TERHANGAT

Selamat datang, Sobat! Jangan malu-malu untuk baca, komentar, dan share ya. Semoga coret-coretan ini bisa bermanfaat ya. Salam kenal. :)

“(Allah bersumpah dengan ciptaannya) dan demi jiwa serta penyempurnaan ciptaannya. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan kedurhakaan dan jalan ketaqwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”. (QS.91:7-10)

Minggu, 18 Agustus 2013

Pagi, nikmat yang disegerakan.

Adzan sayup-sayup terdengar dari kejauhan. Bersama teman kontrakan lekas keluar rumah setelah sebelumnya antree berwudhu. Pagi ini indah. Udaranya segar. Tembalang masih sepi. Maklum, hari ini belum genap dua minggu setelah lebaran. Bintang masih terlihat sedikit di langit. Lebih jelas daripada malam tadi ketika langit masih tertutup polusi. Pagi ini sedikitnya lebih bersih. Maka bintang lebih jernih untuk dipandangi.

Pagi. Menjadi nikmat yang disegerakan Allah untuk hamba-Nya setiap hari. Betapa tidak, pagi menjadi tolok ukur kebaikan pada suatu hari. Jika paginya baik, maka setelahnya akan ikut. Karena kita memahami bahwa kebaikan akan berbuah kebaikan. Ketika kita menanam banyak hal-hal baik di pagi hari, maka siang dan malam di hari itu insyaallah akan memanen kebaikan.

Di masjid, memandangi wajah orang satu per satu. Bersih. Bersinar. Wajah-wajah di pagi hari bebas tekanan. Bisa jadi karena belum ada dosa yang diperbuat. Wajah-wajah itu berbinar, dengan balutan kesucian.

Shalat subuh usai. Di jalan dari masjid menuju kontrakan, sengaja memperlambat langkah. Di jalanan yang masih lengang, dengan berani mengambil bagian tengah jalan untuk dilalui. Jarang-jarang bisa sebebas ini menikmati bagian tengah jalan di siang dan malam hari. Sekali lagi udara semakin sejuk. Bintang-bintang masih ada. Sedikit. Tersamar oleh semburat cahaya dari Timur.

Suara begitu hening. Jernih untuk dinikmati dengan seksama karena belum ada polusi suara. Mesin kendaraan bermotor saja belum dipanasi.

Sampai di kontrakan, seorang teman menyetel mp3 murattal Syaikh Misyari Rashid Al-Afasy. Semakin sempurna saja kesan pagi ini. Al-Qur’an sudah memanggil-manggil. Tepatnya hati ini yang rindu untuk membacanya. Seperti sejuknya pagi ini, bacaan Al-Qur’an menjadi embun bagi hati-hati yang kering, menjadi penyejik jiwa yang meronta-ronta oleh kerasnya dunia.

Pagi adalah nikmat yang disegerakan. Pagi adalah pusaran energi setiap hari. Bersama fajar dan tegasnya mentari saat mendaki ke langit, pagi datang dengan kesahajaan dan sapanya yang ramah. Teringat, di kampung sana, pedagang sayuran di pasar tradisional sudah ramai kala pagi menjelang. Semangat ulet dan gigihnya membersamai pastinya mentari yang mendaki. Cerah harapannya secerah langit yang mulai merekah. Semoga sejahtera dan dilimpahi barakah.

Pagi adalah keajaiban, saat langit benar-benar terhubung dengan bumi. Seperti senja, saat amal-amal di angkat ke langit. Aku kagumi pagi dengan segala cerita di dalamnya.

 اَللَّهُمَّ بِكَ أَصْبَحْنَا، وَبِكَ أَمْسَيْنَا، وَبِكَ نَحْيَا، وَبِكَ نَمُوْتُ وَإِلَيْكَ النُّشُوْرُ
“Ya Allah, dengan rahmat dan pertolongan-Mu kami memasuki waktu pagi, dan dengan rahmat dan pertolongan-Mu kami memasuki waktu sore. Dengan rahmat dan pertolongan-Mu kami hidup dan dengan kehendak-Mu kami mati. Dan kepada-Mu kebangkitan (bagi semua makhluk).”

0 komentar: