Hujan Malam Hari
Ketika hujan turun di pertengahan malam, dan senyap buyar sejenak. Ini rahmat yang mengucur dari langit, mengguyuri bumi malu-malu. Sepertinya baru saja hujan hampir deras. Sekarang tersisa titik-titik gerimis. Kaukah itu, Sayang, turun bersama hujan dari kahyangan, membawa sejuk merasuk dalam jiwa yang kepanasan?
Rinai hujan masih terdengar, meski lamat-lamat ia seperti malas-malas untuk jatuh berdebam ramai-ramai ke atas bumi sekitarku. Kaukah itu, Sayang, perasaan tenteram menjalari gundah-gulana yang sudah lama menghantam?
Malam kemarin langit cerah secerah harapan kita. Tidak ada satupun awan menghalangi pandangan. Bintang-gemintang tersebar rata sepenjuru langit. Berkedip sedikit genit kepada kita, kita yang dinaungi langit yang sama. Kaukah itu, Sayang, keindahan yang disertai malam lengkap dengan bulan yang penuh purnamanya?
Kata-kata mengalir begitu derasnya. Apalagi rasa yang tak lagi bisa dibendung. Menanyai angin, apa mimpi dalam tidurmu sekarang? Ingin rasanya aku menelusup lembut seperti angin berbisik, lalu masuk dalam mimpimu. Dan kita jumpa. Seperti perjumpaan kekasih yang lama tak bertemu. Padahal kita dekat.
Andai malam ada matahari. Kalau hujan begini, aku ingin melihat pelangi. Tapi matahari hanya menemaniku dua belas jam sehari.
Sayang, maukah kau menjadi matahari dalam setiap waktuku, agar saat hujan malam hari aku bisa melihat pelangi?
Sayang, maukah kau menjadi matahari dalam setiap waktuku, agar saat hujan malam hari aku bisa melihat pelangi?
Semarang
00.48 11-4-15
00.48 11-4-15
0 komentar: