Komunikasi, Cinta, dan Ukhuwah Islamiyah: Materi Tashiru Rohis Ar-Rabbani Smansa Tuja
Alhamdulillah dapet kesempatan untuk upgrade kapasitas nih pas liburan.
Rencana Allah selalu luar biasa. Ari Susanto, Reza Arief Fauzan; dua adik kecil
dengan kapasitas besar yang berani dan berkeinginan kuat untuk berkembang.
Bangga deh sama kalian. Mereka yang menjadi perantara Allah untuk merecharge
semangat lagi dengan bertemu dan diskusi bersama adik-adik di Rohis Ar-Rabbani
SMA Negeri 1 Tumijajar. Siang itu, Rabu, 13 Februari 2013, di ruangan yang dulu
kita sebut ruangan aula atau kemudian kita lebih akrab dengan sebutan kelas XI
IPA 1, berkumpullah wajah-wajah ceria yang mewarnai ruangan penuh cerita ini.
Sejujurnya ketika saya kembali ke tempat ini, ke tanah ini, langkahku jadi
lebih memburu, tulang punggungku jadi lebih merunduk.
(#jangandipikirinparagrafini)
Reza, Ari, dan saya, membawakan sebuah diskusi yang sangat menarik dan
relevan buat adik-adik insyaallah setelah sebelumnya dilakukan riset
kecil-kecilan tentang materi apa yang perlu kami sajikan. Ukhuwah, yang
turunannya adalah komunikasi dan cinta.
Slide #1 #2 #3
Ini adalah penegasan tentang tujuan adik-adik semua: mau belajar,
sukses, berkembang, cari jodoh, ikut-ikutan, dan lain sebagainya. Ataukah kita
akan termasuk ke dalam orang-orang yang celaka sebab tujuan tak jelas dan
setiap harinya semakin buruk.
Slide #4 #5
Sebuah analogi tentang jalan yang harus kita lalui dimana di ujungnyalah
terdapat tujuan. Dan di sekitar jalan itu terdapat beragam macam godaan yang sewaktu-waktu
akan datang tanpa diundang, akan memburu tanpa dipancing. Godaan yang beragam
itu dapat menggagalkan perjalanan kita, atau memperlambat laju perjalanan. Maka
baiknya sekali lagi kenali lagi dengan sangat apa yang menjadi tujuanmu, jalan
mana yang kau tempuh, dan pekalah terhadap godaan-godaan yang muncul.
Nah, yang kami identifikasi godaan-godaan dalam masa remaja, organisasi,
dan dakwah, itu di antaranya ada pada ukhuwah yang terjalin, bagaimana
komunikasinya, dan seperti apa cara cinta hidup di tengah-tengah perjalanan.
Nah lho, ada cinca yang bakal dibahas.
Slide #6 #7 #8
Ada beberapa hal yang prinsip banget
yang harus disepakati sebelum diskusi berjalan lebih jauh untuk menyamakan
frame.
•
Kita adalah anak-anak muda terpelajar
•
Kita adalah anak-anak muda Muslim
•
Kita adalah anak-anak muda yang jatuh cinta kepada Islam hingga kita
menyatu dengan Islam seutuhnya dan mendedikasikan kehidupan kita untuk Allah
dan kejayaan Islam
•
Kita adalah da’I, sebagaimana tertulis dalam QS. An-Nahl: 125
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan
hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari
jalan-Nya. Dan Dia-lah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.”
(QS. An-Nahl: 125)
Oke kita sepakat, ada satu orang saja yang tidak sepakat, diskusi
berhenti. Titik. Alhamdulillah semua sepakat. J
Setelah itu kita sama-sama menyadari bahwa konsekuensi dari empat poin
itu adalah kita akan menjadi contoh, teladan, dan sorotan. Perbuatan kita akan
dilihat banyak orang. Alhamdulillah ketika kita melakukan kebaikan kemudian
dicontoh, maka pahala yang akan dipanen. Akan tetapi jika kita melakukan
kasalahan atau sesuatu yang tak baik, kemudian kita menjadi pembenaran untuk
adik-adik kita dan orang lain. Ini yang bahaya. Sebab yang saya lihat selama
ini, ini yang terjadi. Apa yang kita lakukan akan diikuti oleh generasi
setelahnya. Bisa jadi karena disangka itu keren, fresh, dan lain sebagainya.
Dan beratnya pertanggungjawaban atas itu semua.
#astaghfirullahuntukdosamasalalu
Perubahan dan perbaikan. Kita yang harus memulai! Ingatlah bahwa kita
adalah ummat terbaik, seperti firman Allah swt:
“Kamu adalah
ummat terbaik yang diturunkan kepada manusia. Mengajak kepada yang ma’ruf.
Mencegah dari yang mungkar.”
(QS. Ali Imran: 110)
Tentang ayat ini, seperti apa sih manusia terbaik itu? Diriwayatkan Imam
Ahmad, Rasulullah pernah ditanya begitu. Apa jawab Rasulullah saw? Jawab beliau
begini:
”Manusia yang terbaik ialah yang paling pandai membaca Al-Qur’an dan
paling bertakwa di antara mereka kepada Allah, serta paling gencar dalam
melakuka amar makruf nahi munkar terhadap mereka, dan paling gemar di antara
mereka dalam berslilaturahmi.”
Ayat ini maknanya mencakup semua ummat ini dalam tiap generasi, dan
sebaik-baik generasi adalah orang-orang yang Rasulullah saw diututs di kalangan
mereka, kemudian setelahnya, dan setelahnya.
FYI nih, dalam sebuah hadits qudsi juga disampaikan kalau Allah Swt
pernah berfirman, “Hai Isa, sesungguhnya Aku akan mengutus sesudahmu suatu ummat
yang jika mereka mendapatkan apa yang mereka sukai, maka mereka memuji-Ku dan
bersyukur kepada-Ku. Dan jika mereka tertimpa apa yang mereka tidak sukai, maka
mereka ber-ihtisab (mengharapkan pahala Allah) dan bersabar, padahal tidak ada
kesabaran dan tiada ilmu.” Isa bertanya, “Wahai Tuhanku, bagaimana mereka dapat
berbuat demikian, padahal tanpa sabar dan tanpa ilmu?” Allah swt berfirman,
“Aku beri mereka sebagian dari sifat sabar dan ilmu-Ku.”
Oke, next!
Slide #9
Nah, sekarang sudah jelas. Posisi kita dimana, sebagai apa. Ada
pertanyaan nih. Sebenarnya Cuma penegasan saja. Kita yang merubah atau kita
yang dirubah? Secara kita sudah tau kita siapa dan sudah tau kita ada di jalan
menuju garis finish dimana banyak sekali godaan yang macam-macam.
Merubah atau dirubah?
Slide #10
Nah, waktu makin sempit, sebentar lagi ashar. Kita ngobrol masalah
komunikasi dulu ya. Tiga kakak yang hadir bukan pakar komunikasi atau anak-anak
jurusan komunikasi, tapi tiga kakak ini mau coba share tentang pengalaman dan
ibrohnya buat temen-temen semua.
Berapa umur kita? Bisa dibilang kalau kita berada di usia yang sangat
‘lembab’. Ya! Ga kering, juga ga basah. Lembab! Alias labil. A-B-A-B-I-L. He he
he. Di umuran segini lagi labil-labilnya. Ego cukup besar. Emosi berubah-ubah.
Kadang lagi gandrung sama A, kadang lagi gandrung sama B. Kadang suka ini,
kadang suka itu. Ya taulah labil itu yang gimana.
Terus, kadang-kadang ada selek. Antar sesama teman. Antar sesama
pengurus OSIS atau Rohis. Atau satu geng, satu eksrakurikuler, atau satu
halaqah. Tapi tapi tapi, tapi itu wajar kok. Kita masih belajar kan? Belajar
bagaimana bisa jadi teman yang baik. Belajar bagaimana bisa jadi sahabat yang
baik. Belajar bagaimana bisa jadi organisatoris yang baik. Nah, orientasinya
itu belajar. Karena belajar, jadinya wajar. Segera ambil pelajaran yang ada.
Pasti ada hikmahnya.
Kita belajar supaya bisa jadi manusia yang dewasa. Dewasa itu bukan
masalah umur. Tapi masalah sikap. Masalah apa yang ada di otak dan hati kita
plus outputnya bagaimana. Itu dewasa.
Pendidikan itu kan untuk memanusiakan manusia. Jadi lebih bertaqwa,
lebih arif, lebih dewasa, lebih bersahaja, lebih bermanfaat, dan lebih
manusiawi. Jadi, salah satunya disini supaya kita bisa belajar komunikasi lebih
baik.
Perbanyak merenung. Bukan bengong. Untuk evaluasi diri kita sendiri dan
perencanaannya ke depan mau bagaimana. Kalau ada masalah. Coba direnungin
dalam-dalam. Harus berani untuk mengevaluasi diri sendiri. Kalau kita salah,
jangan malu untuk minta maaf dan memperbaiki. Siapa pun bisa salah. kita bukan
superman, bukan batman, apalagi nabi. Kalau kita benar, benarnya kita bukan
untuk menyalahkan yang salah. Harusnya kita membuat yang salah itu jadi benar
dengan (baca: memperbaiki, menasehati) cara yang paling baik.
Coba deh renungin. Yang paling baik itu bukan yang paling bisa
membuktikan bahwa dirinya benar dan yang lain salah. tapi yang paling baik
adalah yang mampu membuat yang salah itu jadi benar (baca: memperbaiki,
menasehati, etc) dengan cara yang paling baik dan elegan.
Slide #11
Percaya deh kalau kamu bisa komunikasi dengan baik. Ada beberapa tips
nih.
·
Care & Respect. Peduli dan menghargai ini perlu dijunjung tinggi.
Penting banget soalnya. Jadilah pribadi yang care dan respect ya! Rasulullah
itu kalau berbicara dengan orang lain, beliau menatapkan matanya sepenuhnya,
beliau menghadapkan badannya sepenuhnya.
·
Berikan dan perlihatkan perhatian kita kepada orang lain. Nyatakan
senyata-nyatanya dalam sikap kita. Ga perlu malu-malu.
·
Optimis dan bergairah. Optimisme itu bisa terpancar dari sorot mata dan
tutur kata. Bahkan gerakan anggota tubuh kita.
·
Rendah hati kepada setiap orang. Penampilan, sikap, tutur kata kita,
musti jadi perhatian kita nih. Kalau di SMA, bagaimanakah sikap kamu ke OB atau
tukang kebunnya?
·
Laa taghdhab! Jangan marah ya! Kalau marah, segera isti’adzah. Kalau
tidak bisa, segera duduk, atau berbaring. Insyaallah amarahnya reda. Kalau
tidak bisa juga, berwudhulah!
·
Pelajari sihir memikat hati (=senyuman J). Senyuman adalah sedekah. Percaya ga dengan senyuman kita bisa
mengguncang dunia?
·
Berpenampilanlah yang menarik!
·
Kuasai seni berbicara! Berbicara ada seninya. Coba deh buka-buka buku
tentang seni berbicara. Atau searching di internet. Atau coba renungkan
gaya-gaya bicara yang baik dan enak menurut kita. Aplikasikan di diri kita.
·
Tapi sebelum itu, pelajari seni mendengar dan menyimak. Komunikator yang
baik itu bukan pembicara yang baik. Tapi sebelum itu dia adalah pendengar yang
baik.
·
Silahkan dicoba. J
Slide #12
Kita masuk ke sesuatu yang ditunggu-tunggu nih. Love. C-I-N-T-A. Bilang
w-o-w dulu dong.
Wooooooooowwwwww!
Siapa yang ga seneng dikagumin dan diperhatiin? Semua seneng. Manusiawi
kok. Cinca, eh cinta. Cinta itu apa definisinya? Cinta adalah cinta. Cinta hanya
butuh kata cinta itu sendiri untuk mendefinisikan dirinya sendiri.
Weleeeeeeehh….
Cinta itu wajar. Tapi bukan diwajar-wajarkan. Maklum. Tapi bukan
dimaklum-maklumkan. Justru yang jadi masalah kalau dia ga merasakan yang
namanya cinta. Segera beli obat ke apotik terdekat. Kalau setelah 24 jam ga ada
perubahan, hubungi dokter! Catet nih: Inget siapa kita, tujuan kita, posisi
kita, dan inget batasan dan rambu-rambunya!
Disini kita tidak bicara apakah pacaran itu halal atau haram. Udah basi.
Dan kita pun tau bahwa pacaran “tidak dilarang”. Yang dilarang itu mendekati
zina. Nah, segala sarana, media, dalam bentuk apapun yang sewaktu-waktu bisa
mengantarkan kita kepada zina, jelas dilarang. Zina mata, zina hati, zina
telinga, zina kemaluan, zina jari(SMSan).
Disini kita bicara tentang prinsip yang di awal sudah kita sepakatin.
Baca lagi dah. Gigit prinsip itu kuat-kuat dengan gigi geraham.
Jangan persempit makna hanya ke dalam hubungan antara dua makhluk yang
tak berdosa dan saling berjanji saling setia (kadang-kadang selingkuh…haha).
Bicara soal cinta, kita juga bicara soal ukhuwah. Ukhuwah itu ikatan hati
karena kesamaan akidah. Kita bersaudara dalam naungan cinta-Nya. Kita bercinta
di atas sajadah cinta-Nya. Ukhuwah itu, talinya adalah akidah, dan
singgasananya adalah cinta. Cocwiiiitt. Mencintai dengan cara yang baik, yang
diridhai Allah. Supaya barakah. Supaya dirahmati Allah. Bukan dilaknati.
Bisalah bedain antara cinta dengan nafsu.
Disms sama si dia yang ganteng/cantik/pinter, terus kita girangnya bukan
kepalang. Ini cinta apa nafsu? Relatif kok. Wajar kok. Tapi ya inget lagi
kesepakatan kita di awal. Tapi ya bukan berarti diwajar-wajarin.
Fisik kita sempurna. Akal kita sempurna. Bisa dong bedain mana yang yes
atau no. Jadi godaan/hambatan atau tidak, kita pasti ngerti. Tegas!
Slide #13
Dalam Ukhuwah Islamiyah kita ibarat satu tubuh. Satu sakit, semua
merasakan sakit yang sama. Satu sakit, yang lain menjadi obat. Ukhuwah
Islamiyah itu saling menguatkan. Saling menasehati dalam kebenaran dan
kesabaran. Saling mencintai secara layak dan baik.
“Tiada sempurna keimanan seseorang di antara kalian sehingga ia
mencintai saudaranya (sesama muslim) sebagaimana ia mencintai dirinya” (H.R
Bukhari & Muslim)
With all the love and pride.
Reza, Ari, Taufik
Unik dan Indahnya Interaksi Kita (Komunikasi, Cinta, dan Ukhuwah Islamiyyah): Materi Tashiru Rohis Ar-Rabbani
Alhamdulillah dapet kesempatan untuk upgrade kapasitas nih pas liburan.
Rencana Allah selalu luar biasa. Ari Susanto, Reza Arief Fauzan; dua adik kecil
dengan kapasitas besar yang berani dan berkeinginan kuat untuk berkembang.
Bangga deh sama kalian. Mereka yang menjadi perantara Allah untuk merecharge
semangat lagi dengan bertemu dan diskusi bersama adik-adik di Rohis Ar-Rabbani
SMA Negeri 1 Tumijajar. Siang itu, Rabu, 13 Februari 2013, di ruangan yang dulu
kita sebut ruangan aula atau kemudian kita lebih akrab dengan sebutan kelas XI
IPA 1, berkumpullah wajah-wajah ceria yang mewarnai ruangan penuh cerita ini.
Sejujurnya ketika saya kembali ke tempat ini, ke tanah ini, langkahku jadi
lebih memburu, tulang punggungku jadi lebih merunduk.
(#jangandipikirinparagrafini)
Reza, Ari, dan saya, membawakan sebuah diskusi yang sangat menarik dan
relevan buat adik-adik insyaallah setelah sebelumnya dilakukan riset
kecil-kecilan tentang materi apa yang perlu kami sajikan. Ukhuwah, yang
turunannya adalah komunikasi dan cinta.
Slide #1 #2 #3
Ini adalah penegasan tentang tujuan adik-adik semua: mau belajar,
sukses, berkembang, cari jodoh, ikut-ikutan, dan lain sebagainya. Ataukah kita
akan termasuk ke dalam orang-orang yang celaka sebab tujuan tak jelas dan
setiap harinya semakin buruk.
Slide #4 #5
Sebuah analogi tentang jalan yang harus kita lalui dimana di ujungnyalah
terdapat tujuan. Dan di sekitar jalan itu terdapat beragam macam godaan yang sewaktu-waktu
akan datang tanpa diundang, akan memburu tanpa dipancing. Godaan yang beragam
itu dapat menggagalkan perjalanan kita, atau memperlambat laju perjalanan. Maka
baiknya sekali lagi kenali lagi dengan sangat apa yang menjadi tujuanmu, jalan
mana yang kau tempuh, dan pekalah terhadap godaan-godaan yang muncul.
Nah, yang kami identifikasi godaan-godaan dalam masa remaja, organisasi,
dan dakwah, itu di antaranya ada pada ukhuwah yang terjalin, bagaimana
komunikasinya, dan seperti apa cara cinta hidup di tengah-tengah perjalanan.
Nah lho, ada cinca yang bakal dibahas.
Slide #6 #7 #8
Ada beberapa hal yang prinsip banget
yang harus disepakati sebelum diskusi berjalan lebih jauh untuk menyamakan
frame.
•
Kita adalah anak-anak muda terpelajar
•
Kita adalah anak-anak muda Muslim
•
Kita adalah anak-anak muda yang jatuh cinta kepada Islam hingga kita
menyatu dengan Islam seutuhnya dan mendedikasikan kehidupan kita untuk Allah
dan kejayaan Islam
•
Kita adalah da’I, sebagaimana tertulis dalam QS. An-Nahl: 125
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan
hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari
jalan-Nya. Dan Dia-lah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.”
(QS. An-Nahl: 125)
Oke kita sepakat, ada satu orang saja yang tidak sepakat, diskusi
berhenti. Titik. Alhamdulillah semua sepakat. J
Setelah itu kita sama-sama menyadari bahwa konsekuensi dari empat poin
itu adalah kita akan menjadi contoh, teladan, dan sorotan. Perbuatan kita akan
dilihat banyak orang. Alhamdulillah ketika kita melakukan kebaikan kemudian
dicontoh, maka pahala yang akan dipanen. Akan tetapi jika kita melakukan
kasalahan atau sesuatu yang tak baik, kemudian kita menjadi pembenaran untuk
adik-adik kita dan orang lain. Ini yang bahaya. Sebab yang saya lihat selama
ini, ini yang terjadi. Apa yang kita lakukan akan diikuti oleh generasi
setelahnya. Bisa jadi karena disangka itu keren, fresh, dan lain sebagainya.
Dan beratnya pertanggungjawaban atas itu semua.
#astaghfirullahuntukdosamasalalu
Perubahan dan perbaikan. Kita yang harus memulai! Ingatlah bahwa kita
adalah ummat terbaik, seperti firman Allah swt:
“Kamu adalah
ummat terbaik yang diturunkan kepada manusia. Mengajak kepada yang ma’ruf.
Mencegah dari yang mungkar.”
(QS. Ali Imran: 110)
Tentang ayat ini, seperti apa sih manusia terbaik itu? Diriwayatkan Imam
Ahmad, Rasulullah pernah ditanya begitu. Apa jawab Rasulullah saw? Jawab beliau
begini:
”Manusia yang terbaik ialah yang paling pandai membaca Al-Qur’an dan
paling bertakwa di antara mereka kepada Allah, serta paling gencar dalam
melakuka amar makruf nahi munkar terhadap mereka, dan paling gemar di antara
mereka dalam berslilaturahmi.”
Ayat ini maknanya mencakup semua ummat ini dalam tiap generasi, dan
sebaik-baik generasi adalah orang-orang yang Rasulullah saw diututs di kalangan
mereka, kemudian setelahnya, dan setelahnya.
FYI nih, dalam sebuah hadits qudsi juga disampaikan kalau Allah Swt
pernah berfirman, “Hai Isa, sesungguhnya Aku akan mengutus sesudahmu suatu ummat
yang jika mereka mendapatkan apa yang mereka sukai, maka mereka memuji-Ku dan
bersyukur kepada-Ku. Dan jika mereka tertimpa apa yang mereka tidak sukai, maka
mereka ber-ihtisab (mengharapkan pahala Allah) dan bersabar, padahal tidak ada
kesabaran dan tiada ilmu.” Isa bertanya, “Wahai Tuhanku, bagaimana mereka dapat
berbuat demikian, padahal tanpa sabar dan tanpa ilmu?” Allah swt berfirman,
“Aku beri mereka sebagian dari sifat sabar dan ilmu-Ku.”
Oke, next!
Slide #9
Nah, sekarang sudah jelas. Posisi kita dimana, sebagai apa. Ada
pertanyaan nih. Sebenarnya Cuma penegasan saja. Kita yang merubah atau kita
yang dirubah? Secara kita sudah tau kita siapa dan sudah tau kita ada di jalan
menuju garis finish dimana banyak sekali godaan yang macam-macam.
Merubah atau dirubah?
Slide #10
Nah, waktu makin sempit, sebentar lagi ashar. Kita ngobrol masalah
komunikasi dulu ya. Tiga kakak yang hadir bukan pakar komunikasi atau anak-anak
jurusan komunikasi, tapi tiga kakak ini mau coba share tentang pengalaman dan
ibrohnya buat temen-temen semua.
Berapa umur kita? Bisa dibilang kalau kita berada di usia yang sangat
‘lembab’. Ya! Ga kering, juga ga basah. Lembab! Alias labil. A-B-A-B-I-L. He he
he. Di umuran segini lagi labil-labilnya. Ego cukup besar. Emosi berubah-ubah.
Kadang lagi gandrung sama A, kadang lagi gandrung sama B. Kadang suka ini,
kadang suka itu. Ya taulah labil itu yang gimana.
Terus, kadang-kadang ada selek. Antar sesama teman. Antar sesama
pengurus OSIS atau Rohis. Atau satu geng, satu eksrakurikuler, atau satu
halaqah. Tapi tapi tapi, tapi itu wajar kok. Kita masih belajar kan? Belajar
bagaimana bisa jadi teman yang baik. Belajar bagaimana bisa jadi sahabat yang
baik. Belajar bagaimana bisa jadi organisatoris yang baik. Nah, orientasinya
itu belajar. Karena belajar, jadinya wajar. Segera ambil pelajaran yang ada.
Pasti ada hikmahnya.
Kita belajar supaya bisa jadi manusia yang dewasa. Dewasa itu bukan
masalah umur. Tapi masalah sikap. Masalah apa yang ada di otak dan hati kita
plus outputnya bagaimana. Itu dewasa.
Pendidikan itu kan untuk memanusiakan manusia. Jadi lebih bertaqwa,
lebih arif, lebih dewasa, lebih bersahaja, lebih bermanfaat, dan lebih
manusiawi. Jadi, salah satunya disini supaya kita bisa belajar komunikasi lebih
baik.
Perbanyak merenung. Bukan bengong. Untuk evaluasi diri kita sendiri dan
perencanaannya ke depan mau bagaimana. Kalau ada masalah. Coba direnungin
dalam-dalam. Harus berani untuk mengevaluasi diri sendiri. Kalau kita salah,
jangan malu untuk minta maaf dan memperbaiki. Siapa pun bisa salah. kita bukan
superman, bukan batman, apalagi nabi. Kalau kita benar, benarnya kita bukan
untuk menyalahkan yang salah. Harusnya kita membuat yang salah itu jadi benar
dengan (baca: memperbaiki, menasehati) cara yang paling baik.
Coba deh renungin. Yang paling baik itu bukan yang paling bisa
membuktikan bahwa dirinya benar dan yang lain salah. tapi yang paling baik
adalah yang mampu membuat yang salah itu jadi benar (baca: memperbaiki,
menasehati, etc) dengan cara yang paling baik dan elegan.
Slide #11
Percaya deh kalau kamu bisa komunikasi dengan baik. Ada beberapa tips
nih.
·
Care & Respect. Peduli dan menghargai ini perlu dijunjung tinggi.
Penting banget soalnya. Jadilah pribadi yang care dan respect ya! Rasulullah
itu kalau berbicara dengan orang lain, beliau menatapkan matanya sepenuhnya,
beliau menghadapkan badannya sepenuhnya.
·
Berikan dan perlihatkan perhatian kita kepada orang lain. Nyatakan
senyata-nyatanya dalam sikap kita. Ga perlu malu-malu.
·
Optimis dan bergairah. Optimisme itu bisa terpancar dari sorot mata dan
tutur kata. Bahkan gerakan anggota tubuh kita.
·
Rendah hati kepada setiap orang. Penampilan, sikap, tutur kata kita,
musti jadi perhatian kita nih. Kalau di SMA, bagaimanakah sikap kamu ke OB atau
tukang kebunnya?
·
Laa taghdhab! Jangan marah ya! Kalau marah, segera isti’adzah. Kalau
tidak bisa, segera duduk, atau berbaring. Insyaallah amarahnya reda. Kalau
tidak bisa juga, berwudhulah!
·
Pelajari sihir memikat hati (=senyuman J). Senyuman adalah sedekah. Percaya ga dengan senyuman kita bisa
mengguncang dunia?
·
Berpenampilanlah yang menarik!
·
Kuasai seni berbicara! Berbicara ada seninya. Coba deh buka-buka buku
tentang seni berbicara. Atau searching di internet. Atau coba renungkan
gaya-gaya bicara yang baik dan enak menurut kita. Aplikasikan di diri kita.
·
Tapi sebelum itu, pelajari seni mendengar dan menyimak. Komunikator yang
baik itu bukan pembicara yang baik. Tapi sebelum itu dia adalah pendengar yang
baik.
·
Silahkan dicoba. J
Slide #12
Kita masuk ke sesuatu yang ditunggu-tunggu nih. Love. C-I-N-T-A. Bilang
w-o-w dulu dong.
Wooooooooowwwwww!
Siapa yang ga seneng dikagumin dan diperhatiin? Semua seneng. Manusiawi
kok. Cinca, eh cinta. Cinta itu apa definisinya? Cinta adalah cinta. Cinta hanya
butuh kata cinta itu sendiri untuk mendefinisikan dirinya sendiri.
Weleeeeeeehh….
Cinta itu wajar. Tapi bukan diwajar-wajarkan. Maklum. Tapi bukan
dimaklum-maklumkan. Justru yang jadi masalah kalau dia ga merasakan yang
namanya cinta. Segera beli obat ke apotik terdekat. Kalau setelah 24 jam ga ada
perubahan, hubungi dokter! Catet nih: Inget siapa kita, tujuan kita, posisi
kita, dan inget batasan dan rambu-rambunya!
Disini kita tidak bicara apakah pacaran itu halal atau haram. Udah basi.
Dan kita pun tau bahwa pacaran “tidak dilarang”. Yang dilarang itu mendekati
zina. Nah, segala sarana, media, dalam bentuk apapun yang sewaktu-waktu bisa
mengantarkan kita kepada zina, jelas dilarang. Zina mata, zina hati, zina
telinga, zina kemaluan, zina jari(SMSan).
Disini kita bicara tentang prinsip yang di awal sudah kita sepakatin.
Baca lagi dah. Gigit prinsip itu kuat-kuat dengan gigi geraham.
Jangan persempit makna hanya ke dalam hubungan antara dua makhluk yang
tak berdosa dan saling berjanji saling setia (kadang-kadang selingkuh…haha).
Bicara soal cinta, kita juga bicara soal ukhuwah. Ukhuwah itu ikatan hati
karena kesamaan akidah. Kita bersaudara dalam naungan cinta-Nya. Kita bercinta
di atas sajadah cinta-Nya. Ukhuwah itu, talinya adalah akidah, dan
singgasananya adalah cinta. Cocwiiiitt. Mencintai dengan cara yang baik, yang
diridhai Allah. Supaya barakah. Supaya dirahmati Allah. Bukan dilaknati.
Bisalah bedain antara cinta dengan nafsu.
Disms sama si dia yang ganteng/cantik/pinter, terus kita girangnya bukan
kepalang. Ini cinta apa nafsu? Relatif kok. Wajar kok. Tapi ya inget lagi
kesepakatan kita di awal. Tapi ya bukan berarti diwajar-wajarin.
Fisik kita sempurna. Akal kita sempurna. Bisa dong bedain mana yang yes
atau no. Jadi godaan/hambatan atau tidak, kita pasti ngerti. Tegas!
Slide #13
Dalam Ukhuwah Islamiyah kita ibarat satu tubuh. Satu sakit, semua
merasakan sakit yang sama. Satu sakit, yang lain menjadi obat. Ukhuwah
Islamiyah itu saling menguatkan. Saling menasehati dalam kebenaran dan
kesabaran. Saling mencintai secara layak dan baik.
“Tiada sempurna keimanan seseorang di antara kalian sehingga ia
mencintai saudaranya (sesama muslim) sebagaimana ia mencintai dirinya” (H.R
Bukhari & Muslim)
With all the love and pride.
Reza, Ari, Taufik
Letakkan SARA pada Tempatnya
Kehidupan kita semakin kompleks. Semakin ruwet. Semakin rumit.
Segalanya terus berkembang. Seperti jagad raya yang terus berkembang.
Perjalanan kehidupan mengantarkan kita pada banyak posisi dan kondisi.
Jauh. Jauh sebelum terlahir, kita semua meyakini bahwa ada dzat yang
ada sebelum segalanya. Iya, Dia Tuhan kita. Sebagai ummat beragama kita
meyakini itu sepenuhnya. Dia memberikan kita sesuatu sebagai bukti
cinta-Nya pada kita serta sekaligus sebagai pedoman untuk kehidupan yang
sejahtera di dunia juga di akhirat. Sesuatu itu kita sebut agama.
Tak
jarang ‘agama’ menjadi pemicu sebuah konflik. Kemudian pertanyaan yang
muncul di benak saya adalah bagaimana kita mendudukkan agama dalam
kehidupan kita baik sebagai individu, maupun makhluk sosial, di tengah
arus kehidupan yang makin kompleks seperti sekarang ini?
Sepertinya
kita perlu untuk mendefinisikan ulang apa itu agama. Berasal dari
bahasa Sansekerta, “a” berarti tidak, dan “gama” berarti kekacauan.
Definisi minimum agama adalah ‘agar tidak terjadi kekacauan’. Dari
definisi awal ini kita sudah paham bahwa agama akan mengatur urusan
pribadi, interaksi antar manusia, interaksi manusia dengan alam, dan
interaksi manusia dengan Tuhannya. Sepakat! Sebab dengan begitu tidak
akan timbul kekacauan.
Saya coba cari-cari di Kamus
Besar Bahasa Indonesia, saya dapat definisi bahwa agama adalah ajaran,
sistem yg mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada
Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yg berhubungan dengan pergaulan
manusia dan manusia serta lingkungannya.
Oke. Dari
dua definisi di atas kita bisa tarik poin bahwa agama tak bisa lepas
dari kehidupan kita. Bahwa agama mengatur semuanya. Bahwa dalam agama
terdapat sesuatu bernama “keimanan” yang tak bisa dibuat pura-pura, yang
meyakini dimensi yang tak nampak, tentang Tuhan, surga, dan neraka.
Keimanan ini yang mempengaruhi output pada diri kita. Semakin taat kita,
semakin kuat keimanan, dan semakin baik output yang keluar dari diri
kita. Dan sekali lagi, kita sepakat bahwa agama adalah sesuatu yang baik
dan indah.
Beragama dan beribadah itu hak asasi dan pondasi
Kemudian
coba kita kembalikan pada apa yang menjadi hak-hak dasar manusia.
Salah satu di antaranya adalah untuk beragama dan beribadah sesuai
agamanya. Kita sepakat untuk hal ini. Yakni untuk dua poin: beragama dan
beribadah. Sila pertama dari Pancasila kita adalah Ketuhanan Yang Mahas
Esa. Ini menunjukan bahwa agama menjadi sesuatu yang paling utama. Saya
kemarin sempat coba survey kecil-kecilan: apakah ada orang hari ini
yang masih hidup yang dia Pancasilais? Hampir semua jawabannya negatif.
Menyoroti pada sila yang paling pertama, sudahkah Ketuhanan Yang Maha
Esa dijadikan sebagai landasan dalam kehidupan kita. Itulah mengapa hari
ini kita tidak pernah bisa lepas dari yang namanya korupsi,
kriminalitas, dan segala laku destruktif lainnya. Itulah mengapa hari
ini sangat didengung-dengungkan bahwa bukan hanya IQ yang berperan
membentuk seseorang dan bangsanya, tapi juga Emotional Quotient dan
Spiritual Quotient.
Lantas mengapa sepertinya
terjadi distorsi dalam mendudukkan agama dalam kehidupan kita? Agama
digadang menjadi penyebab banyak konflik yang terjadi. Agama menjadi
sangat sensitif untuk dibicarakan. Seakan agama hanya milik pribadi dan
hanya mengatur urusan pribadi. Tidak sosial, tidak sains, tidak
perekonomian, tidak pula politik.
Agama menjadi momok
Agama
seperti menjadi sesuatu yang tabu untuk diangkat ke permukaan. Atau
bahkan kita berlaku resisten untuk perkara agama yang diangkat ke muka
publik. Kita semua sepakat bahwa narkoba dan minuman keras itu merusak
hingga sangat urgen untuk memberantas penyebarannya. Tapi mengapa kita
menjadi seperti resisten atau melambat ketika diangkat perkara agama
yang jelas mengharamkan minuman keras dan narkoba?
Kita
semua sepakat bahwa pergaulan bebas (free sex) sangat melanggar nilai
dan norma yang berlaku, di luar nilai kemanusiaan, dan akan merusak
tatanan sosial. Tapi mengapa ketika ayat-ayat yang mengharamkan zina dan
pornografi diangkat ke permukaan kita menjadi seperti resisten dan
merasa tabu untuk mengatakan hal yang sama? Kita seperti terbentur
sesuatu.
SARA dalam sorotan
Kita
mengakui tentang perbedaan agama yang ada. Maka muncullah istilah SARA
(Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan) pada masa orde baru yang sangat
ditekan untuk menghidari konflik yang bisa merongrong kekuasaan rezim
saat itu. Dari sumber lain menyebutkan bahwa Sara itu adalah berbagai
pandangan dan tindakan yang didasarkan pada sentimen negatif identitas
yang menyangkut keturunan, agama, kebangsaan atau kesukuan dan golongan.
Nah,
segala macam penyebaran informasi dan edukasi yang menyangkut suku,
agama, ras, dan antargolongan itu tidaklah mengapa diangkat ke permukaan
publik selama tidak mengandung sentimen negatif dalam bentuk apapun.
Keempat hal tersebut terutama agama tidak bisa dibatasi menjadi konsumsi
hanya di tempat-tempat ibadah. Tidak masalah jika agama dibicarakan di
muka publik.
Pun pada contoh yang sangat umum bukan
sesuatu yang salah jika seorang presiden mengutip ayat-ayat dari kitab
sucinya dalam pidato-pidatonya. Justru kita butuh yang demikian, sebab
Pancasila kita mengajarkan ketuhanan dan ketaqwaan. Seorang pemimpin
seperti presiden memiliki tanggung jawab untuk mengedukasi
masyarakatnya. Apa jadinya jika pemimpin sangat jauh dari nilai-nilai
spiritual? Pertama sekali dalam tiap kalimat dan pidatonya.
Bertoleransilah dengan adil
Kita
pun memiliki konsep toleransi. Golongan yang satu menghargai golongan
yang lain. Saling tenggang rasa. Tidak saling mengganggu atau tidak
saling menghina dan mendiskreditkan. Toleransi juga bukan berarti
mencampuradukkan agama atau perbedaan lain yang ada. Karena tidak
mungkin masalah keyakinan dicampuraduk dan diyakini bersama-sama. Tapi
batasnya jelas, yakni selama tidak mengganggu, tidak membawa sentiment
negatif, maka tak apa untuk dilakukan dan membawanya ke dalam ranah
publik.
Nah, kaidah dalam bertoleransi untuk masalah
SARA bisa kita rumuskan: apapun itu boleh dilakukan dan dibawa ke ranah
publik selagi tidak mengandung sentiment negatif dan apapun itu harus
dihentikan ketika membawa sentiment negatif.
Dan
sebuah ironi hari ini, di dalam masyarakat yang beragama disini dengan
sila pertamanya yang gagah “Ketuhanan Yang Maha Esa”, masih ada yang
memisahkan agama dengan kehidupan sosial kemasyarakatan. Padahal batu
pertama dari bangunan bangsa ini adalah “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Dikatakan bahwa, “Ga usah bawa-bawa Tuhan?” Dikatakan pula, “Ga usah
bawa-bawa agama?” Bahkan dikatakan, “Kalau kamu mau ngomongin agama,
sana ke masjid saja!” Sekali lagi yang perlu kita ingat: batu pertama
bangunan bangsa ini adalah “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Saya
boleh bilang bahwa isu SARA adalah lingkaran setan. Kita harus adil
dalam menyikapinya. Bukan secara membabi buta membatasi. Bukan malah
terjebak dalam stigma bahwa ketika sesuatu menyangkut agama diangkat ke
ranah publik akan menimbulkan konflik baru. Tapi harus bisa menilai
secara adil apakah sesuatu itu mengandung sentiment negatif atau tidak.
Kalau
hari ini kita masih terjebak dalam lingkaran setan yang notabenenya
adalah perbedaan dan membuat kita tak sepakat pada banyak hal utamanya
untuk perubahan dan majunya negeri ini, maka hari ini juga saatnya kita
keluar dari lingkaran tersebut dan bangun sebuah paradigma baru yang
konstruktif.
Maka semakin kompleks kehidupan, maka baiknya semakin bijak kita menyikapi segala dinamika yang ada.
“Batu pertama dari bangunan bangsa ini adalah Ketuhanan Yang Maha Esa.”
Tahan Kelahiran, 22 Februari 2013
Berkarya Menginspirasi
Berkarya Menginspirasi, buat yang mau pake pict ini jadi cover FB silahkan :-)
0 komentar: