Amazing Egypt
Saat ini disini (Bogor) baru saja pagi. Entah di Mesir. Saya belum menanyakan hal itu ke Google. Tapi melihat dinamika Mesir, saya jadi ingin menyampaikan opini dan asumsi saya. Saya sangat terkesan dengan apa yang terjadi di Mesir saat ini. Bahkan saya sampai dibuat amat takjub dengan keteguhan rakyat Mesir melawan tirani dan pengkhianatan. Bukan hanya itu yang mereka lawan, tapi konspirasi besar yang sedang menjalankan skenarionya di negeri mereka.
Mengapa saya sebut konspirasi? Karena saya sudah jengah merasakan konspirasi itu di negeri saya sendiri. Negeri saya sepertinya aman-aman saja, sepertinya. Tapi terlalu banyak argumentasi yang menguatkan pernyataan bahwa negeri saya ini negara autopilot. Simpelnya, negeri saya kaya,tapi ‘saya’ miskin. Emas dan isi perutnya dipergunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan asing. Mati-matian itu dipertahankan oleh pemegang amanah rakyat dan aturan-aturan yang mereka buat. Di Papua sana, di tempat alam benar-benar menampakkan kekayaannya lewat gunung-gunung emas dan pesona alamnya, fakta yang saya dapat adalah disana menjadi tempat paling susah di negeri saya. Kasihan penduduknya. Kalau mau pintar, harus kuliah ke luar pulau (Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang, dll). Ada yang bilang, memang sengaja saudara-saudara saya disana dibuat ‘bodoh’ dengan kurangnya akses pendidikan dan lainnya, supaya sedikit orang-orang dari dalam yang cerdas dan membela hak-hak warga dan tanah asli punya mereka. Supaya tak ada yang bolak-balik Papua-Jakarta untuk advokasi, atau sekadar mengisi jalanan untuk berteriak “Usir Freeport!” Hukum dan keadilan seperti disandera di satu tempat yang saya tidak tahu dimana. Koruptor meraja lela. Aparat jadi preman. Wakil rakyat hanya bisa mewakili rakyat dalam memakan uang negara. Katanya. Tapi memang iya. Medianya juga membuat saya jengah. Sekarang sudah banyak iklan-iklan partai dan lelaki ambisius yang sedang berlomba-lomba menjadi tuan penguasa di negeri ini. Saya tidak menghitung berapa banyak versi dari iklan partainya Bapak Presiden RI yang sekaligus ketua dan ketua dan ketua dan ketua dan ketua di partainya yang hanya sekadar untuk mengucapkan selamat berbuka puasa dan selamat hari raya. Banyak tokoh berprestasi dan rendah hati yang luput media. Jawa Barat yang semakin melesat, kalah dengan berita Jakarta yang katanya baru. Ya, Jakarta hanya baru istilahnya. Banjir disebut sebagai genangan. Lucu ya. Jawa Tengah yang lamban perkembangannya seperti luput. Ya, sang tuan dan ‘ibue’ enggan diliput media, kemudian kehilangan simpati rakyat. Cukuplah membicarakan resah saya tentang negeri saya. Tendensinya kepentingan yang semena-mena.
Mesir. Mengapa Mesir? Saya akan coba paparkan.
Saya terkesan dengan keteguhan rakyatnya yang jutaan itu untuk membela dan menegakkan keadilan di negerinya. Melawan militer tanpa senjata! Sampai hari ini sudah sebulan rakyatnya turun ke jalan. Menunjukkan integritas, kearifan, keteguhan, dan kreatifitas di jalanan. Bukan hanya teriak, orasi, dan teatrikal seperti kita disini, tapi shalat, mengaji, lomba hafalan Al-Qur’an, menikah, dan lain sebagainya. Saya berpikir apa-apaan ini? Masyarakat macam apa mereka? Melawan tirani dengan keteguhan hati dan persatuan, bukan senjata.
Saya terkesan dengan skenario yang sangat terbaca. Sangat terlihat siapa yang mendalangi kudeta. Sangat terlihat siapa-siapa yang senang dan siapa-siapa yang menentang. Dan siapa-siapa yang takut pada sang tuan internasional. Tak perlu saya sebutkan (youknow who, he who must not be named), Anda cukup objektif saja dalam membaca-baca berita dan mengamati dinamika yang terjadi di Mesir. Saya rasa kalau sudah gambar dan video yang bicara, maka siapa berani menentang.
Saya semakin terkesan dengan pemberitaan di media. Ada dua kubu, pro kudeta dan kontra kudeta. Sekali lagi semakin jelas kemana dan seperti apa idealisme dari sang media dan empunya. Dan pastinya logika dan nurani Anda akan sangat dengan mudah memilah mana yang benar. Mana media yang menyajikan berita sebenarnya dan mana media yang mengada-ada dalam beritanya. Ada media yang mengatakan korban pembantaian hanya puluhan, padahal ratusan. Ada media yang mengatakan Mursi begini dan begini, tapi saya puas ketika mendapat klarifikasi dari seorang imam masjid Gaza yang berkunjung ke Masjid Kampus Undip, dan saya berdo’a untuk keselamatan Mursi dan pendukung keadilan. Semakin lega membaca tweet-tweet dari mahasiswa Indonesia yang kuliah di Mesir.
Saya semakin terkesan melihat tanggapan tokoh-tokoh bangsa ini tentang apa yang sedang terjadi di Mesir. Setidaknya itu membuka mata kita tentang siapa dan apa di balik mereka. Presiden kita masih saja prihatin dan mengimbau. Saya hanya menunggu kecaman dari beliau. Tapi belum ada ya? (Correct me if I wrong). Orang-orang Islam liberal yang pikirannya sembrono, mudah sekali dan tanpa malu berbohong via twitternya. Sebut saja Ulil Abshar Abdala dan Zuhairi Misrawi (tak pantas mereka disebut tokoh bangsa ini, kalau sampah ya sepakat!). Jelas-jelas foto menunjukkan itu foto masa pendukung Mursi yang membawa dan menjaga spanduk bergambar wajah Mursi, malah dikatakan itu masa prokudeta. Yang lebih bodoh lagi, pernyataan Zuhairi Misrawi yang kebablasan, tentang tabiat orang-orang liberal yang kalau mereka nanti menjadi mayoritas, orang-orang yang minoritas akan ‘dibunuhi’, dan bersyukurlah orang-orang Islam Indonesia karena orang-orang liberal di Indonesia masih belum mayoritas sehingga mereka tak berani ‘membantai’. Itu penafsiran saya dari pernyataan bodohnya. Silahkan cek saja di media online dan cerna baik-baik. Jadi setidaknya masyarakat kita mengetahui orang-orang seperti apa mereka, dan menjadi pelajaran untuk tidak pernah lagi berkompromi dengan mereka. Apakah iya orang seperti itu kita relakan untuk duduk di kursi pemerintahan? Terserah Anda yang budiman, Pemirsa.
Saya semakin terkesan dengan heroisme disana. Perjalanan bangsa ini jaman Presiden Soekarno dan Soeharto kalah heroik. Bangsa ini dulu pernah juga turun ke jalan. Sampai yang paling terakhir ketika reformasi kemarin. Masih kalah heroik. Bayangkan di Mesir yang turun ke jalan itu jumlahnya jutaan. Mereka tak hanya teriak dan orasi seperti yang saya bahas diatas. Bukan hanya mahasiswa, tapi juga rakyat jelata, bahkan preman-preman dan orang Kristen Koptik yang kemarin mendukung kudeta, perlahan pindah haluan menentang kudeta, sebab mereka tau mereka menjadi alat murah dalam skenario konspirasi para tuan.
Saya terkesan dengan militer Mesir. Melawan dan mengalahkan rakyatnya sendiri. Sampai hari ini masih begitu. Andaikan benar kata demokrasi bahwa suara rakyat itu suara Tuhan, maka pasti saat ini militer Mesir sudah kena kutukan atau malah binasa. Alangkah ‘wibawa’ sekali!
Saya terkesan dengan Mesir. Revolusinya tidak tanggung-tanggung. Baru setahun, ada kudeta. Tapi rakyat tak tinggal diam. Berani sekali rakyatnya. Sangat berani. Jutaan orang dengan gagah menyuarakan keadilan, melawan tirani. Ratusan yang mati, ribuan luka. Apa namanya kalau bukan berani? Sementara itu negeri saya adem-ayem. Bukan tidak ada apa-apa, tapi adem-ayem. Kalau ibu saya bilang, berani itu karena benar, takut karena salah. Yeah!
Saya semakin terkesan dengan orang, institusi, dan negara, yang katanya amat demokratis. Tapi malah mendalangi kudeta. CC: @barrackobama (Eh, ga bisa dimention)
Saya terkesan dengan orang yang mengatakan ini konflik agama. Ya, bener. Jelas orang-orang Islam terpanggil ketika saudara-saudara mereka dibantai. Saya juga terkesan dengan yang mengatakan ini masalah keadilan dan hak asasi manusia. Keduanya tak salah. Dua-duanya adalah kebenaran yang harus diperjuangkan. Biarkanlah orang-orang Islam peduli untuk saudara-saudaranya. Dan kita, apapun agamanya, jelas memiliki kemanusiaan dan keadilan yang sama.
Ah, saya terlalu banyak terkesan pagi ini.
Dan saya terkesan dengan Anda yang bisa jadi tidak langsung sepakat dengan cerita saya ini, kemudian menakar, meneliti, dan menganalisa sendiri lewat informasi yang banyak sekali untuk sekadar mengambil kesimpulan apakah sepakat dengan saya atau tidak. Kemudian kita pun sepakat. Lalu kitaberdo’a untuk pertolongan dan kemenangan di Mesir dan negeri-negeri lain(Suriah juga sedang konflik, bahkan lebih parah, pejuang berdatangan dari banyak penjuru untuk melawan rezim tiran Bashar Al-Assad).
Bogor, 07,30, setelah mengeluarkan dagangan di warung.
0 komentar: