Surat dari Ayah untuk Pemenang
Penentu kemenangan bukan disini (sambil nunjuk otot) Atau pun disini (sambil nunjuk otak) Tapi disana (sambil nunjuk langit)
Disana di atas langit
Oleh Dia yang bersemayam agung di atas arsy-Nya
Tiap lomba lari mustahil taka da pelari yang ingin tertinggal
Mustahil ada pelari yang ingin kalah, mustahil
Tak mungkin ada yang membenci kemenangan
Kemenangan, ini yang dicari
Lebih dari itu, muaranya adalah kemuliaan
Di hadapan Yang Maha Mulia
Pesan ayah di rumah:
Ingat Nak, kau kudidik untuk jadi seorang pemenang! Bukan pecundang
Menangnya seorang pemenang, ia tak akan meninggi, justru semakin merunduk
Kau lihat kakinya, masih menyentuh tanah, tapi namanya sudah sampai langit
Menang dengan kesahajaan
Kau boleh kalah
Kalau pun kalah, kalahlah dengan cara pemenang
Kalah yang bermartabat
Lebih dari itu, ayah percaya kau adalah pemenang…
Yang akan melesat, melewati roket-roket yang ditembakkan di sana
Kau adalah pemenang sejati di hati ayah, saat semua orang berlomba menjadi pemenang dengan cara pecundang
Kau pemenang, saat kau mampu” mengambil hati” yang membolak-balikkan hati
Kau bisa berlari sampai berdarah-darah, dan biarkan pasir menjadi saksi bisu
Kau adalah pemenang, dengan kesantunan, kesahajaan, dan keikhlasan
Banggakan ayahmu, Nak!
0 komentar: