Nanar
Kemarin aku muak
Hatiku terdampar
Terkapar dengan mata nanar
Bangunku
kupanggil-panggil,
Tak terdengar,
tak didengar
Amboi enaklah
mobil mewahnya,
Rumahnya
pun juga ayahku tak mampu membelinya dg gaji seumur hidup
Kenapa tak kau coba bakar saja istananya?
Biar ramai, dan kau didengar
Kutetap
muak
senyum
itu permusuhan
Kau
senyum kau dibunuh
Kau
ulurkan tangan, tanganmu dipotong
senyummu bejelaga, kau dihormati
jangan kau bakar uangmu, berikan saja pada mereka
aku benci, disini rupiah itu lah keadilan
enyah saja kau adil!
Ada tikus mengorek sampah, kenapa tak kau beri saja kamar
hotel padanya?
Lalu kau sembah
Aku
sepi, sendiri! Aku benci
Bakar
saja saja istananya, biar ramai, lalu kaummu sorak sorai
Kenapa
tak kau bunuh saja aku?
Atau aku harus lari ke gurun, dan mati terkubur pasir?
Atau aku harus lari ke gurun, dan mati terkubur pasir?
Dini hari 19 Maret 2012
Ketika kejujuran dan integritas koyak dengan kemilau dunia
0 komentar: