TERHANGAT

Selamat datang, Sobat! Jangan malu-malu untuk baca, komentar, dan share ya. Semoga coret-coretan ini bisa bermanfaat ya. Salam kenal. :)

“(Allah bersumpah dengan ciptaannya) dan demi jiwa serta penyempurnaan ciptaannya. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan kedurhakaan dan jalan ketaqwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”. (QS.91:7-10)

Sabtu, 23 November 2013

CAHAYA tetaplah CAHAYA *repost tulisan seorang adik yang hebat


Ini tulisan dari adik saya bernama Abdur Rozak Kodarif, Bandung. Saya baru sadar, ternyata kami yang sama-sama anak dari kampung ini, juga sama-sama terobsesi dengan cahaya. Sila kunjungi blognya disini.
      Para bintang sedang berkumpul dalam persidangan dan saling berselisih faham dalam persidangan tentang siapa yang akan menerangi bumi. Setiap bintang ber-argumentasi mengungkapkan kelebihannya dan kemampuannya. Namun, hanya satu bintang yang tetap tenang dan diam dalam perselisisihan, ia adalah matahari. Sang matahari tetap kokoh dalam posisinya dan tidak ikut dalam perselisihan itu, ia hanya memperhatikan teman - temannya sembari tersenyum.      Lalu salah satu bintang yang bernama bintang biru bertanya pada matahari “ Hai matahari kenapa kau hanya diam saja ? Disini sedang bersidang untuk menentukan siapa yang akan mendapatkan kedudukan agung untuk menerangi bumi tapi kau hanya diam saja dari tadi sembari tersenyum – senyum tidak jelas.”      Lalu sang matahari menjawab sembari tersenyum “ Aku tidak merasa harus berselisih tentang ini sahabatku.”     Merasa geram bintang birupun menanggapi dengan ketus “ Jika kau tidak peduli silahkan keluar dan dengan itu berarti kau tidak memiliki kesempatan untuk memperoleh tempat yang agung itu.”      Lalu sang matahari tersenyum dan memegang tangan sang bintang biru. Dalam senyuman itu ia menatap erat si biru lalu berkata “ Jika kau dan mereka ingin mendapatkan kedudukan itu maka perjuangkanlah kawan, aku tidak menginginkan kedudukan itu tapi yang harus kalian pahami, menjadi cahaya bukan tentang kita berkedudukan dimana, tapi menjadi cahaya adalah seberapa guna kita menerangi dan menentramkan sesuatu dalam keadaan gelap gulita dan menghangatkan dalam keadaan dingin.”      Semua bintangpun sontak terdiam mendengar perkataan matahari kepada bintang biru. Lalu mereka sadar tentang tugasnya sebagai bintang yaitu sebagai sumber cahaya yang mempunyai tugas mulia menjadi penerang kehidupan tak peduli ia dimana ditempatkannya, cahaya tetaplah cahaya. Akhirnya persidangan diakhiri dengan penobatan matahari sebagai penerang bumi. Namun, matahari mengajukan permintaan kepada para bintang yang lain untuk mengajak sahabatnya bulan untuk menemaninya.      Para bintangpun terheran – heran dengan permintaan matahari lalu bertanya “ Mengapa kau harus mengajak bulan ? dia bukanlah bintang seperti kita ia hanyalah pemantul cahaya, jika kau takut tidak bisa menerangi semua sisi maka ajaklah salah satu dari kami agar kami dapat membantu dalam menerangi bumi.”     Mataharipun menjawab “ Apa yang kalian katakan adalah benar sahabatku, tapi aku tidak ingin penduduk bumi justru merasa silau dan akhirnya tidak bisa melihat karena terkena cahayaku terus menerus. Dan aku tidak ingin rasa hangat yang aku berikan menjadi rasa panas yang membakar karena terus – menerus mereka rasakan . Biarkanlah mereka merasakan keteduhan dalam hari – hari mereka agar mereka tidak terlena dengan adanya cahayaku yang menyinarinya terus lalu membuat mereka menjadi buta dan tak tahu arah. Bukankah tugas kita sebagai cahaya ialah menjadi penunjuk arah bagi mereka sahabatku ?”     Para bintangpun semakin takjub dengan kebijaksanaan sang matahari. Akhirnya sidangpun diakhiri dan pergilah matahari dan bulan untuk bersama menerangi bumi. Matahari sebagai sumber cahaya utama dan bulan sebagai pemantul cahaya sang matahari agar para penduduk merasakan kedamaian dalam gelapnya.       Lalu dari cerita diatas apa yang bisa kita ambil sahabatku ? Penulis ingin mengatakan bahwa pemimpin itu adalah cahaya diantara rakyatnya dan seorang pemimpin tidak akan memaksakan kehendaknya untuk menjadi pemimpin. Tapi, ia akan membiarkan sesuatu menjadi pemantul cahanyanya agar rakyatnya dapat merasakan ketentraman.

1 komentar:

  1. iya bang makasih buat repostnya .. jadi malu tapi -_- and namanya yang bener Abdul Rozak Kodarif bukan Abdur :p

    BalasHapus