita bisa dapet gambarannya #BeraniMenginspirasi
  • Nah, tapi Rasulullah sempat mndapat penentangan oleh kaumnya. Bahkan dituduh tukang sihir. #BeraniMenginspirasi
  • Ok, ctet nih: Al-Qur'an adl mkjizat trbsar Nabi Muhammad saw slain mmblah blan, & mmancarkan air lewat sela-sela jariny #BeraniMenginspirasi
  • Next kita bahas ttg keistimewaan Al-Qur'an #BeraniMenginspirasi
  • Pertama tadi udah dijelaskan bahwa Al-Qur'an adlh mukjizat trbesar yg dibawa Nabi Muhammad saw #BeraniMenginspirasi
  • Al-Qur'an itu tak bisa dipalsukan. Mau bukti? #BeraniMenginspirasi
  • Kita cb ingt lgi, skarang udah 1400 thun kurang lebih. Tapi Al-Qur'an yg pertama kali turun msh tetap sm dg yg kita pny #BeraniMenginspirasi
  • Ada g org yg berhasil menyelengkan Al-Qur'an? Atau buat kitab semisal Al-Qr'an? Ga ada bro #BeraniMenginspirasi
  • Karena Allah sendiri yg menjamin keotentikan Al-Qur'an sampe akhir jaman nanti #BeraniMenginspirasi
  • Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya (Al-Hijr : 9) #BeraniMenginspirasi
  • Ada satu tantangan terbuka dr Allah, utk membuat satu surat saja semisal yg ada di Al-Qur'an, #BeraniMenginspirasi
  • Lalu mintalah dukungan dr siapapun utk mendukung surat yg dibuat sbg tandingan thd Al-Qur'an. Tp tak ada yg mampu #BeraniMenginspirasi
  • Bisa dicek di QS. Al-Baqarah: 23 #BeraniMenginspirasi
  • Usman bin Affan ra bilang: Klau hati se2org itu shat, mk ia tak akn prnah bosan dg Al-Qur'an #BeraniMenginspirasi
  • Ksimpulannya: Allah langsung yg menjaga keotentikan Al-Qur'an. #BeraniMenginspirasi
  • Tengok: banyak sekali org yg hafal dn menghafal Al-Qur'an. Al-Qur'an di Indnsia, Inggris, Jpang, Amrik, smuanya sama #BeraniMenginspirasi
  • Keistimwaan brkutnya adlh Sains itu selaras dg Al-Qur'an. Teori Big Bang substansinya ada di QS. Al-Anbiya':30 #BeraniMenginspirasi
  • Dlm Al-Qur'an telah bnyak dipaparkan ttg fakta2 sains yg baru terungkap di milenium ini. Subhanallah #BeraniMenginspirasi
  • Maka benarlah bahwa Al-Qur'an itu turun dari Pencipta langit dan bumi #BeraniMenginspirasi
  • Bahkan seorg Ilmuwan Prancis, Dr. Maurice Bucaille masuk islam setelah meneiti mumi Fir'aun #BeraniMenginspirasi
  • & mnemukn fkta bhw mumi Fir'aun mngndung bnyak garam. & bnarlah Al-Qur'an mngtakan Fir'aun mati tenggelam di laut merah #BeraniMenginspirasi
  • Sekian kultweet kita kali ini seputar materi mentoring dg adik2 2012. Terimakasih utk Ustadz Endang ats Ilmu yg Beliau sampaikan 25 May 2009
  • #BeraniMenginspirasi
Kalau ada yang berminat melihat versi Chirpstorynya bisa dilihat disini.
Kalau ada yang mau liat versi notes Facebooknya bisa dilihat disini.
Semoga bermanfaat, Guys.

0 komentar:

Selasa, 23 Oktober 2012

LKMM Madya di Tengah Sorotan


                              
                Pengembangan sumber daya manusia dalam dunia kampus khususnya mahasiswa sangat penting untuk diberikan perhatian lebih dan dijalankan dengan sebaik-baiknya. Kita semua sepakat dalam sesuatu yang setia kita sebut kampus ini terdapat ribuan bahkan ratusan ribu manusia dengan beragam bidang keahlian serta potensi yang bisa dikembangkan. Untuk membentuk manusia Indonesia yang sempurna tidak cukup hanya dengan proses akademik saja. Harus melihat dan mengembangkan segala potensi yang ada.
                “Berikan aku 1000 orang tua, maka akan kucabut Semeru dari akarnya. Tapi berikan aku 10 pemuda, maka akan kuguncang dunia.” –Ir. Soekarno
Seperti itulah ilustrasi yang sangat tepat untuk menggambarkan amat besarnya potensi yang terdapat pada diri pemuda khususnya mahasiswa. Sangat disayangkan jika potensi ini terabaikan atau bahkan tak tersentuh. Maka, gagasan yang dibawa tulisan ini adalah perlunya pola pengembangan sumber daya mahasiswa yang efektif serta dinamis untuk memenuhi tuntutan zamannya.
                Menyoroti pola pengembangan sumber daya mahasiswa di Universitas Diponegoro, apa yang sudah diterapkan sangat perlu diapresiasi. Sudah cukup baik konsepnya. Sudah banyak event berupa seminar, training, workshop, dan forum dengan berbagai tema yang beragam seperti leadership, manajemen organisasi, riset dan teknologi, dan entrepreneurship. Event-event ini selelu ada tiap tahunnya. Semakin kesini kesadaran akan pengembangan SDM semakin meningkat.
                Dan bicara tentang alur kaderisasi baku, ini pun sudah disepakati dan diterapkan. Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB), LKMM Pra Dasar, Leadership Training, LKMM Dasar, dan LKMM Madya. Masing-masing jenjang diperuntukka untuk mahasiswa tingkat tertentu, dari PMB untuk mahasiswa baru hingga LKMM Madya untuk mahasiswa tahun ketiga. Tiap jenjang ini ada adalah untuk mempersiapkan mahasiswa yang telah diseleksi untuk naik dan memimpin di jenjang berikutnya. Kita semua tahu bahwa pemimpin itu tak lahir sekonyong-konyong, tapi ia dipersiapkan, agar tak putus rantai perjuangan yang telah dibangun.
                Secara keseluruhan semua jenjang sudah terlaksana dengan cukup baik. Tapi tulisan ini hendak sedikit saja memberi masukan dan kritik halus tentang pelaksanaan LKMM Madya yang sedang berlangsung saat tulisan ini dibuat. *karena taka da laptop dan modem, maka belum dipublish kemarin*. Taka da maksud lain kecuali hanya ingin kebaikan dan pengembangan yang dinamis untuk LKMM Madya berikutnya.
                Hotel di tengah semilirnya angin Bandungan dengan fasilitas spring bed yang empuk, televisi, dan air panas, hall yang cukup luas, coffee break tiga kali sehari, makan tiga kali sehari; dan ini semua adalah fasilitas yang didapat oleh peserta. Tentu ini sangat baik dan perlu dipertahankan sebab ini memberikan kenyamanan dan menyokong peserta mengikuti dan menyerap semua materi yang disampaikan dalam LKMM Madya 2012 ini.
                Namun di sisi lain ada beberapa catatan yang perlu diperbaiki ke depannya. Pertama, penyelenggaraan LKMM Madya dan sosialisasi serta seleksinya sangat mendadak sehingga kesannya penyelenggara dalam hal ini rektorat terkesan terburu-buru atau mengejar sesuatu. Ini yang terjadi pada tiap fakultas, sosialisasi, pendaftaran, seleksi, dan pelaksanaan LKMM Madya 2012 selesai hanya dalam satu pecan, lebih tepatnya enam hari. Poin pertama ini terlepas dari persiapan acara, pemandu, dan lain sebagainya.  
                Kedua, management event dari penyelenggara terkesan kurang professional. Pasalnya banyak hal yang menguatkan argument kedua ini. Tampak dari timing yang mundur dari rundown acara, pembagian tugas serta perlengkapan acara yang kurang siap dan detil—peserta bisa mengamati. Padahal inti dari LKMM Madya ini adalah ‘keterampilan manajemen’. Ironis rasanya, kita mengajari manajemen, tapi ada yg kurang siap dari manajemen kita. Banyak komentar yang muncul dari para peserta bahwa management event dari event-event yang mereka gawangi seperti LKMM PD, LT, hingga LKMM Dasar, masih lebih baik dari yang sekarang, meskipun dengan dana minim. Saya sepakat dengan ini. Hal ini sangat perlu menjadi perhatian semua pihak untuk segera diperbaiki mengingat nama acara ini adalah ‘…keterampilan manajemen….’.
                Ketiga, dan ini yang paling penting, yakni konten materi. Secara general, materi yang disajikan mencakup pengembangan wawasan dan pengembangan sikap dan keterampilan. Dalam pengamatan penulis, dari 13 sesi materi dan diskusi hanya tiga sesi yang membahas karakter dan integritas bangsa. Selebihnya adalah mengenai manajemen organisasi.
                Tentang poin ketiga ini harus benar-benar mendapat perhatian dari banyak pihak. Pasalnya ini sudah turun temurun, bahkan slide presentasi yang sekarang pun sama denga tahun kemarin—komentar peserta LKMM Madya 2011 saat mendengar bahwa ada gambar tidak senonoh di slide. Permasalahan intinya bukan pada slide. Tapi lebih kepada konten dan apa yang disampaikan.
                Dalam ekspektasi peserta, pada level LKMM Madya ini peserta akan diajak lebih banyak untuk berpikir tentang peran mereka dan organisasinya dalam membangun Indonesia, berdiskusi tentang beragam pemikiran dan masalah. Tak sekadar membahas manajemen organisasi. Mayoritas peserta adalah tahun ketiga, sangat penting rasanya untuk segera diajak secara aktif memikirkan masalah bangsanya. Sudah saatnya pada tingkatan kaderisasi madya ini para mahasiswa memikirkan perannya untuk bangsanya.
                Hal ini bukan berarti bahwa konten manajemen organisasi tidak penting, dan bukan juga bahwa peserta sudah expert dalam hal manajemen organisasi. Tapi perkembangan zaman telah memberi ruang lebih kepada peserta untuk dapat belajar banyak tentang manajemen organisasi dalam waktu dua tahun yang sudah dilalui dengan beragam momen dan event yang ada. Seperti pembuka tulisan ini, bahwa hari ini sudah banyak event yang memberi semangat dan pemahaman tentang banyak hal, mulai dari organisasi dan leadership hingga entrepreneurship.
                Maka sangat bijak jika kita memahami realitas zaman hari ini. Zaman memiliki tuntutan lain dan lebih. Dan lebih bijak lagi jika kita melakukan ekspansi pada konten materi LKMM Madya di tahun berikutnya.
                Pernah pada satu sesi ada seorang peserta yang mencoba menyampaikan pendapatnya tentang konten materi yang sangat fokus pada manajemen organisasi. Tanggapannya adalah ‘kita beda perspektif’. Atau malah dijawab bahwa kurikulum standar dari dikti ya seperti ini—seperti pada buku biru yang dibagikan satu per satu itu.
                Nah, dalam pandangan penulis justru disinilah titik kritisnya. Kita terjebak dalam kotak. Kita sangat saklek terhadap aturan dan kurikulum. Tuntutannya adalah agar kita berpikir bukan lagi di luar kotak, tapi tanpa kotak. Kita bisa berpikir dan memutuskan sesuatu sesuai kebutuhan. Katakanlah lebih fleksibel. Permasalahannya LKMM Madya ini bukan untuk memenuhi laporan pertanggungjawaban saja, tapi memenuhi kebutuhan zaman. Konten materi penulis rasa masih bisa diperluas.
                Berdasar pada statement Ir. Soekarno di atas, dengan apakah beliau akan mengguncang dunia? Dengan pemuda yang lihai dalam skill manajerial organisasi dan analisis SWOTnya? Jelas tidak, tapi sebelum itu adalah pemuda yang kenal siapa dirinya, perannya, dan bangsanya.
***
                Sebagai penutup, tulisan ini tidak ditujukan kepada  personal. Tulisan ini hanyalah reaksi atas nama kepedulian. Tulisan ini sangat menghargai semua pihak penyelenggara terutama bagian minarik yang sangat baik dalam penyelenggaraan. Tulisan ini hanya ingin sedikit saja menyentuh hati dan pikiran pengambil kebijakan.

0 komentar:

Rabu, 17 Oktober 2012

Sampah-sampah, jangan dibuang!


Keren! Orang-orang heboh soal film ini udah berbulan-bulan yang lewat. Iya, nama filmnya Omar. Dan saya baru sekarang kebagian hebohnya. Karena saya baru nonton dengan penuh pneghayatan. Liatin gambarnya sampai khusyuk bacain subtitlenya.
Dan dialah Umar bin Khaththab ra Sang Pejuang sejati. Awalnya ia seperti menolak kehadiran risalah yang dibawa Rasulullah. Tapi ternyata bukan. Dia hanya kokoh pikiran dan akalnya. Dia tampak sangat elegan dan independen sekali dalam tiap tindakan dan keputusan pribadinya ketika berdiskusi dengan Abu Jahl dan kroni-kroninya. Dia berpikir bebas dan lepas. Dengan sudut pandang yang adil dan objektif, terbebas dari kepentingan pribadi atau golongan. Dia kokoh memegang prinsip-prinsip yang menurut dia benar. Tidak asal ikut kemana arah angina bertiup. Inilah integritas. Dan nyatalah ternyata sosok Umar ini benar-benar sangat tinggi dan kuat integritasnya. Ketika kalam-kalam Rabb-nya terbaca olehnya (QS. Thaaha), baginya yang hitam tetap hitam, yang putih tetap putih. Bukti integritas dan independensinya adalah ia mampu memilih dengan bebas untuk segera bersaksi dan berkomitmen kepada Allah dan Muhammad saw. Tanpa berpikir panjang tentang klan (suku) beliau, tentang omongan orang, dan lainnya.
Bener-bener top markotop ini film *meski rada susah juga bacain subtitlenya mulu*. Banyak prinsip yang bisa dijadikan hikmah. Ah, terlalu panjang ini intronya. Sebenarnya saya bukan mau bahas film ini atau sosok Umar bin Khaththab ra yang luar biasa hebat. Di tulisan ini saya Cuma mau nyampah, cuma mau sepik-sepik doang, Cuma mau talk doang *tapi talking and writing itu juga action lho*. Yap, sampah yang kamu baca ini cocok untuk dibaca semua kalangan; anak-anak, dewasa; semua agama; dan semua ras. *Opo tho Le Le*. Disini sampahnya adalah tentang diri kita, lebih focus lagi tentang integritas, indepedensi sebagai pribadi dan manusia. Dan sampah ini bakalan nyepik lebih dalam lagi tentang sosok pemimpin kita hari ini. *Monggo mau didefinisiin diri sendiri, kepala keluarga, ketua RT, ato Pak Presiden (temennya Pak Bud)*
Saya punya KBBI elektronik *agaknya ini ga cukup untuk masuk landasan teori*, tapi bolehlah saya tengok sedikit apa sih yang KBBI elektronik ini bilang tentang integritas. Integritas itu mutu, sifat, atau keadaan yg menunjukkan kesatuan yg utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yg memancarkan kewibawaan; kejujuran.
Yah, kira-kira begitulah. Sederhananya integritas itu adalah kesetiaan pada apa yang benar. Itu saja. Mungkin dimensi kebenaran buat kita itu yang susah untuk medefinisikannya. Tapi cukuplah akal dan hati manusia yang bermain disini. Tak usah banyak berdebat tentang dimana itu kebenaran. Karena yang benar itu Cuma satu, ya yang kau yakini benar itulah *dengan jujur tapi ya, ga pake ikut-ikutan orang lain atau terpengaruh sentiment antar kelompok*.
Integritas itu kau jujur pada nurani. Integritas itu kau utuh sebagai pribadi dan manusia, tak perlu dikurangi atau ditambahi orang lain. Integritas itu kau independen, merdeka dan bebas dengan pilihan-pilihan kebenaranmu. Integritas itu lurus antara perkataan dan perbuatan. Integritas itu satu, kesatuan antara raga, jiwa, pikiran, dan imanmu. *hahaha abstrak n normatif sekali*
Tak banyak saya menyampahi itegritas. Sekarang sampah berikutnya adalah pertanyaan tentang kemana integritas kita?
Dan tentang independensi, kalau yang dimaksud adalah kemerdekaan atau kebebasan dengan integritasnya jelas sangat sepakat. Sangat kasihan orang-orang yang integritasnya tak utuh lagi terjajah *yuk evaluasi diri masing-masing*. Merdeka, Bung!
Ah, saya bukan mahasiswa cerdas. Saya tak pandai menulis, apalagi retorika. *Huuweeeekkk, muntah*. Saya berikut tulisan ini hanyalah sampah, sampah yang merealita di tengah kita. Dan sekarang adalah gilirannya sampah ini bercerita tentang kejengahannya tadi siang.
“Bro, motormu mau kau pakai tak?”
“Iya, ini mau ke bawah.”

*aaaahhhh… pelit kali kau!*
“Nah ada Eko, pinjam motormu dong, Ko. Mau ngumpulin berkas ini ke PKM plus minta KHS. Boleh, ya?”
“Iya, nih pake aja.”
*alamaaakk baik kali*
Bingung? Ya, bukan ini yang mau saya ceritakan. *hahaha benar-benar sampah, kan?*
Kemarin saya yang jualas susu pasteurisasi ini dibuat bingung kala melihat pangkalan susu tempat biasa saya restock dipenuhi laki-laki tegap badan berisi dengan pakaian hijau loreng-loreng. TNI, Cuy! OMG! Apa susu yang saya jual ini beracun atau mengandung senjata kimia yang menularkan virus mematikan? *Nyampah lagi*
Rupanya Senin kemarin ada gladi bersih pengamanan Pak Boed *ini Wakil Presiden kita lho, bukan yang jual angkringan depan mushola*. Dan hari ini, Selasa, Pak Boed tepat datang dan lewat ketika saya sudah terpaksa nyasar sampai hamper di Sumurboto. Padahal saya mau ke kampus. Yang ada saya malah disuruh Pak Pol “lurus aja mas, lewat sana”. Ya saya percaya. Saya lurus. Tapi kok ga ada jalan yang bisa untuk masuk kampus? Semua ditutup dengan barisan-barisan tentara kita. Tak dinyana Pak Boed lewat di depan saya. Dan saya baru paham kenapa semua ditutup. Setelah itu dibuka lagi.
Tapi secara spontan dan sangat subjektif saya ingin nyampah sekali lagi. Ini kok Pak Wapres kita malah mengacaukan lalu lintas? Ratusan manusia tadi siang berjibaku dan berjubel di jalanan tanpa arah sambil berdesak-desakan. Wah, bukannya kasih solusi kemacetan, malah nambah masalah. *Wuuh sampah banget paragraph ini*.
Idih, pengamanannya lebay banget, saya baru bisa ambil stok susu jam sebelas kurang gara-gara pengamanan yang kayak begini. Lah, malah menghambat rezeki. *hahaha rezeki itu diatur Allah Le*. Alhamdulillahnya habis semua kok. *tepuk tangan, sujud syukur*. Pak Boed banyak musuh apa ya? Takut teroris? Yah, berlebihan! *Subjektif dan spontan? Emang!*
Tapi tak apa juga sih, upaya preventif kok. Secara beliau orang besar. Oh iya, tadi katanya adik-adik SD menyambut kedatangan Pak Wapres di pinggir jalan. Seneng banget kalo jadi adik-adik ini ya. Tapi di posisi saya sekarang, itu miris. Kenapa Pak Wapres tidak turun untuk sekadar memberi do’a pada adik kita. Simple sih, tapi imposible buat beliau. *kan kita butuh pemimpin yang simpatik dan membumi tho?*
Eh yang buat saya kaget ada sebaris brimob di depan polines seperti sedang sholat berjamaah. Shaf rapat. Pundak rapat. Kaki rapat. Gila! Barisannya rapet banget! Oh rupanya di tengah-tengah itu ada sejumlah mahasiswa yang ingin ‘menyambut’ Pak Wapres dengan tumpeng dan orasinya. Saya jadi geli kalau denger kata ‘sejumlah’, ini kesannya banyak, tapi sebenernya relative sedikit. Ah, sayang sekali saya pagi tadi tak jadi bagian orang-orang dengan megaphone udangnya yang menganga ke udara itu. Tapi saya boleh geli sekali lagi ya, gerakan kita masih kurang massif, masih sebatas sang penyelengara. Pencerdasan massa serta follow up yang kurang. Aksi masih sebatas konsolidasi h-1, besok demonstrasi, masuk media, dan sudah. *Ya emang gitu. Iya, gitu realitanya*. Tapi saya tak pesimis, saya optimis. Diponegoro sedang tumbuh, dan akan jadi besar.
Tapi herannya saya, di negara demokrasi *sori kalau salah* ini bukannya boleh ya demonstrasi? Tapi kenapa sejumlah sedikit mahasiswa ini diperlakukan dengan kasar ya? Padahal hanya ingin menyapa dengan caranya. Tak ada peluru yang meyasar kok. Tak ada botol kaca yang terlempar kok. Tak ada kayu yang menghantam kok. Atau karena kata-kata mereka yang membuat pasukan pengaman takut Pak Boed tersinggung, sakit hati, sedih, atau galau? *sempit sekali prediksi saya* Tapi Pak Boed pastilah lebih cerdas dan mengerti tentang tabiat serta ‘labil’nya anak-anak muda ini. Polosnya=mereka ini peduli, punya aspirasi, kritik, ingin didengar, cape dengan birokrasi yang berbelit serta suara yang tak terwakili di kursi perwakilan rakyat.
(Berjalan dengan gaya yang sengaja pongah dan dada membusung serta kepala sedikit mendangak ke atas tepat di depan para lelaki pengaman)
“Hey Dek, kalau jalan yang sopan sedikit dong!”
“Oh, bapak masih ngerti yang namanya sopan? Masih ngerti yang namanya santun? Atau bapak hanya sopan dan santun pada orang yang memerintah bapak untuk memberi pengamanan kualitas bintang 5? Sementara anak muda ‘ini’ hanyalah seonggok sampah yang bisa kau bawa dengan serokan dan kau lempar ke dalam tong?”
Teruuss? Mana korelasinya dengan integritas? *hahaha terserah saya yang nulis, kan nyampah*
Saya ga ragu lagi, peran-peran mahasiswa yang berupa teori itu sekarang ibarat sampah bagi temen-temen. Udah sering denger, udah tau. Udah hapal di luar kepala. Udah bolehlah kalau teori-teori itu mau dibuang, yang penting sekarang action-nya. Sebel juga sih kalo liat anak-anak muda adu argumen, adu kepentingan, atau malah terjebak dalam primordialismenya (baca: aku yang hebat, aku yang pinter, aku yang benar), atau malah saling tuding menyalahkan. Kita punya idealisme *bukan idealisme sampah*. Dan mana integritasnya? Kok ga sehat? Mana budaya diskusi yang baik dan santun? Mana integritasnya? Kok gak elegan? Mana ke-Indonesia-annya? Mana ke-bhineka-tunggal-ika-annya?
Udah selesai tuding-tudingan dan lalala-nya, terus statement yang keluar: biarlah anjing menggonggong, kafila berlalu.
Hah, bener-bener sampah kan isi tulisan ini. Dan akhirnya pun saya lega, sampah ini bisa keluar dari kepala saya lewat tulisan yang sepik-sepiknya nyampah.
Tapi sampah-sampah ini adalah surat terbuka buat orang-orang yang bukan sampah untuk ga nyampah. Kalau ada sampah, mbok yo disampu bareng-bareng. Bukan malah nambah kasih sampah. Mana yang solutif itu? Kan kita cerdas. Kan kita Indonesia.
Tapi sampah-sampah ini adalah surat terbuka buat orang-orang yang bukan anjing menggonggong untuk menunjukkan bahwa kita masih benar-benar sebagai manusia utuh dengan integritasnya. Masih manusia, bukan anjing kok.
Selamat menikmati sampah-sampah.

Permulaan pagi, 17 Oktober 2012


0 komentar:

Sabtu, 13 Oktober 2012

Ini Wisudaku, wisudamu?




Pagi yang berbeda. Buatku ini sangat cerah. Matahari seperti sedikit lebih cepat memanjat langit. Di luar sana kicau burung-burung kecil bersaut-sautan, seperti suara Kutilang yang hampir tiap pagi berkicau tiap pagi di kampung. Kupandangi halaman depan kos, rumput-rumput mulai lebat menghijau bak permadani hijau. Akhirnya kemarau panjang sudah berakhir, dan rumput-rumput kecil ini bisa kembali tersenyum padaku lewat butiran-butiran embun kecil di atasnya yang membiaskan cahaya matahari ke mataku. Cantik. Secantik hari ini serta orang yang paling bahagia dengan datangnya hari ini.
Terdengar suara krasak-krusuk dari dalam.
“Bang, lu ada kalkulator? Aku pinjam dulu… Duh, udah telat nih.”
“Ambil saja di laci kedua. Disana ada bungkusan warna abu-abu, disitu. Santai aja, jangan buru-buru.” Jawabku.
“Makasih, Bang. Gue berangkat dulu. Sukses ya buat wisudanya! Assalammu’alaykum.”
“Yo. Ojo lali ntar dateng ya. Wa’alaykumsalam!”
Tak lama terdengar suara motor yang segera tancap gas.
Handphoneku bordering.
“Pik, kok lama betul? Mamak sama Bapak udah siap nih.”
“Iya, Mak. Sebentar lagi Opik kesana. Lagi manasin mobil.”
Ayah dan Ibuku sudah tak sabar untuk acara yang dinanti.
Aku teringat sesuatu.
“Mas, ojo lali jemput dulur-dulurku di hotel ya. Jam 8 teng udah di kampus ya.”
“Njeh, Mas.”
Aku meminta supir mobil yang kusewa untuk menjemput saudara-saudaraku yang jauh-jauh datang ke Semarang.
Hari ini benar-benar hari yang cerah untuk jiwa yang cerah dan rezeki berlimpah. Seakan hari ini mengerti bahwa dia adalah special, untukku, ayah ibuku, dan orang-orang yang kucintai, dan orang yang kucintai. Aku sudah siap, toga kebanggaan juga sudah siap. Baru selangkah kaki keluar, angin semilir mengalir lembut di wajahku. Mobil sudah siap. Segera aku pergi menjemput ayah dan ibu yang baru sampai semalam dan menginap di hotel yang sudah dari jauh hari kubooking.
Hari ini, 24 April 2014, Tembalang seperti biasa, mulai ramai ketika jarum jam naik di angkat tujuh, mobil dan kendaraan motor lain berlalu lalang. Bahkan aku harus bersabar dengan macet di Patung Diponegoro—masih ingat kalau orang-orang selalu menyebutnya Patung Kuda. Tadi tampak sangat ramai mobil-mobil luar kota memenuhi jalanan antara Masjid Kampus dengan Gedung Prof. Sudharto, SH. Sepertinya mereka sama seperti ayah ibuku dan saudara-saudaraku, datang dari jauh untuk melihat anaknya wisuda.
Sampai di hotel, orang tua dan sanak saudara sudah stand by menunggu di lobi. Kusalami tangan ayah dan ibu, segera memeluk hangat. Tanpa menunggu lama, segera kami menuju Tembalang. Mata berbinar dan senyuman berseri di wajah mereka memberiku isyarat tentang kepuasan dan kebanggaan mereka padaku. Guratan-guratan di wajah mereka yang dimakan waktu seperi bicara padaku tentang perjuangan mereka yang harus bangun pukul tiga pagi untuk menyiapkan nasi uduk dan lontong sayur yang akan dijual pagi-pagi pukul 06.00 dan tentang perjuangan mereka yang harus pergi ke Jambi, Palembang, Jakarta, dan pulang dua bulan sekali untuk mencari jalan untuk terus menghidupiku. Aku ingat sekali masa-masa itu. Dan kedua orang tuaku inilah yang memberiku arti dan mengerti tentang hakikat hidup: kau adalah hamba yang harus mendekat sepenuhnya kepada penciptamu, tak peduli kau miskin atau kaya, surga tak pernah dinilai dengan uangmu, tapi kau harus bersyukur dalam hidupmu baik susah atau senang, sejatinya setiap yang terjadi dalam hidup patut disyukuri, karena sesuatu yang mengharuskanmu bersabar pun adalah juga nikmat yang perlu disyukuri sebab ia membuatmu menjadi sabar dan lebih dekat pada Allah yang menghidupkan dan mematikan. Mereka juga mengajariku survive dan bertahan dalam hidup ini dengan cara yang lurus untuk kemudian meraih prestasi setinggi-tingginya.
***
Gerbang III Undip lebih ramai dari biasanya. Satpam-satpam berdiri gagah mengatur lalu lintas. Jalanan dipenuhi hiruk-pikuk mahasiswa yang saling berpacu dengan kendaraannya. Gedung-gedung Undip tampak begitu megah. Lebih tepatnya indah. Tak hanya itu, mobil-mobil luar kota yang tadi kutemui di depan Masjid Kampus telah rapi berjejer parkir di tepian jalan depan Gedung Sukowati. Aku sedikit bingung harus parkir dimana.
Subhanallah aku lagi-lagi sangat gembira. Kulihat ayah dan ibuku senyum sumringah melihat suasana yang amat ramai, apalagi akan melihatku di wisuda. Tepat seperti yang beberapa tahun lalu kubayangkan, orang tua dan saudaraku memakai seragam batik terbaik yang sudah kupesan di pabrik terbaik Pekalongan.
Ayahku sudah pernah berkunjung kesini, ketika aku pertama masuk kuliah. Tapi untuk Ibu dan sanak-saudaraku ini adalah kali pertamanya.
“Bang Opik, beda banget ya sama SMAnya Abang di Lampung.” Celoteh keponakanku.
“Haha iya…”
Sepanjang jalan tadi dari Gerbang I sampai disni mereka tampah kagum melihat bangunan dan tata ruang di Universitas Diponegoro. Jujur aku pun begitu. Dulu ketika tahun 2010 saat awal kutiba di Undip, masjid kampus yang megah itu baru saja selesai pembangunannya. Dan sekarang sudah tiga kali renovasi. Gedung Dekanat Fakultas Teknik yang dulu sempat mangkrak lebih dari setahun sekarang sudah berdiri gagah di dekat Widya Puraya. Jurusanku, Sistem Komputer sekarang sudah memiliki gedung sendiri, gedung megah berlantai tujuh. Pemandangan yang sangat hijau selalu tertangkap mata kemanapun memandang. Tak hanya pembangunan fisiknya, tapi riset dan prestasi dari civitas akademika semakin menanjak. Dan hari ini Undip telah berubah, semua sudah saling sinergi. Tak ada lagi kecurigaan, sebab rektorat dan dekanat memberikan transparasi yang memuaskan. Tak ada lagi protes-protes keras dari mahasiswa, seperi masalah UKT dan Diploma Teknik Undip yang dulu sempat menjadi masalah, sebab pelayanan dari rektorat dan dekanat sudah sangat baik. Mahasiswanya pun semakin dewasa dan cerdas, lebih mengedepankan intelektualitas, profesionalisme, dan persamaan dari pada perbedaan organisasi, ideology, dan pemikiran. Kepentingan mereka disini Cuma satu, “Undip Jaya untuk Indonesia Jaya!” Aku akhirnya bisa meninggalkan kampus ini dengan tenang setelah perjuangan yang cukup panjang dengan teman-temanku di jurusan, fakultas, dan universitas.
“Mak, Pak, nanti Mamak sama Bapak duduk di depan sana ya Mak, Pak. Sudah Opik pesankan ke panitia untuk menyediakan dua kursi kosong di depan.”
***
Kejutan bagi orang tua dan keluargaku, namaku dipanggil untuk menyampaikan pidato wisudawan terbaik. Aku pun segera menuju podium dengan langkah sigap. Aku berpidato seperti dulu aku sering orasi di jalanan. Kadang aku berapi-api, kadang aku menurunkan intonasi. Aku sempat menitikkan air mata, sedikit, ketika kumengucap terimakasih untuk ayah dan ibu, kumelihat hal yang sama terjadi pada mata mereka berdua, titik air mata itu lebih deras. Bukan air mata kesedihan, tapi wujud kebahagiaan, kepuasan dan kebanggaan. Seperti rasanya perjuangan mereka selama ini telah terbayar. Namun sesungguhnya aku menyadari, ini belum seberapa dibanding perjuangan mereka, dan tak akan pernah lunas aku membayar semua itu meski dengan segenap jiwa, raga, dan harta. Itulah yang menguatkanku di saat kulemah untuk kemudian berdiri, kembali berlari, dan berkerja-berkarya.
“Mak, Pak, sekarang semuanya terbukti. Keajaiban yang selalu Mamak dan Bapak ceritakan ke Opik itu benar-benar ada. Hari ini kita semua menyaksikannya. Opik mohon maaf dulu terlalu sering mengeluh, Mak, Pak. Yang luar biasa Mamak dan Bapak selalu saja mampu tersenyum dengan ringan, lalu membangkitkan kembali semangat dan keyakinan Opik.
Mak, Pak, masih ingat ketika dulu kita semua bersepakat supaya Opik kuliah di kedokteran? Tapi kenyataan kala itu tak sepakat. Kita semua harus menerima hal yang mungkin untuk kita sulit. Dan opik tahu, ini lebih sulit lagi buat Mamak dan Bapak. Opik sayang sekali sama Mamak dan Bapak. Cuma Mamak dan Bapak yang menguatkan Opik untuk tetap optimis apapun kondisinya. Yang kita yakini kala itu adalah Allah punya rencana yang sangat indah. Kejutan dari surga.
Mak, Pak, masih ingat ketika dulu orang-orang seperti ragu dengan tanyanya: “Hah, si Topik bisa kuliah?” Dan Allah selalu menjadi penolong dan pengobat lelah dan sakit yang terasa. Kini kejutan surga telah membungkam semua keraguan orang-orang yang meremehkan itu. Terimakasih Mak Pak, sudah mengenalkan Opik pada pemilik kekayaan dan kekuatan sesungguhnya. Dia-lah yang selama ini mendengar do’a-do’a Opik, do’a-do’a Mamak dan Bapak kala malam akan berakhir.
Mak, Pak, terimakasih sudah memberi Opik semuanya. Bukan harta yang paling penting, tapi pengajaran, tentang Tuhan dan hidup. Mamak dan Bapak adalah malaikat yang Allah turunkan ke dunia untuk Opik. …”

Hadirin memberikan standing applause saat kusampaikan cerita perjuanganku dan orang tuaku. Dan terulang kembali saat kuturun podium.
Semua prosesi wisuda telah selesai. Luar biasa! Ayah dan ibu memelukku erat. Sangat hangat. Di luar menjadi surprise buatku, kawan dan adik-adik dari jurusan, HIMASKOM, BEM, KAMMI, U-Win Indonesia, semua menyambutku memberi selamat. Mereka berjejer rapi dengan MMT yang sepertinya sudah jauh-jauh hari dipesan. Dulu aku pernah mengalami ini, tapi di posisi pemegang MMT. Subhanallah. Hari ini aku menjadi objeknya.
Moment ini tak kusiakan, kupeluk merka erat satu per satu. Lalu berpose ria dalam sesi foto bareng seperti tak akan bertemu lagi.
“Bang, traktiran ya.”
“Oh, iya. Hampir lupa. Nanti malam kalian datang ya. Kita syukuran.”
Semua tampak gembira, tapi di sisi lain, ada sedih yang menanti. Aku harus meninggalkan Semarang esok hari. Perusahaanku (OneLine Technology Group, Perusahaan semikonduktor Indonesia yang berpusat di Bandung) dan NGO OPOPPY (One Person One Pon per Year) tak bisa lama-lama kutinggal. Aku harus bersiap untuk berlari dan terbang menggapai mimpi-mimpi selanjutnya.
Di dinding kamar kos yang sudah beberapa tahun ini sudah banyak garis merah menutupi daftar mimpiku. Tapi masih banyak lagi yang akan kutulis. Seperti mimpiku di awal, rumah sakit di tiap daerah Indonesia. Sebentar lagi terwujud insyaallah. Aamiin.
--To be continued—
Menjelang Maghrib
Semarang, 13 Oktober 2012
Kadang kita terlalu malu untuk menvisualisasikan impian, meski hanya dalam bayangan. Dan ini adalah visualisasi impian lewat tulisan. Semoga lebih berkah. 

2 komentar: