Mau Jadi Bintang, Kunang-kunang, Apa Black Hole? *tulisan di dinding kamar
Ceritanya saya lagi ga bisa tidur. Kangen rumah, banyak masalah, banyak amanah, kepala pengen pecah, uneg-uneg pengen tumpah. Malam ini saya kepikiran sesuatu. Tentang bagaimana kita memandang hidup dan diri kita. Tentang bagaimana kita punya tujuan akan masa depan kita. Intinya kita mau bagaimana dan jadi apa.
Judul tulisan saya ini “Mau jadi black hole, kunang-kunang, apa bintang?” maksudnya apa, sih? Ini cuma renungan saya saja. Kalau ada baiknya bisa kita ambil dan simpan dalam kepala, lalu terapkan lewat raga.
Mertuanya Ali bin Abi Thalib ra pernah berwasiat. Eh, tau ga siapa mertua Ali? *hehe. Beliaulah Rasullullah, Muhammad SAW. Wasiatnya begini *catet*, Khairukun Afa’ahum Linnas, Sebaik-baik kalian adalah yang paling bermanfaat kepada sesama. Kira-kira begitu. Maaf kalau transliterasi Arab-Latin sama terjemahannya kurang pas, maklum, Cuma setahun belajar bahasa Arab di SMA. Baru kenal ‘huwa’, ‘huma’, ‘hunna’, ‘hum’, doing, sih.
Ini kaitannya dengan visi yang kita bawa dalam hidup kita. Bukan berarti pas kita lahir dari Rahim ibu kita *jebret* terus kita sampein visi-misi kayak orang kampanye, bukan. Tapi selayaknya, untuk bisa dibilang kita hidup sebener-bener hidup, kita harus punya sesuatu yang diyakini, dipegang dalam hidup, jadi prinsip, yang otomatis itu semua juga perlu tujuan.
Bicara manfaat, jelas kita sepakat, bahwa orang paling baik itu ya yang paling bermanfaat. Nah, pertanyaannya sekarang tujuan hidup kita sama manfaat diri kita sudah sinkron belum, sih? Sudah bener-bener punya dan jadi tujuan belum, sih? Sejauh dan sekuat apa tujuan kita? Jawabnya ada pada hati dan karya-karya kita. Monggo dijawab.
Lihat bintang. Matahari salah satunya. Anak SD juga tau. Dengan solar cell, energi matahari bisa jadi listrik. Matahari jadi sumber energi di bumi. Fotosintesis *duh, hampir lupa sama kata ini, 3 tahun lebih ga ngejamah Biologi tercinta* ambil energi dari matahari. Singkat cerita matahari dan bintang ini punya manfaat besar sekali. Menggerakkan kehidupan, menginspirasi gerak-gerak kehidupan. Nah, mau jadi bintang? Manfaatnya besar banget. Dia juga tampak tepat di atas kepala manusia seluruh dunia. Bahkan berbagi keindahan lewat lidah apinya di kutub utara dan selatan berupa aurora yang memesona. Tapi dia ga kufur, ga sombong, ga songong. Dia tetap melaksanakan titah Tuhannya. Berputar, reaksi fusi, gerak semu, dan lain-lain.
Lihat juga kunang-kunang. Ilmu kunang-kunang ini saya ambil dari keluarga Forum Indonesia Muda. Bangga bisa jadi bagian dari FIM *J*. Untuk bermanfaat, ga harus jadi bintang atau matahari yang selalu tampak, bahkan sangat besar di mata manusia. Jadi ada namanya pahlawan di jalan sunyi. Itulah kunang-kunang. Bercahaya, menerangi, tapi tak banyak orang tau. Justru keikhlasannya di sini lebih terjaga. Pengen deh jadi kunang-kunang. Mau?
Tapi jangan seneng dulu. Perkenalkan, ada yang namanya Black Hole atau lubang hitam di langit sana. Katanya sih bintang mati, terus jadi hitam dan menyedot segala yang ada di sekitarnya. Ngeri kali. Artinya kalau kita analogikan, bukannya memberi, tapi malah meminta, bahkan memaksa *menyedot*. Bukan cahaya, eh malah gelap. Kamu mau jadi seperti black hole? Na’udzubillahi min dzalik.
Ya, bisa jadi bahan renungan untuk kita semua. Kita mau seberapa manfaat diri kita. Mau jadi seperti bintang, kunang-kunang, apa black hole?
*tulisan ini dibuat bukan untuk mengingkari manfaat yang pasti ada dari black hole, karena Allah menciptakan sesuatu itu pasti ada tujuan dan manfaatnya. Maaf ya, black hole.
Tembalang, 27 Oktober 2013.
0 komentar: