TERHANGAT

Selamat datang, Sobat! Jangan malu-malu untuk baca, komentar, dan share ya. Semoga coret-coretan ini bisa bermanfaat ya. Salam kenal. :)

“(Allah bersumpah dengan ciptaannya) dan demi jiwa serta penyempurnaan ciptaannya. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan kedurhakaan dan jalan ketaqwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”. (QS.91:7-10)

Rabu, 19 Desember 2012

Teknik 10000 Suara


Saatnya mengklarifikasi dan menyampaikan yang sebenarnya. Kemarin malam yang membuat statement "Teknik Pemira Ulang dengan 10000 surat suara" adalah saya. Jumlah mahasiswa aktif yang menjadi pemilih di atas 10000. Tapi sangat sadar bahwa angka 10000 itu tidak realistis. Berdasarkan pengalaman, kurang lebih yang berpartisipasi kurang lebih seperempatnya, antara 3000 sampai 4000 mahasiswa (Ini yang terjadi di fakultas terbesar di Undip). Saya bukan siapa-siapa memang, dilantik saja belum. Tapi saya mahasiswa yang juga berhak bicara saat semua bicara tentang kepentingan dan egonya. Statement tersebut sengaja saya lontarkan agar menjadi opini publik, saya tak peduli apakah pro atau kontra. Tapi yang saya rasakan malam ini hal tersebut sudah menjadi bahasan publik, terutama di media sosial.Puncak dari statement tersebut adalah klarifikasi ini. Yang ingin saya sampaikan bukanlah Pemira Ulang Teknik dengan 10000 surat suara. Jelas ini statement lemah dari beberapa segi. Pertama, pemira di FT berjalan lancar tanpa kendala berarti. Kedua, realitas pemilih yang berpartisipasi relatif sama dari tahun-tahun sebelumnya. Ketiga, berdasarkan regulasi yang ada, tidak ada alasan untuk diadakan pemira ulang.Semalam saya keluarkan statement tersebut saat Pembantu Rektor III dan Pembantu Dekan III FISIP masih ada dalam ruangan. Saya masuk ke dalam sekretariat KPR dan menyampaikan beberapa hal.Jadi apa sebenarnya yang menjadi maksud dari statement saya itu?Ketika orang-orang sudah ramai dengan pro dan kontranya dengan statement "Teknik Pemira Ulang dengan 10000 Surat Suara", maka saya ingin semua mendengar klarifikasi inti ini dan menjadi agenda kita bersama.
Pertama, KPR bebas intervensi dan tekanan, yang saya dengar Ketua KPR disembunyikan dan dikejar-kejar. Saya tidak tahu bagaimana sebenarnya.
Kedua, peraturan yang ada benar-benar ditegakkan secara menyeluruh kepada pihak-pihak yang terkait.
Ketiga, semua pihak dan fakultas diperlakukan sama, tidak boleh ada yang diistimewakan atau didiskriminasi.
Keempat, Pemira FISIP harus dilaksanakan secara langsung, terbuka, jujur, dan adil. Jangan sampai ada pelanggaran yang terjadi semisal penggelembungan suara. Sebab itu hal ini harus menjadi pengawalan kita bersama.
Kelima, kemarin saya melihat sendiri surat suara dari TPS FEB dibakar. Dan disini saya menuntut supaya hak pilih mahasiswa FEB tetap tersampaikan. Alternatif yang saya tahu adalah adakan Pemira lagi di FEB seperti yang dilakukan di FISIP. Ini untuk menjamin semua hak mahasiswa dapat terakomodir. Tak banyak, hanya empat poin. Semoga bermanfaat. Dan harapan kita, Satu Tekad Undip Jaya!


Taufik Aulia Rahmat

0 komentar:

Bung Adillah


Bung, jalan-jalanlah dulu… Jangan kau langsung pulang ke rumah Coba kau lihat dunia
Sebab kalau tidak, kau tak akan dapat apa-apa
Kau akan terlalu bangga dengan kebesaranmu, berikut istana dan makanannya
Lalu kau lupa tentang hakikat, dan matamu terbutakan
Kau menganggap abadi ambisi, lalu kau tak menganggap penting nurani
Akal sehat terlalu banyak kau gunakan untuk berprasangka
Lidah mungilmu terlalu banyak kau pakai untuk mencibir di halaman belakang rumah tetanggamu
Cobalah sini kau tengok sedikit,
Tak perlu kau melebih atau terlalu bangga dengan istana berikut mahkotamu

Tak melulu semuanya adalah timur, atau barat
Matamu memanglah dua, tapi kau bisa melihat banyak hal
Lidahmu memanglah satu, tapi kau bisa mengatakan banyak hal
Telingamu memang dua, tapi kau bisa mendengar banyak hal
Otakmu masih terlau bersih, sehingga kau amat bagus sebenarnya untuk mencerna

Jangan kau palingkan mukamu ke arah arang yang makin legam
Tapi tengoklah kesini
Duduk barang sesaat di sampingku
Biar kuajari kau bagaimana cara berdiri tegak yang tak terlalu busung dadanya
Biar kuajari kau bagaimana cara menatap mantap yang tak terlalu mendangak dagunya
Biar kuajari kau bagaimana cara tidak mubazir dalam ceritamu

Bung, kendalikan perahu layarmu… Jangan sesumbar membentang layar, kerana layar kadang tak baik jika terlalu lebar dibentang
Adillah, Bung!

0 komentar:

Surat dari Ayah untuk Pemenang


Penentu kemenangan bukan disini (sambil nunjuk otot) Atau pun disini (sambil nunjuk otak) Tapi disana (sambil nunjuk langit)
Disana di atas langit
Oleh Dia yang bersemayam agung di atas arsy-Nya
Tiap lomba lari mustahil taka da pelari yang ingin tertinggal
Mustahil ada pelari yang ingin kalah, mustahil
Tak mungkin ada yang membenci kemenangan
Kemenangan, ini yang dicari
Lebih dari itu, muaranya adalah kemuliaan
Di hadapan Yang Maha Mulia
Pesan ayah di rumah:
Ingat Nak, kau kudidik untuk jadi seorang pemenang! Bukan pecundang
Menangnya seorang pemenang, ia tak akan meninggi, justru semakin merunduk
Kau lihat kakinya, masih menyentuh tanah, tapi namanya sudah sampai langit
Menang dengan kesahajaan
Kau boleh kalah
Kalau pun kalah, kalahlah dengan cara pemenang
Kalah yang bermartabat
Lebih dari itu, ayah percaya kau adalah pemenang…
Yang akan melesat, melewati roket-roket yang ditembakkan di sana
Kau adalah pemenang sejati di hati ayah, saat semua orang berlomba menjadi pemenang dengan cara pecundang
Kau pemenang, saat kau mampu” mengambil hati” yang membolak-balikkan hati
Kau bisa berlari sampai berdarah-darah, dan biarkan pasir menjadi saksi bisu
Kau adalah pemenang, dengan kesantunan, kesahajaan, dan keikhlasan
Banggakan ayahmu, Nak!

0 komentar:

NonSense


Hujan yang merintik kecil kemudian deras
Hanyalah tanda bahwa hidup itu terus
Dari air, semua hidup, semua mengalir
Hanyalah tanda bahwa rahmat selalu berlimpah
Kecil-kecil, tapi banyak

Hujan makin menderas
Diselingi kumandang adzan yang sayup-sayup terdengar
Hujan sedikit mengalah perlahan
Dan kecil
Ini interaksi alam yang saling sinergi

Aku hanya lelaki kumuh yang mencoba menggenggam hujan
Bersahabat dengan rintik-rintik yang permai
Kompromi dengan kilat yang menyambar


Selasa siang ketika hujan mengadu

0 komentar:

Senin, 03 Desember 2012

Menyapa Aurora



Memandangi aurora yang anggun berkata pada malam
Di malam sejuta bintang tersenyum pada semesta
Di malam ketika cahaya rembulan datang temui pungguk
Aurora menampakkan kibaran anggunnya
Buatku tertegun tanpa gumaman, dalam.

Aku tegak sendiri di tengah rerumputan yang ramah bergoyang
Mencari tempat paling tinggi ‘tuk menggapai auroraku, meski hanya ujungnya

Aku hanya bisa tersipu oleh parasnya
Aku hanya terbata menjawab sapanya
Aku hanya bisa menunduk dari tatapannya yang dalam
Aku hanya bisa diam memandangi sikapnya
Aku hanya bisa menggores tinta di atas kertas dan tengadah tangan untuk menjaganya

Aurora membuatku tak kuasa
tak mampu bergerak, tak berkutik aku
Seperti aku tersihir pesonanya
Dan berlutut

Kan kucari temali yang menggantung ke pangkal langit
Kan ku tapaki ribuan anak tangga
Kan kudaki puncak gunung tertinggi
Kan ku bersamai kepakan sayap burung
Hingga jelas hadirnya auroraku

Dengan halus kubuka lembaran buku harianku
Di dalam aurora menghiasi
Aurora yang selalu tinggi, elegan dalam anggunnya, santai dalam lakunya
Disini tinggal aku di daratan, yang memandangi, dan mendaki


1 komentar: