TERHANGAT

Selamat datang, Sobat! Jangan malu-malu untuk baca, komentar, dan share ya. Semoga coret-coretan ini bisa bermanfaat ya. Salam kenal. :)

“(Allah bersumpah dengan ciptaannya) dan demi jiwa serta penyempurnaan ciptaannya. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan kedurhakaan dan jalan ketaqwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”. (QS.91:7-10)

Minggu, 24 Februari 2013

Komunikasi, Cinta, dan Ukhuwah Islamiyah: Materi Tashiru Rohis Ar-Rabbani Smansa Tuja


Alhamdulillah dapet kesempatan untuk upgrade kapasitas nih pas liburan. Rencana Allah selalu luar biasa. Ari Susanto, Reza Arief Fauzan; dua adik kecil dengan kapasitas besar yang berani dan berkeinginan kuat untuk berkembang. Bangga deh sama kalian. Mereka yang menjadi perantara Allah untuk merecharge semangat lagi dengan bertemu dan diskusi bersama adik-adik di Rohis Ar-Rabbani SMA Negeri 1 Tumijajar. Siang itu, Rabu, 13 Februari 2013, di ruangan yang dulu kita sebut ruangan aula atau kemudian kita lebih akrab dengan sebutan kelas XI IPA 1, berkumpullah wajah-wajah ceria yang mewarnai ruangan penuh cerita ini. Sejujurnya ketika saya kembali ke tempat ini, ke tanah ini, langkahku jadi lebih memburu, tulang punggungku jadi lebih merunduk. (#jangandipikirinparagrafini)
Reza, Ari, dan saya, membawakan sebuah diskusi yang sangat menarik dan relevan buat adik-adik insyaallah setelah sebelumnya dilakukan riset kecil-kecilan tentang materi apa yang perlu kami sajikan. Ukhuwah, yang turunannya adalah komunikasi dan cinta.
Slide #1 #2 #3
Ini adalah penegasan tentang tujuan adik-adik semua: mau belajar, sukses, berkembang, cari jodoh, ikut-ikutan, dan lain sebagainya. Ataukah kita akan termasuk ke dalam orang-orang yang celaka sebab tujuan tak jelas dan setiap harinya semakin buruk.
Slide #4 #5
Sebuah analogi tentang jalan yang harus kita lalui dimana di ujungnyalah terdapat tujuan. Dan di sekitar jalan itu terdapat beragam macam godaan yang sewaktu-waktu akan datang tanpa diundang, akan memburu tanpa dipancing. Godaan yang beragam itu dapat menggagalkan perjalanan kita, atau memperlambat laju perjalanan. Maka baiknya sekali lagi kenali lagi dengan sangat apa yang menjadi tujuanmu, jalan mana yang kau tempuh, dan pekalah terhadap godaan-godaan yang muncul.
Nah, yang kami identifikasi godaan-godaan dalam masa remaja, organisasi, dan dakwah, itu di antaranya ada pada ukhuwah yang terjalin, bagaimana komunikasinya, dan seperti apa cara cinta hidup di tengah-tengah perjalanan. Nah lho, ada cinca yang bakal dibahas.
Slide #6 #7 #8
Ada beberapa hal yang  prinsip banget yang harus disepakati sebelum diskusi berjalan lebih jauh untuk menyamakan frame.
       Kita adalah anak-anak muda terpelajar
       Kita adalah anak-anak muda Muslim
       Kita adalah anak-anak muda yang jatuh cinta kepada Islam hingga kita menyatu dengan Islam seutuhnya dan mendedikasikan kehidupan kita untuk Allah dan kejayaan Islam
       Kita adalah da’I, sebagaimana tertulis dalam QS. An-Nahl: 125
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya. Dan Dia-lah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl: 125)
Oke kita sepakat, ada satu orang saja yang tidak sepakat, diskusi berhenti. Titik. Alhamdulillah semua sepakat. J
Setelah itu kita sama-sama menyadari bahwa konsekuensi dari empat poin itu adalah kita akan menjadi contoh, teladan, dan sorotan. Perbuatan kita akan dilihat banyak orang. Alhamdulillah ketika kita melakukan kebaikan kemudian dicontoh, maka pahala yang akan dipanen. Akan tetapi jika kita melakukan kasalahan atau sesuatu yang tak baik, kemudian kita menjadi pembenaran untuk adik-adik kita dan orang lain. Ini yang bahaya. Sebab yang saya lihat selama ini, ini yang terjadi. Apa yang kita lakukan akan diikuti oleh generasi setelahnya. Bisa jadi karena disangka itu keren, fresh, dan lain sebagainya. Dan beratnya pertanggungjawaban atas itu semua. #astaghfirullahuntukdosamasalalu
Perubahan dan perbaikan. Kita yang harus memulai! Ingatlah bahwa kita adalah ummat terbaik, seperti firman Allah swt:
“Kamu adalah ummat terbaik yang diturunkan kepada manusia. Mengajak kepada yang ma’ruf. Mencegah dari yang mungkar.” (QS. Ali Imran: 110)
Tentang ayat ini, seperti apa sih manusia terbaik itu? Diriwayatkan Imam Ahmad, Rasulullah pernah ditanya begitu. Apa jawab Rasulullah saw? Jawab beliau begini:
”Manusia yang terbaik ialah yang paling pandai membaca Al-Qur’an dan paling bertakwa di antara mereka kepada Allah, serta paling gencar dalam melakuka amar makruf nahi munkar terhadap mereka, dan paling gemar di antara mereka dalam berslilaturahmi.”
Ayat ini maknanya mencakup semua ummat ini dalam tiap generasi, dan sebaik-baik generasi adalah orang-orang yang Rasulullah saw diututs di kalangan mereka, kemudian setelahnya, dan setelahnya.
FYI nih, dalam sebuah hadits qudsi juga disampaikan kalau Allah Swt pernah berfirman, “Hai Isa, sesungguhnya Aku akan mengutus sesudahmu suatu ummat yang jika mereka mendapatkan apa yang mereka sukai, maka mereka memuji-Ku dan bersyukur kepada-Ku. Dan jika mereka tertimpa apa yang mereka tidak sukai, maka mereka ber-ihtisab (mengharapkan pahala Allah) dan bersabar, padahal tidak ada kesabaran dan tiada ilmu.” Isa bertanya, “Wahai Tuhanku, bagaimana mereka dapat berbuat demikian, padahal tanpa sabar dan tanpa ilmu?” Allah swt berfirman, “Aku beri mereka sebagian dari sifat sabar dan ilmu-Ku.”
Oke, next!
Slide #9
Nah, sekarang sudah jelas. Posisi kita dimana, sebagai apa. Ada pertanyaan nih. Sebenarnya Cuma penegasan saja. Kita yang merubah atau kita yang dirubah? Secara kita sudah tau kita siapa dan sudah tau kita ada di jalan menuju garis finish dimana banyak sekali godaan yang macam-macam.
Merubah atau dirubah?
Slide #10
Nah, waktu makin sempit, sebentar lagi ashar. Kita ngobrol masalah komunikasi dulu ya. Tiga kakak yang hadir bukan pakar komunikasi atau anak-anak jurusan komunikasi, tapi tiga kakak ini mau coba share tentang pengalaman dan ibrohnya buat temen-temen semua.
Berapa umur kita? Bisa dibilang kalau kita berada di usia yang sangat ‘lembab’. Ya! Ga kering, juga ga basah. Lembab! Alias labil. A-B-A-B-I-L. He he he. Di umuran segini lagi labil-labilnya. Ego cukup besar. Emosi berubah-ubah. Kadang lagi gandrung sama A, kadang lagi gandrung sama B. Kadang suka ini, kadang suka itu. Ya taulah labil itu yang gimana.
Terus, kadang-kadang ada selek. Antar sesama teman. Antar sesama pengurus OSIS atau Rohis. Atau satu geng, satu eksrakurikuler, atau satu halaqah. Tapi tapi tapi, tapi itu wajar kok. Kita masih belajar kan? Belajar bagaimana bisa jadi teman yang baik. Belajar bagaimana bisa jadi sahabat yang baik. Belajar bagaimana bisa jadi organisatoris yang baik. Nah, orientasinya itu belajar. Karena belajar, jadinya wajar. Segera ambil pelajaran yang ada. Pasti ada hikmahnya.
Kita belajar supaya bisa jadi manusia yang dewasa. Dewasa itu bukan masalah umur. Tapi masalah sikap. Masalah apa yang ada di otak dan hati kita plus outputnya bagaimana. Itu dewasa.
Pendidikan itu kan untuk memanusiakan manusia. Jadi lebih bertaqwa, lebih arif, lebih dewasa, lebih bersahaja, lebih bermanfaat, dan lebih manusiawi. Jadi, salah satunya disini supaya kita bisa belajar komunikasi lebih baik.
Perbanyak merenung. Bukan bengong. Untuk evaluasi diri kita sendiri dan perencanaannya ke depan mau bagaimana. Kalau ada masalah. Coba direnungin dalam-dalam. Harus berani untuk mengevaluasi diri sendiri. Kalau kita salah, jangan malu untuk minta maaf dan memperbaiki. Siapa pun bisa salah. kita bukan superman, bukan batman, apalagi nabi. Kalau kita benar, benarnya kita bukan untuk menyalahkan yang salah. Harusnya kita membuat yang salah itu jadi benar dengan (baca: memperbaiki, menasehati) cara yang paling baik.
Coba deh renungin. Yang paling baik itu bukan yang paling bisa membuktikan bahwa dirinya benar dan yang lain salah. tapi yang paling baik adalah yang mampu membuat yang salah itu jadi benar (baca: memperbaiki, menasehati, etc) dengan cara yang paling baik dan elegan.
Slide #11
Percaya deh kalau kamu bisa komunikasi dengan baik. Ada beberapa tips nih.
·         Care & Respect. Peduli dan menghargai ini perlu dijunjung tinggi. Penting banget soalnya. Jadilah pribadi yang care dan respect ya! Rasulullah itu kalau berbicara dengan orang lain, beliau menatapkan matanya sepenuhnya, beliau menghadapkan badannya sepenuhnya.
·         Berikan dan perlihatkan perhatian kita kepada orang lain. Nyatakan senyata-nyatanya dalam sikap kita. Ga perlu malu-malu.
·         Optimis dan bergairah. Optimisme itu bisa terpancar dari sorot mata dan tutur kata. Bahkan gerakan anggota tubuh kita.
·         Rendah hati kepada setiap orang. Penampilan, sikap, tutur kata kita, musti jadi perhatian kita nih. Kalau di SMA, bagaimanakah sikap kamu ke OB atau tukang kebunnya?
·         Laa taghdhab! Jangan marah ya! Kalau marah, segera isti’adzah. Kalau tidak bisa, segera duduk, atau berbaring. Insyaallah amarahnya reda. Kalau tidak bisa juga, berwudhulah!
·         Pelajari sihir memikat hati (=senyuman J). Senyuman adalah sedekah. Percaya ga dengan senyuman kita bisa mengguncang dunia?
·         Berpenampilanlah yang menarik!
·         Kuasai seni berbicara! Berbicara ada seninya. Coba deh buka-buka buku tentang seni berbicara. Atau searching di internet. Atau coba renungkan gaya-gaya bicara yang baik dan enak menurut kita. Aplikasikan di diri kita.
·         Tapi sebelum itu, pelajari seni mendengar dan menyimak. Komunikator yang baik itu bukan pembicara yang baik. Tapi sebelum itu dia adalah pendengar yang baik.
·         Silahkan dicoba. J

Slide #12
Kita masuk ke sesuatu yang ditunggu-tunggu nih. Love. C-I-N-T-A. Bilang w-o-w dulu dong.
Wooooooooowwwwww!
Siapa yang ga seneng dikagumin dan diperhatiin? Semua seneng. Manusiawi kok. Cinca, eh cinta. Cinta itu apa definisinya? Cinta adalah cinta. Cinta hanya butuh kata cinta itu sendiri untuk mendefinisikan dirinya sendiri. Weleeeeeeehh….
Cinta itu wajar. Tapi bukan diwajar-wajarkan. Maklum. Tapi bukan dimaklum-maklumkan. Justru yang jadi masalah kalau dia ga merasakan yang namanya cinta. Segera beli obat ke apotik terdekat. Kalau setelah 24 jam ga ada perubahan, hubungi dokter! Catet nih: Inget siapa kita, tujuan kita, posisi kita, dan inget batasan dan rambu-rambunya!
Disini kita tidak bicara apakah pacaran itu halal atau haram. Udah basi. Dan kita pun tau bahwa pacaran “tidak dilarang”. Yang dilarang itu mendekati zina. Nah, segala sarana, media, dalam bentuk apapun yang sewaktu-waktu bisa mengantarkan kita kepada zina, jelas dilarang. Zina mata, zina hati, zina telinga, zina kemaluan, zina jari(SMSan).
Disini kita bicara tentang prinsip yang di awal sudah kita sepakatin. Baca lagi dah. Gigit prinsip itu kuat-kuat dengan gigi geraham.
Jangan persempit makna hanya ke dalam hubungan antara dua makhluk yang tak berdosa dan saling berjanji saling setia (kadang-kadang selingkuh…haha). Bicara soal cinta, kita juga bicara soal ukhuwah. Ukhuwah itu ikatan hati karena kesamaan akidah. Kita bersaudara dalam naungan cinta-Nya. Kita bercinta di atas sajadah cinta-Nya. Ukhuwah itu, talinya adalah akidah, dan singgasananya adalah cinta. Cocwiiiitt. Mencintai dengan cara yang baik, yang diridhai Allah. Supaya barakah. Supaya dirahmati Allah. Bukan dilaknati. Bisalah bedain antara cinta dengan nafsu.
Disms sama si dia yang ganteng/cantik/pinter, terus kita girangnya bukan kepalang. Ini cinta apa nafsu? Relatif kok. Wajar kok. Tapi ya inget lagi kesepakatan kita di awal. Tapi ya bukan berarti diwajar-wajarin.
Fisik kita sempurna. Akal kita sempurna. Bisa dong bedain mana yang yes atau no. Jadi godaan/hambatan atau tidak, kita pasti ngerti. Tegas!
Slide #13
Dalam Ukhuwah Islamiyah kita ibarat satu tubuh. Satu sakit, semua merasakan sakit yang sama. Satu sakit, yang lain menjadi obat. Ukhuwah Islamiyah itu saling menguatkan. Saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. Saling mencintai secara layak dan baik.
“Tiada sempurna keimanan seseorang di antara kalian sehingga ia mencintai saudaranya (sesama muslim) sebagaimana ia mencintai dirinya” (H.R Bukhari & Muslim)
With all the love and pride.
Reza, Ari, Taufik

0 komentar:

Unik dan Indahnya Interaksi Kita (Komunikasi, Cinta, dan Ukhuwah Islamiyyah): Materi Tashiru Rohis Ar-Rabbani



Alhamdulillah dapet kesempatan untuk upgrade kapasitas nih pas liburan. Rencana Allah selalu luar biasa. Ari Susanto, Reza Arief Fauzan; dua adik kecil dengan kapasitas besar yang berani dan berkeinginan kuat untuk berkembang. Bangga deh sama kalian. Mereka yang menjadi perantara Allah untuk merecharge semangat lagi dengan bertemu dan diskusi bersama adik-adik di Rohis Ar-Rabbani SMA Negeri 1 Tumijajar. Siang itu, Rabu, 13 Februari 2013, di ruangan yang dulu kita sebut ruangan aula atau kemudian kita lebih akrab dengan sebutan kelas XI IPA 1, berkumpullah wajah-wajah ceria yang mewarnai ruangan penuh cerita ini. Sejujurnya ketika saya kembali ke tempat ini, ke tanah ini, langkahku jadi lebih memburu, tulang punggungku jadi lebih merunduk. (#jangandipikirinparagrafini)
Reza, Ari, dan saya, membawakan sebuah diskusi yang sangat menarik dan relevan buat adik-adik insyaallah setelah sebelumnya dilakukan riset kecil-kecilan tentang materi apa yang perlu kami sajikan. Ukhuwah, yang turunannya adalah komunikasi dan cinta.
Slide #1 #2 #3
Ini adalah penegasan tentang tujuan adik-adik semua: mau belajar, sukses, berkembang, cari jodoh, ikut-ikutan, dan lain sebagainya. Ataukah kita akan termasuk ke dalam orang-orang yang celaka sebab tujuan tak jelas dan setiap harinya semakin buruk.
Slide #4 #5
Sebuah analogi tentang jalan yang harus kita lalui dimana di ujungnyalah terdapat tujuan. Dan di sekitar jalan itu terdapat beragam macam godaan yang sewaktu-waktu akan datang tanpa diundang, akan memburu tanpa dipancing. Godaan yang beragam itu dapat menggagalkan perjalanan kita, atau memperlambat laju perjalanan. Maka baiknya sekali lagi kenali lagi dengan sangat apa yang menjadi tujuanmu, jalan mana yang kau tempuh, dan pekalah terhadap godaan-godaan yang muncul.
Nah, yang kami identifikasi godaan-godaan dalam masa remaja, organisasi, dan dakwah, itu di antaranya ada pada ukhuwah yang terjalin, bagaimana komunikasinya, dan seperti apa cara cinta hidup di tengah-tengah perjalanan. Nah lho, ada cinca yang bakal dibahas.
Slide #6 #7 #8
Ada beberapa hal yang  prinsip banget yang harus disepakati sebelum diskusi berjalan lebih jauh untuk menyamakan frame.
       Kita adalah anak-anak muda terpelajar
       Kita adalah anak-anak muda Muslim
       Kita adalah anak-anak muda yang jatuh cinta kepada Islam hingga kita menyatu dengan Islam seutuhnya dan mendedikasikan kehidupan kita untuk Allah dan kejayaan Islam
       Kita adalah da’I, sebagaimana tertulis dalam QS. An-Nahl: 125
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya. Dan Dia-lah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl: 125)
Oke kita sepakat, ada satu orang saja yang tidak sepakat, diskusi berhenti. Titik. Alhamdulillah semua sepakat. J
Setelah itu kita sama-sama menyadari bahwa konsekuensi dari empat poin itu adalah kita akan menjadi contoh, teladan, dan sorotan. Perbuatan kita akan dilihat banyak orang. Alhamdulillah ketika kita melakukan kebaikan kemudian dicontoh, maka pahala yang akan dipanen. Akan tetapi jika kita melakukan kasalahan atau sesuatu yang tak baik, kemudian kita menjadi pembenaran untuk adik-adik kita dan orang lain. Ini yang bahaya. Sebab yang saya lihat selama ini, ini yang terjadi. Apa yang kita lakukan akan diikuti oleh generasi setelahnya. Bisa jadi karena disangka itu keren, fresh, dan lain sebagainya. Dan beratnya pertanggungjawaban atas itu semua. #astaghfirullahuntukdosamasalalu
Perubahan dan perbaikan. Kita yang harus memulai! Ingatlah bahwa kita adalah ummat terbaik, seperti firman Allah swt:
“Kamu adalah ummat terbaik yang diturunkan kepada manusia. Mengajak kepada yang ma’ruf. Mencegah dari yang mungkar.” (QS. Ali Imran: 110)
Tentang ayat ini, seperti apa sih manusia terbaik itu? Diriwayatkan Imam Ahmad, Rasulullah pernah ditanya begitu. Apa jawab Rasulullah saw? Jawab beliau begini:
”Manusia yang terbaik ialah yang paling pandai membaca Al-Qur’an dan paling bertakwa di antara mereka kepada Allah, serta paling gencar dalam melakuka amar makruf nahi munkar terhadap mereka, dan paling gemar di antara mereka dalam berslilaturahmi.”
Ayat ini maknanya mencakup semua ummat ini dalam tiap generasi, dan sebaik-baik generasi adalah orang-orang yang Rasulullah saw diututs di kalangan mereka, kemudian setelahnya, dan setelahnya.
FYI nih, dalam sebuah hadits qudsi juga disampaikan kalau Allah Swt pernah berfirman, “Hai Isa, sesungguhnya Aku akan mengutus sesudahmu suatu ummat yang jika mereka mendapatkan apa yang mereka sukai, maka mereka memuji-Ku dan bersyukur kepada-Ku. Dan jika mereka tertimpa apa yang mereka tidak sukai, maka mereka ber-ihtisab (mengharapkan pahala Allah) dan bersabar, padahal tidak ada kesabaran dan tiada ilmu.” Isa bertanya, “Wahai Tuhanku, bagaimana mereka dapat berbuat demikian, padahal tanpa sabar dan tanpa ilmu?” Allah swt berfirman, “Aku beri mereka sebagian dari sifat sabar dan ilmu-Ku.”
Oke, next!
Slide #9
Nah, sekarang sudah jelas. Posisi kita dimana, sebagai apa. Ada pertanyaan nih. Sebenarnya Cuma penegasan saja. Kita yang merubah atau kita yang dirubah? Secara kita sudah tau kita siapa dan sudah tau kita ada di jalan menuju garis finish dimana banyak sekali godaan yang macam-macam.
Merubah atau dirubah?
Slide #10
Nah, waktu makin sempit, sebentar lagi ashar. Kita ngobrol masalah komunikasi dulu ya. Tiga kakak yang hadir bukan pakar komunikasi atau anak-anak jurusan komunikasi, tapi tiga kakak ini mau coba share tentang pengalaman dan ibrohnya buat temen-temen semua.
Berapa umur kita? Bisa dibilang kalau kita berada di usia yang sangat ‘lembab’. Ya! Ga kering, juga ga basah. Lembab! Alias labil. A-B-A-B-I-L. He he he. Di umuran segini lagi labil-labilnya. Ego cukup besar. Emosi berubah-ubah. Kadang lagi gandrung sama A, kadang lagi gandrung sama B. Kadang suka ini, kadang suka itu. Ya taulah labil itu yang gimana.
Terus, kadang-kadang ada selek. Antar sesama teman. Antar sesama pengurus OSIS atau Rohis. Atau satu geng, satu eksrakurikuler, atau satu halaqah. Tapi tapi tapi, tapi itu wajar kok. Kita masih belajar kan? Belajar bagaimana bisa jadi teman yang baik. Belajar bagaimana bisa jadi sahabat yang baik. Belajar bagaimana bisa jadi organisatoris yang baik. Nah, orientasinya itu belajar. Karena belajar, jadinya wajar. Segera ambil pelajaran yang ada. Pasti ada hikmahnya.
Kita belajar supaya bisa jadi manusia yang dewasa. Dewasa itu bukan masalah umur. Tapi masalah sikap. Masalah apa yang ada di otak dan hati kita plus outputnya bagaimana. Itu dewasa.
Pendidikan itu kan untuk memanusiakan manusia. Jadi lebih bertaqwa, lebih arif, lebih dewasa, lebih bersahaja, lebih bermanfaat, dan lebih manusiawi. Jadi, salah satunya disini supaya kita bisa belajar komunikasi lebih baik.
Perbanyak merenung. Bukan bengong. Untuk evaluasi diri kita sendiri dan perencanaannya ke depan mau bagaimana. Kalau ada masalah. Coba direnungin dalam-dalam. Harus berani untuk mengevaluasi diri sendiri. Kalau kita salah, jangan malu untuk minta maaf dan memperbaiki. Siapa pun bisa salah. kita bukan superman, bukan batman, apalagi nabi. Kalau kita benar, benarnya kita bukan untuk menyalahkan yang salah. Harusnya kita membuat yang salah itu jadi benar dengan (baca: memperbaiki, menasehati) cara yang paling baik.
Coba deh renungin. Yang paling baik itu bukan yang paling bisa membuktikan bahwa dirinya benar dan yang lain salah. tapi yang paling baik adalah yang mampu membuat yang salah itu jadi benar (baca: memperbaiki, menasehati, etc) dengan cara yang paling baik dan elegan.
Slide #11
Percaya deh kalau kamu bisa komunikasi dengan baik. Ada beberapa tips nih.
·         Care & Respect. Peduli dan menghargai ini perlu dijunjung tinggi. Penting banget soalnya. Jadilah pribadi yang care dan respect ya! Rasulullah itu kalau berbicara dengan orang lain, beliau menatapkan matanya sepenuhnya, beliau menghadapkan badannya sepenuhnya.
·         Berikan dan perlihatkan perhatian kita kepada orang lain. Nyatakan senyata-nyatanya dalam sikap kita. Ga perlu malu-malu.
·         Optimis dan bergairah. Optimisme itu bisa terpancar dari sorot mata dan tutur kata. Bahkan gerakan anggota tubuh kita.
·         Rendah hati kepada setiap orang. Penampilan, sikap, tutur kata kita, musti jadi perhatian kita nih. Kalau di SMA, bagaimanakah sikap kamu ke OB atau tukang kebunnya?
·         Laa taghdhab! Jangan marah ya! Kalau marah, segera isti’adzah. Kalau tidak bisa, segera duduk, atau berbaring. Insyaallah amarahnya reda. Kalau tidak bisa juga, berwudhulah!
·         Pelajari sihir memikat hati (=senyuman J). Senyuman adalah sedekah. Percaya ga dengan senyuman kita bisa mengguncang dunia?
·         Berpenampilanlah yang menarik!
·         Kuasai seni berbicara! Berbicara ada seninya. Coba deh buka-buka buku tentang seni berbicara. Atau searching di internet. Atau coba renungkan gaya-gaya bicara yang baik dan enak menurut kita. Aplikasikan di diri kita.
·         Tapi sebelum itu, pelajari seni mendengar dan menyimak. Komunikator yang baik itu bukan pembicara yang baik. Tapi sebelum itu dia adalah pendengar yang baik.
·         Silahkan dicoba. J

Slide #12
Kita masuk ke sesuatu yang ditunggu-tunggu nih. Love. C-I-N-T-A. Bilang w-o-w dulu dong.
Wooooooooowwwwww!
Siapa yang ga seneng dikagumin dan diperhatiin? Semua seneng. Manusiawi kok. Cinca, eh cinta. Cinta itu apa definisinya? Cinta adalah cinta. Cinta hanya butuh kata cinta itu sendiri untuk mendefinisikan dirinya sendiri. Weleeeeeeehh….
Cinta itu wajar. Tapi bukan diwajar-wajarkan. Maklum. Tapi bukan dimaklum-maklumkan. Justru yang jadi masalah kalau dia ga merasakan yang namanya cinta. Segera beli obat ke apotik terdekat. Kalau setelah 24 jam ga ada perubahan, hubungi dokter! Catet nih: Inget siapa kita, tujuan kita, posisi kita, dan inget batasan dan rambu-rambunya!
Disini kita tidak bicara apakah pacaran itu halal atau haram. Udah basi. Dan kita pun tau bahwa pacaran “tidak dilarang”. Yang dilarang itu mendekati zina. Nah, segala sarana, media, dalam bentuk apapun yang sewaktu-waktu bisa mengantarkan kita kepada zina, jelas dilarang. Zina mata, zina hati, zina telinga, zina kemaluan, zina jari(SMSan).
Disini kita bicara tentang prinsip yang di awal sudah kita sepakatin. Baca lagi dah. Gigit prinsip itu kuat-kuat dengan gigi geraham.
Jangan persempit makna hanya ke dalam hubungan antara dua makhluk yang tak berdosa dan saling berjanji saling setia (kadang-kadang selingkuh…haha). Bicara soal cinta, kita juga bicara soal ukhuwah. Ukhuwah itu ikatan hati karena kesamaan akidah. Kita bersaudara dalam naungan cinta-Nya. Kita bercinta di atas sajadah cinta-Nya. Ukhuwah itu, talinya adalah akidah, dan singgasananya adalah cinta. Cocwiiiitt. Mencintai dengan cara yang baik, yang diridhai Allah. Supaya barakah. Supaya dirahmati Allah. Bukan dilaknati. Bisalah bedain antara cinta dengan nafsu.
Disms sama si dia yang ganteng/cantik/pinter, terus kita girangnya bukan kepalang. Ini cinta apa nafsu? Relatif kok. Wajar kok. Tapi ya inget lagi kesepakatan kita di awal. Tapi ya bukan berarti diwajar-wajarin.
Fisik kita sempurna. Akal kita sempurna. Bisa dong bedain mana yang yes atau no. Jadi godaan/hambatan atau tidak, kita pasti ngerti. Tegas!
Slide #13
Dalam Ukhuwah Islamiyah kita ibarat satu tubuh. Satu sakit, semua merasakan sakit yang sama. Satu sakit, yang lain menjadi obat. Ukhuwah Islamiyah itu saling menguatkan. Saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. Saling mencintai secara layak dan baik.
“Tiada sempurna keimanan seseorang di antara kalian sehingga ia mencintai saudaranya (sesama muslim) sebagaimana ia mencintai dirinya” (H.R Bukhari & Muslim)
With all the love and pride.
Reza, Ari, Taufik

0 komentar:

Jumat, 22 Februari 2013

Letakkan SARA pada Tempatnya

Kehidupan kita semakin kompleks. Semakin ruwet. Semakin rumit. Segalanya terus berkembang. Seperti jagad raya yang terus berkembang. Perjalanan kehidupan mengantarkan kita pada banyak posisi dan kondisi. Jauh. Jauh sebelum terlahir, kita semua meyakini bahwa ada dzat yang  ada sebelum segalanya. Iya, Dia Tuhan kita. Sebagai ummat beragama kita meyakini itu sepenuhnya. Dia memberikan kita sesuatu sebagai bukti cinta-Nya pada kita serta sekaligus sebagai pedoman untuk kehidupan yang sejahtera di dunia juga di akhirat. Sesuatu itu kita sebut agama.
Tak jarang ‘agama’ menjadi pemicu sebuah konflik. Kemudian pertanyaan yang muncul di benak saya adalah bagaimana kita mendudukkan agama dalam kehidupan kita baik sebagai individu, maupun makhluk sosial, di tengah arus kehidupan yang makin kompleks seperti sekarang ini?
Sepertinya kita perlu untuk mendefinisikan ulang apa itu agama. Berasal dari bahasa Sansekerta, “a” berarti tidak, dan “gama” berarti kekacauan. Definisi minimum agama adalah ‘agar tidak terjadi kekacauan’. Dari definisi awal ini kita sudah paham bahwa agama akan mengatur urusan pribadi, interaksi antar manusia, interaksi manusia dengan alam, dan interaksi manusia dengan Tuhannya. Sepakat! Sebab dengan begitu tidak akan timbul kekacauan.
Saya coba cari-cari di Kamus Besar Bahasa Indonesia, saya dapat definisi bahwa agama adalah ajaran, sistem yg mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yg berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.
Oke. Dari dua definisi di atas kita bisa tarik poin bahwa agama tak bisa lepas dari kehidupan kita. Bahwa agama mengatur semuanya. Bahwa dalam agama terdapat sesuatu bernama “keimanan” yang tak bisa dibuat pura-pura, yang meyakini dimensi yang tak nampak, tentang Tuhan, surga, dan neraka. Keimanan ini yang mempengaruhi output pada diri kita. Semakin taat kita, semakin kuat keimanan, dan semakin baik output yang keluar dari diri kita. Dan sekali lagi, kita sepakat bahwa agama adalah sesuatu yang baik dan indah.

Beragama dan beribadah itu hak asasi dan pondasi
Kemudian  coba kita kembalikan pada apa yang menjadi hak-hak dasar manusia. Salah satu di antaranya adalah untuk beragama dan beribadah sesuai agamanya. Kita sepakat untuk hal ini. Yakni untuk dua poin: beragama dan beribadah. Sila pertama dari Pancasila kita adalah Ketuhanan Yang Mahas Esa. Ini menunjukan bahwa agama menjadi sesuatu yang paling utama. Saya kemarin sempat coba survey kecil-kecilan: apakah ada orang hari ini yang masih hidup yang dia Pancasilais? Hampir semua jawabannya negatif. Menyoroti pada sila yang paling pertama, sudahkah Ketuhanan Yang Maha Esa dijadikan sebagai landasan dalam kehidupan kita. Itulah mengapa hari ini kita tidak pernah bisa lepas dari yang namanya korupsi, kriminalitas, dan segala laku destruktif lainnya. Itulah mengapa hari ini sangat didengung-dengungkan bahwa bukan hanya IQ yang berperan membentuk seseorang dan bangsanya, tapi juga Emotional Quotient dan Spiritual Quotient.
Lantas mengapa sepertinya terjadi distorsi dalam mendudukkan agama dalam kehidupan kita? Agama digadang menjadi penyebab banyak konflik yang terjadi. Agama menjadi sangat sensitif untuk dibicarakan. Seakan agama hanya milik pribadi dan hanya mengatur urusan pribadi. Tidak sosial, tidak sains, tidak perekonomian, tidak pula politik.

Agama menjadi momok
Agama seperti menjadi sesuatu yang tabu untuk diangkat ke permukaan. Atau bahkan kita berlaku resisten untuk perkara agama yang diangkat ke muka publik. Kita semua sepakat bahwa narkoba dan minuman keras itu merusak hingga sangat urgen untuk memberantas penyebarannya. Tapi mengapa kita menjadi seperti resisten atau melambat ketika diangkat perkara agama yang jelas mengharamkan minuman keras dan narkoba?
Kita semua sepakat bahwa pergaulan bebas (free sex) sangat melanggar nilai dan norma yang berlaku, di luar nilai kemanusiaan, dan akan merusak tatanan sosial. Tapi mengapa ketika ayat-ayat yang mengharamkan zina dan pornografi diangkat ke permukaan kita menjadi seperti resisten dan merasa tabu untuk mengatakan hal yang sama? Kita seperti terbentur sesuatu.

SARA dalam sorotan
Kita mengakui tentang perbedaan agama yang ada. Maka muncullah istilah SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan) pada masa orde baru yang sangat ditekan untuk menghidari konflik yang bisa merongrong kekuasaan rezim saat itu. Dari sumber lain menyebutkan bahwa Sara itu adalah  berbagai pandangan dan tindakan yang didasarkan pada sentimen negatif identitas yang menyangkut keturunan, agama, kebangsaan atau kesukuan dan golongan.
Nah, segala macam penyebaran informasi dan edukasi yang menyangkut suku, agama, ras, dan antargolongan itu tidaklah mengapa diangkat ke permukaan publik selama tidak mengandung sentimen negatif dalam bentuk apapun. Keempat hal tersebut terutama agama tidak bisa dibatasi menjadi konsumsi hanya di tempat-tempat ibadah. Tidak masalah jika agama dibicarakan di muka publik.
Pun pada contoh yang sangat umum bukan sesuatu yang salah jika seorang presiden mengutip ayat-ayat dari kitab sucinya dalam pidato-pidatonya. Justru kita butuh yang demikian, sebab Pancasila kita mengajarkan ketuhanan dan ketaqwaan. Seorang pemimpin seperti presiden memiliki tanggung jawab untuk mengedukasi masyarakatnya. Apa jadinya jika pemimpin sangat jauh dari nilai-nilai spiritual? Pertama sekali dalam tiap kalimat dan pidatonya.

Bertoleransilah dengan adil
Kita pun memiliki konsep toleransi. Golongan yang satu menghargai golongan yang lain. Saling tenggang rasa. Tidak saling mengganggu atau tidak saling menghina dan mendiskreditkan. Toleransi juga bukan berarti mencampuradukkan agama atau perbedaan lain yang ada. Karena tidak mungkin masalah keyakinan dicampuraduk dan diyakini bersama-sama. Tapi batasnya jelas, yakni selama tidak mengganggu, tidak membawa sentiment negatif, maka tak apa untuk dilakukan dan membawanya ke dalam ranah publik.
Nah, kaidah dalam bertoleransi untuk masalah SARA bisa kita rumuskan: apapun itu boleh dilakukan dan dibawa ke ranah publik selagi tidak mengandung sentiment negatif dan apapun itu harus dihentikan ketika membawa sentiment negatif.
Dan sebuah ironi hari ini, di dalam masyarakat yang beragama disini dengan sila pertamanya yang gagah “Ketuhanan Yang Maha Esa”, masih ada yang memisahkan agama dengan kehidupan sosial kemasyarakatan. Padahal batu pertama dari bangunan bangsa ini adalah “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dikatakan bahwa, “Ga usah bawa-bawa Tuhan?” Dikatakan pula, “Ga usah bawa-bawa agama?” Bahkan dikatakan, “Kalau kamu mau ngomongin agama, sana ke masjid saja!” Sekali lagi yang perlu kita ingat: batu pertama bangunan bangsa ini adalah “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Saya boleh bilang bahwa isu SARA adalah lingkaran setan. Kita harus adil dalam menyikapinya. Bukan secara membabi buta membatasi. Bukan malah terjebak dalam stigma bahwa ketika sesuatu menyangkut agama diangkat ke ranah publik akan menimbulkan konflik baru. Tapi harus bisa menilai secara adil apakah sesuatu itu mengandung sentiment negatif atau tidak.
Kalau hari ini kita masih terjebak dalam lingkaran setan yang notabenenya adalah perbedaan dan membuat kita tak sepakat pada banyak hal utamanya untuk perubahan dan majunya negeri ini, maka hari ini juga saatnya kita keluar dari lingkaran tersebut dan bangun sebuah paradigma baru yang konstruktif.
Maka semakin kompleks kehidupan, maka baiknya semakin bijak kita menyikapi segala dinamika yang ada.
“Batu pertama dari bangunan bangsa ini adalah Ketuhanan Yang Maha Esa.”

Tahan Kelahiran, 22 Februari 2013

0 komentar:

Jumat, 15 Februari 2013

Berkarya Menginspirasi














Berkarya Menginspirasi, buat yang mau pake pict ini jadi cover FB silahkan :-)

0 komentar: