LKMM Madya di Tengah Sorotan
Pengembangan sumber
daya manusia dalam dunia kampus khususnya mahasiswa sangat penting untuk
diberikan perhatian lebih dan dijalankan dengan sebaik-baiknya. Kita semua
sepakat dalam sesuatu yang setia kita sebut kampus ini terdapat ribuan bahkan
ratusan ribu manusia dengan beragam bidang keahlian serta potensi yang bisa
dikembangkan. Untuk membentuk manusia Indonesia yang sempurna tidak cukup hanya
dengan proses akademik saja. Harus melihat dan mengembangkan segala potensi
yang ada.
“Berikan aku 1000
orang tua, maka akan kucabut Semeru dari akarnya. Tapi berikan aku 10 pemuda,
maka akan kuguncang dunia.” –Ir. Soekarno
Seperti itulah ilustrasi yang sangat tepat untuk menggambarkan amat
besarnya potensi yang terdapat pada diri pemuda khususnya mahasiswa. Sangat disayangkan
jika potensi ini terabaikan atau bahkan tak tersentuh. Maka, gagasan yang
dibawa tulisan ini adalah perlunya pola pengembangan sumber daya mahasiswa yang
efektif serta dinamis untuk memenuhi tuntutan zamannya.
Menyoroti pola
pengembangan sumber daya mahasiswa di Universitas Diponegoro, apa yang sudah
diterapkan sangat perlu diapresiasi. Sudah cukup baik konsepnya. Sudah banyak
event berupa seminar, training, workshop, dan forum dengan berbagai tema yang
beragam seperti leadership, manajemen organisasi, riset dan teknologi, dan
entrepreneurship. Event-event ini selelu ada tiap tahunnya. Semakin kesini
kesadaran akan pengembangan SDM semakin meningkat.
Dan bicara tentang
alur kaderisasi baku, ini pun sudah disepakati dan diterapkan. Penerimaan Mahasiswa
Baru (PMB), LKMM Pra Dasar, Leadership Training, LKMM Dasar, dan LKMM Madya.
Masing-masing jenjang diperuntukka untuk mahasiswa tingkat tertentu, dari PMB
untuk mahasiswa baru hingga LKMM Madya untuk mahasiswa tahun ketiga. Tiap jenjang
ini ada adalah untuk mempersiapkan mahasiswa yang telah diseleksi untuk naik
dan memimpin di jenjang berikutnya. Kita semua tahu bahwa pemimpin itu tak
lahir sekonyong-konyong, tapi ia dipersiapkan, agar tak putus rantai perjuangan
yang telah dibangun.
Secara keseluruhan
semua jenjang sudah terlaksana dengan cukup baik. Tapi tulisan ini hendak
sedikit saja memberi masukan dan kritik halus tentang pelaksanaan LKMM Madya
yang sedang berlangsung saat tulisan ini dibuat. *karena taka da laptop dan
modem, maka belum dipublish kemarin*. Taka da maksud lain kecuali hanya ingin
kebaikan dan pengembangan yang dinamis untuk LKMM Madya berikutnya.
Hotel di tengah
semilirnya angin Bandungan dengan fasilitas spring bed yang empuk, televisi,
dan air panas, hall yang cukup luas, coffee break tiga kali sehari, makan tiga
kali sehari; dan ini semua adalah fasilitas yang didapat oleh peserta. Tentu ini
sangat baik dan perlu dipertahankan sebab ini memberikan kenyamanan dan
menyokong peserta mengikuti dan menyerap semua materi yang disampaikan dalam
LKMM Madya 2012 ini.
Namun di sisi lain
ada beberapa catatan yang perlu diperbaiki ke depannya. Pertama,
penyelenggaraan LKMM Madya dan sosialisasi serta seleksinya sangat mendadak
sehingga kesannya penyelenggara dalam hal ini rektorat terkesan terburu-buru
atau mengejar sesuatu. Ini yang terjadi pada tiap fakultas, sosialisasi, pendaftaran,
seleksi, dan pelaksanaan LKMM Madya 2012 selesai hanya dalam satu pecan, lebih
tepatnya enam hari. Poin pertama ini terlepas dari persiapan acara, pemandu,
dan lain sebagainya.
Kedua, management
event dari penyelenggara terkesan kurang professional. Pasalnya banyak hal yang
menguatkan argument kedua ini. Tampak dari timing yang mundur dari rundown
acara, pembagian tugas serta perlengkapan acara yang kurang siap dan detil—peserta
bisa mengamati. Padahal inti dari LKMM Madya ini adalah ‘keterampilan manajemen’.
Ironis rasanya, kita mengajari manajemen, tapi ada yg kurang siap dari
manajemen kita. Banyak komentar yang muncul dari para peserta bahwa management
event dari event-event yang mereka gawangi seperti LKMM PD, LT, hingga LKMM
Dasar, masih lebih baik dari yang sekarang, meskipun dengan dana minim. Saya sepakat
dengan ini. Hal ini sangat perlu menjadi perhatian semua pihak untuk segera
diperbaiki mengingat nama acara ini adalah ‘…keterampilan manajemen….’.
Ketiga, dan ini yang
paling penting, yakni konten materi. Secara general, materi yang disajikan
mencakup pengembangan wawasan dan pengembangan sikap dan keterampilan. Dalam
pengamatan penulis, dari 13 sesi materi dan diskusi hanya tiga sesi yang membahas
karakter dan integritas bangsa. Selebihnya adalah mengenai manajemen
organisasi.
Tentang poin ketiga
ini harus benar-benar mendapat perhatian dari banyak pihak. Pasalnya ini sudah
turun temurun, bahkan slide presentasi yang sekarang pun sama denga tahun
kemarin—komentar peserta LKMM Madya 2011 saat mendengar bahwa ada gambar tidak
senonoh di slide. Permasalahan intinya bukan pada slide. Tapi lebih kepada konten
dan apa yang disampaikan.
Dalam ekspektasi
peserta, pada level LKMM Madya ini peserta akan diajak lebih banyak untuk
berpikir tentang peran mereka dan organisasinya dalam membangun Indonesia,
berdiskusi tentang beragam pemikiran dan masalah. Tak sekadar membahas manajemen
organisasi. Mayoritas peserta adalah tahun ketiga, sangat penting rasanya untuk
segera diajak secara aktif memikirkan masalah bangsanya. Sudah saatnya pada
tingkatan kaderisasi madya ini para mahasiswa memikirkan perannya untuk
bangsanya.
Hal ini bukan
berarti bahwa konten manajemen organisasi tidak penting, dan bukan juga bahwa
peserta sudah expert dalam hal manajemen organisasi. Tapi perkembangan zaman
telah memberi ruang lebih kepada peserta untuk dapat belajar banyak tentang
manajemen organisasi dalam waktu dua tahun yang sudah dilalui dengan beragam momen
dan event yang ada. Seperti pembuka tulisan ini, bahwa hari ini sudah banyak
event yang memberi semangat dan pemahaman tentang banyak hal, mulai dari
organisasi dan leadership hingga entrepreneurship.
Maka sangat bijak
jika kita memahami realitas zaman hari ini. Zaman memiliki tuntutan lain dan
lebih. Dan lebih bijak lagi jika kita melakukan ekspansi pada konten materi
LKMM Madya di tahun berikutnya.
Pernah pada satu
sesi ada seorang peserta yang mencoba menyampaikan pendapatnya tentang konten
materi yang sangat fokus pada manajemen organisasi. Tanggapannya adalah ‘kita
beda perspektif’. Atau malah dijawab bahwa kurikulum standar dari dikti ya
seperti ini—seperti pada buku biru yang dibagikan satu per satu itu.
Nah, dalam
pandangan penulis justru disinilah titik kritisnya. Kita terjebak dalam kotak. Kita
sangat saklek terhadap aturan dan kurikulum. Tuntutannya adalah agar kita
berpikir bukan lagi di luar kotak, tapi tanpa kotak. Kita bisa berpikir dan
memutuskan sesuatu sesuai kebutuhan. Katakanlah lebih fleksibel. Permasalahannya
LKMM Madya ini bukan untuk memenuhi laporan pertanggungjawaban saja, tapi
memenuhi kebutuhan zaman. Konten materi penulis rasa masih bisa diperluas.
Berdasar pada
statement Ir. Soekarno di atas, dengan apakah beliau akan mengguncang dunia? Dengan
pemuda yang lihai dalam skill manajerial organisasi dan analisis SWOTnya? Jelas
tidak, tapi sebelum itu adalah pemuda yang kenal siapa dirinya, perannya, dan
bangsanya.
***
Sebagai penutup,
tulisan ini tidak ditujukan kepada
personal. Tulisan ini hanyalah reaksi atas nama kepedulian. Tulisan ini
sangat menghargai semua pihak penyelenggara terutama bagian minarik yang sangat
baik dalam penyelenggaraan. Tulisan ini hanya ingin sedikit saja menyentuh hati
dan pikiran pengambil kebijakan.
0 komentar: