TERHANGAT

Selamat datang, Sobat! Jangan malu-malu untuk baca, komentar, dan share ya. Semoga coret-coretan ini bisa bermanfaat ya. Salam kenal. :)

“(Allah bersumpah dengan ciptaannya) dan demi jiwa serta penyempurnaan ciptaannya. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan kedurhakaan dan jalan ketaqwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”. (QS.91:7-10)

Jumat, 21 September 2012

About Ourself, Just The Way You Are


Bahkan sampai sekarang saya selalu dibuat pusing dengan pertanyaan yang tidak henti-hentinya menghujani alam pikir dan alam khayal saya. Tentang retorika Tuhan menciptakan sesosok makhluk nista penuh dosa seperti saya… Nista bung! Nista! Kotor! Haha…
Tapi keberadaan kita di dunia yang fana ini benar-benar tanpa perlu pretensi. Meski begitu tetap semua harus memiliki definisi karena sesuatu semahal apapun jika tak memiliki definisi ianya tak akan berarti. Kecuali cinta. *Hehe apaan sih?
Tak perlu juga sampai menggunakan semantik untuk memperoleh definisi, cukup saja dengan mengamati, merasakan, dan menjadi. Karena definisi tak selalu sempurna jika harus diwujudkan dalam kata-kata.
Kadang-kadang pertanyaan ini seperti menampol saya bolak-balik ketika lagi-lagi saya teringat tentang eksistensi saya di dunia. Who are you? Ketika diri nista ini benar-benar butuh definisinya sendiri.
Dalam sebuah kesempatan diskusi sore ini di Bundaran Widya Puraya, definisi ini perlahan muncul dan menyeruak ke permukaan dunia nyata setelah sekian lama mengendap dalam-dalam di alam bawah sadar.
Semua orang pasti sepakat bahwa kita adalah manusia. *nah lho yg gak ngerasa manusia ayo cung.. Manusia yang terlahir, bukan tanpa sengaja. Tapi memang setelah melalui proses panjang penciptaan. Terlahir selain bukan tanpa sengaja terlahir bukan untuk sia-sia. Inilah kita. Nah, faktanya sekarang adalah terlalu banyak waktu atau bagian-bagian kecil hidup kita yang disia-siakan. Harusnya sih tiap detiknya itu menghasilkan karya-karya yang tak sederhana. Sebut saja ada manfaat yang dituai.
Tapi jangan lupa kalau kita adalah orang yang beruntung. Untung terlahir sebagai manusia. Bukan binatang, bukan tumbuhan. Gak kebayang kalau kita terlahir sebagai nyamuk. Baru lahir, tiba-tiba udah digaplok dan innalillahi. Kita lahir sempurna, meski sekarang kadang-kadang juga labil. Tapi physically kita sempurna. Lahir dengan pendengaran, penglihatan, akal, dan hati yang sudah aktif. Ga perlu lagi kirim sms aktivasi untuk mengaktifkan semuanya. Alhamdulillah kita terlahir di tengah-tengah orang yang tepat, kita ditaqdirkan bertemu dengan kedua orang tua kita dan sanak-saudara kita yang semuanya memang sudah direncanakan Yang Di Atas, tanpa ketidaksengajaan. Terlalu banyak kalau coba dihitung satu per satu. Karena kalau coba dirunut dari lahir sampai sekarang segede ini, tiap scene dalam hidup kita seperti alur keberuntungan. Alhamdulillah.
Dan nikmat yang paling indah adalah Allah adalah tuhan kita.
*weeee jangan bawa-bawa Tuhan bero!
*emang kenape? Gue anak Rohis and I’m not terrorist! Haha
Hidup ini terasa sangat nikmat. Betapa tidak, sebab kita dilahirkan dan dihidupkan di dunia ini sudah lengkap dengan fasilitas-fasilitas social. Kita tidak terlahir sendiri. Kita terlahir sebagai makhluk sosial. Yang hidup berdamping-dampingan dan cenderung memenuhi kebutuhannya. Sehingga saling berinteraksi. Maka coba definisikan diri kita sebagai pribadi yang supel. Yang mudah bergaul dan berinteraksi. Yang tak perlu banyak sarat untuk memperoleh teman. *because you are not alone bro
Tak ada yang terlahir sia-sia. Harusnya begitu. Orang tua kita sudah membantu kita memberikan definisi untuk diri kita sendiri. Ya, nama. Hal paling istimewa adalah ketika kita lahir dengan nama yang berbeda. Unik dank has, namu sarat makna dan do’a. Dalam tiap nama ada harapan, impian, dan do’a. Sudah tau arti nama diri sendiri? Konyol kalau sudah hidup puluhan tahun tapi tak tahu arti nama sendiri. Segera cari tahu! Dan jadilah lebih hebat, sebab kau sudah memiliki satu definisi tentang dirimu! Dari namamu.
Waktu tak pernah hirau yang mati dan yang hidup. Tidak perlu persetujuan kita. Terus datang tanpa diundang. Akan berlalu tanpa dihalang. Tak ada tawar menawar untuk satu detik berlalu. Bahkan Allah sampai bersumpah pada waktu. Diri ini adalah kumpulan dari waktu-waktu. Berlalu sehari, berkuranglah diri kita sebagian. Maka saksikanlah bahwa diri ini adalah sang pembelajar dan pejuang. Yang melintasi waktu yang kadang menjadi sahabat saat nikmat datang bertubi-tubi. Tapi kadang waktu juga menjadi sosok yang paling mengerikan karena kekakuannya saat kematian menjelang, dan kau tak mampu mengintervensinya, meskipun hartamu berlimpah, meskipun ayahmu orang terpandang.
Pernahkah kita berpikir bahwa kita adalah orang-orang yang istimewa? Yang jelas semua sepakat bahwa kita terlahir berbeda. Nama, fisik, suara, bakat, kesukaan, semuanya berbeda. Dan itulah potensi. Maka katakana bahwa kita adalah orang-orang unik. Satu paket raga dari atas hingga bawah yang ruh Anda tempati adalah limited edition. Satu-satunya di dunia. Tak ada yang lain selain dirimu! Lalu, kenapa tidak kita keluar rumah, berjalan dengan penuh percaya diri untuk kemudian berjuang dalam belajar dan berjuang mengarungi kehidupan untuk meraih prestasi tertinggi?
Terlalu banyak definisi. Sederhananya katakanlah kita hidup, bukan orang mati. Jelas berbeda antara yang hidup dengan yang mati. Tapi tak jarang, banyak orang fisiknya hidup tapi seperti orang mati. Maka disini perlu kita sadar tentang apa hakikat hidup dan kehidupan. Singkatnya apa sih hidup buat kamu?
Jadi inget Mapel Biologi yang dulu gurunya Bu Afifah. Beliau bilang bahwa makhluk hidup itu cirinya bergerak. Dan tulisan ini sangat sepakat untuk hal itu. Bahwa tiap yang hidup dan bernyawa secara alami ia akan terus bergerak. Berubah. Ibarat air tempat tinggalnya para ikan, ia akan segar manakala terus mengalir, tapi akan kotor dan busuk saat diam selalu. Konsekuensi logis dari bergerak adalah perubahan. Berubah jadi semakin baik atau semakin buruk. Pilihannya ada tiga, jika taka da perubahan, maka merugi. Jika lebih buruk, maka celaka. Jika lebih baik, maka beruntung. Silahkan pilih yang mana.
Hidup tak sesederhana junk food, sekali pesan langsung jadi. Atau tak seinstan mie instan, sekali rebus, tinggal lahap dan sudah. Tapi hidup adalah proses panjang. Bukan sekedar rutinitas biasa yang tanpa sengaja terulang dengan hal yang sama tiap harinya. Baiknya hidup itu tiap harinya berbeda. Sebut saja itu kejutan dari Tuhan. Intinya hidup adalah proses yang tak pernah berhenti. Proses yang lebih rumit dari siklus instruksi dan pemrosesan data dalam CPU. Ada input, juga ada output. Input baik yang baik maka outputnya pasti baik. Tantangannya adalah: live your life! Dengan proses-proses yang menghidupkan kehidupan.
Hidup bisa diterjemahkan sebagai pencarian sebab hidup adalah misteri. Meskipun tak semuanya adalah misteri, tapi esok adalah misteri yang dapat dijawab jika dan hanya jika kita berani bergerak bersama bergulirnya waktu. Nanti juga misteri. Segala apa yang belum terjadi adalah misteri ilahi yang bisa jadi itu adalah kejutan dari Sang Pencipta. Kita tak tahu, tapi kita mengerti bagaimana merancangnya agar misteri itu menjadi sesuatu yang dicari dan dinanti.
Boleh juga jika hidup diterjemahkan sebagai pengabdian dengan sepenuh loyalitas dan totalitas. Setia dengan apa yang menjadi prinsip. Total dengan apa yang disebut ‘kerja’ dan ‘pengorbanan’.
Salah jika dikatakan hidup untuk mati. Logika orang tak beriman meyakini setelah hidup kemudian mati, dan tak ada lagi kehidupan. Inilah yang menyebabkan kekeringan melanda rohani. Pola pikir pesimistis yang tak lagi memiliki harapan, sehingga hidupnya hanya sebatas yang ia rasakan sekarang, tak peka dengan kehidupan lain di depan yang mulut gerbangnya sudah menganga.
Padahal pesan dari langit sudah sampai sejak awal manusia hadir di bumi. Yang paling dekat adalah sekitar 1400 tahun silam ketika nabi terakhir membawa risalah paripurna bahwa kepada Allah-lah satu-satunya penghambaan dan pengabdian yang hakiki. Dan setelah kematian akan ada lagi kehidupan di alam kubur untuk kemudian dibangkitkan dan mempertanggungjawabkan kahidupan sekarang serta memperoleh reward and punishment. Sederhanya begitu, seperti siklus program kerja yang biasa kita eksekusi di organisasi.
Maka sesungguhnya hakikat hidup yang sekarang adalah menuju hidup yang berikutnya. Hidup adalah proses menuju Allah yang kekal abadi. Setelah itu kita akan mendapat tempat kembali surga atau neraka. Pengabdian dan loyalitas yang paling utama dan pertama adalah kepada Allah yang menciptakan, menghidupkan, mematikan, dan menghidupkan yang mati; yang menjadi muara dalam kehidupan berikutnya.
#Sumber Inspirasi: Diskusi Rabuan U-Win Indonesia @ Bundaran Widya Puraya

Atas nama hidup dan kehidupan
Semarang, 21 September 2012

0 komentar: